Hujan rintik nampak mulai turun dari langit saat Rose hampir sampai di tempat kostnya. Nafas gadis itu mulai tersengal, butiran keringat dingin juga mulai membasahi wajah cantiknya. Rose yang memang memiliki phobia akut terhadap hujan berusaha secepat mungkin agar dirinya bisa segera masuk ke dalam rumah. Sesampainya dia di depan pintu kamar, tangannya yang sedang gemetaran merogoh saku celana untuk mengambil kunci. Tapi sayang, kunci kamarnya tidak ada di sana.
"Hahh.. Hahhh...J-jangan s-sekarang" ucap Rose tersendat dengan nafas yang semakin memburu.
Akhirnya Rose jatuh terduduk ke lantai saat hujan turun semakin deras. Waktu yang memang sudah malam membuat Rose merasa tidak enak untuk meminta tolong pada tetangganya. Di tambah lagi dengan cuaca yang sedang hujan, pastilah mereka semua sudah berada di dalam gelungan selimut masing-masing. Dengan kondisi wajah yang semakin memucat Rose hanya bisa meringkuk ketakutan sambil memejamkan mata. Pikirannya kacau, seakan suara hujan ini menenggelamkannya ke dalam lautan yang sangat gelap. Sesuatu yang selalu menjadi mimpi buruknya selama ini.
Saat Rose hampir hilang kesadaran, tiba-tiba ada suara langkah terburu-buru yang datang mendekat. Dia hanya bisa pasrah jika yang datang adalah orang jahat. Rose benar-benar sudah tidak berdaya lagi.
"Rose, apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau duduk di sini?."
Suara ini, Rose seperti mengenalnya. Masih dengan memejamkan mata akhirnya Rose memberanikan diri untuk meminta tolong pada pria tersebut. Dia menunjuk kearah pintu kamar, kemudian beralih menunjuk kearah tasnya yang sudah tergeletak di lantai.
"Kau ingin aku membantumu membuka pintu kamar?."
Adam, akal sehatnya seperti tidak berfungsi saat dia melihat Rose yang terlihat begitu panik sejak hujan mulai turun. Atas saran dari Cesar, dia akhirnya diam-diam membuntuti Rose hingga ke tempat tinggalnya. Awalnya Adam hanya ingin mengawasinya saja, tapi siapa yang menduga kalau dia akan melihat hal semengejutkan ini. Terlebih lagi gadis cantik ini terlihat sangat tidak berdaya, seperti orang yang sedang ketakutan terhadap sesuatu.
"I-iya...."
Lembut, suara Rose terdengar begitu lembut di telinga Adam. Bukannya segera mencari kunci kamar, Adam malah terpaku sambil memandangi wajah cantiknya Rose. Terpesona, sudah pasti. Bahkan dalam kondisi wajah yang sangat pucat kecantikan Rose mampu menenggelamkan jiwanya. Adam benar-benar di buat gila oleh gadis ini.
"O-obat, t-tolong...." bisik Rose yang sudah tidak kuat lagi menahan phobianya.
Nafas Rose semakin sesak saat bayangan gelap itu merasuk semakin dalam ke pikirannya. Tangannya bergerak mencari pegangan, segera memeluk benda yang berhasil dia gapai.
"T-tolong aku... Tolong...!."
Adam tersentak kaget saat Rose tiba-tiba memeluk lengannya. Dia baru tersadar kalau sejak tadi dia hanya sibuk mengagumi kecantikannya, bukan malah membantunya untuk membuka pintu kamar. Dengan satu tangannya Adam bergegas membuka tas milik Rose, merogoh ke dalamnya untuk mengambil kunci.
"Em, kalau kau menahan tanganku seperti ini aku jadi tidak bisa membuka pintu kamarmu. Bisa lepaskan dulu sebentar tidak?" tanya Adam yang kesulitan berdiri.
Rose menggeleng cepat. Biarlah jika nanti pria ini menganggapnya sebagai wanita murahan, Rose benar-benar sangat membutuhkan keberadaan pria ini sekarang. Ini salahnya, seharusnya dia tadi langsung pulang dari kampus saat tahu kalau langit mulai mendung. Karena kecerobohannya sendiri sekarang dia jadi terjebak oleh phobia yang di deritanya, bahkan sampai harus memeluk pria asing yang entah bagaimana caranya bisa datang di saat dia membutuhkan.
Sadar kalau Rose begitu ketakutan, tanpa membuang waktu lagi Adam segera memeluknya. Dia tidak peduli kalau gadis ini akan memakinya nanti. Karena yang paling penting sekarang adalah segera membawa gadis ini masuk ke dalam kamar. Adam bisa merasakan betapa tubuh Rose bergetar dengan sangat kuat, bahkan gadis yang terkenal sangat pendiam ini tak ragu untuk memeluknya meski sebelumnya mereka tak saling kenal.
'Rose, sebenarnya apa yang membuatmu jadi ketakutan seperti ini? Tidak mungkin kan kau takut pada air hujan?.'
"O-obat" bisik Rose setelah dia mendengar suara pintu kamar terbuka.
"Obat? Obat apa?" tanya Adam bingung.
Adam panik saat tubuh Rose tiba-tiba melemah. Hampir saja mereka berdua jatuh ke lantai jika dia tidak sigap mengangkat tubuh Rose ke dalam gendongannya.
"Astaga Rose, kau ini kenapa hah? Obat apa yang kau maksud?" cecar Adam sambil membaringkan Rose di atas ranjang. "Dimana kau menaruh obatnya?."
Jari Rose menunjuk kearah laci meja. Dia lalu sedikit membuka mata, menatap sayu kearah pria yang membawanya masuk ke dalam kamar. "Di sana, obatku!."
"Baiklah, tunggu sebentar, aku akan segera mengambilnya!."
Dengan cepat Adam membuka laci tersebut kemudian mengambil botol kecil yang berisi butiran obat. Setelah itu dia segera mengambil air minum kemudian kembali lagi ke sisi Rose. Dengan hati-hati Adam mencoba membantu Rose untuk duduk, namun tubuh gadis ini terlalu lemah. Bahkan tatapan gadis ini perlahan-lahan mulai meredup.
"Rose, hei, ayo minum dulu obatmu" ucap Adam panik sambil menepuk pelan pipinya Rose yang sudah setengah tidak sadar. "Rose..."
Tak ada jawaban. Pikiran Rose sudah di kuasai sepenuhnya oleh phobia yang dia derita. Bahkan untuk sekedar bicara Rose sudah tak mampu lagi. Hanya bola matanya saja yang masih terus menatap sayu ke mata pria ini, berharap sekali lagi kalau pria ini akan membantunya meminum obat penenang yang selama ini menjadi satu-satunya penyelamat saat ketakutan ini datang.
Seakan mengerti apa yang di inginkan oleh Rose, tanpa ragu Adam segera memasukkan satu butir obat ke mulutnya. Setelah itu dia meminum air, dan apa yang dia lakukan selanjutnya sungguh di luar dugaan. Adam tanpa merasa jijik sedikit pun segera memindahkan obat yang ada di dalam mulutnya ke dalam mulut Rose. Dia mengulangi tindakan itu hingga Rose benar-benar sudah menelan obatnya.
"Rose, maaf kalau aku lancang melakukan hal ini. Aku sama sekali tidak mempunyai niat buruk, aku hanya ingin membantumu menelan obat ini saja. Sungguh" ucap Adam merasa sedikit tak enak.
Rose hanya diam tak menanggapi. Suasana di dalam kamar itu terasa sedikit canggung saat Adam terlihat salah tingkah karena Rose yang terus menatapnya. Dia kemudian berniat untuk duduk menjauh.
"Jangan pergi!" ucap Rose dengan suara lemahnya. "Di sini saja, aku masih takut."
"Haa....." beo Adam kaget. "Oh, a-aku tidak akan pergi kemana-mana. Kau jangan khawatir, aku akan menemanimu di sini!."
Tanpa merasa malu Rose kembali masuk ke pelukan Adam. Dia sedikit heran dengan respon tubuhnya yang langsung merasa tenang berada di dalam dekapan pria ini. Rose seperti mendapatkan obat baru dari segala ketakutan yang membelenggu jiwanya.
"Jangan menarikku terlalu kuat, nanti aku jatuh menimpamu" bisik Adam dengan wajah yang merah padam.
Adam adalah pria yang sangat normal. Nafsunya mana mungkin tidak muncul ketika benda kenyal milik Rose menempel di dadanya. Belum lagi aroma vanilla yang menguar kuat dari tubuhnya, membuat Adam mulai kesulitan mengendalikan pikirannya dari hal-hal mesum dan juga sesuatu yang sangat panas.
Nafas Rose yang tadi sesak kini berangsur-angsur normal. Namun dia masih enggan untuk melepaskan pelukannya. Rose terlalu sayang untuk keluar dari zona nyaman ini, dia takut phobianya akan kembali menyambut jika dia melepaskan Adam sekarang.
Saat Adam dan Rose sedang terdiam dengan pikiran masing-masing, tiba-tiba saja pintu kamar di dobrak dengan sangat kuat. Lalu muncullah beberapa orang asing yang langsung meringsek masuk ke dalam kamar menghampiri mereka berdua.
Brrraaaaakkkkkkkkkk
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
...📢 Jangan lupa tinggalkan vote, like dan comment ya gengss 🔪🔪🔪...
...🌹 Ig: emak_rifani...
...🌹 Fb: Nini Lup'ss...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Suryani Malelak Wenyi
ya ..digerebek warga . harus nikah ni..
2023-09-15
1
epifania rendo
pasti ulah ceasar
2022-11-22
0
SiapaSaya
ini Negara mana yah?
masih ada yah Acara² di Grebek Warga,
2022-11-22
0