Rose melenguh pelan saat mulut Adam bersarang di dadanya. Bohong besar kalau dia tidak menikmati sentuhan ini, bahkan sekarang dia setengah menahan nafas saat tangan suaminya mulai bergerilya di lembah basah miliknya.
"Dam, pelan-pelan saja. Aku masih perawan" bisik Rose sambil menahan tangan suaminya yang bergerak dengan sangat cepat di bawah sana.
"Iya Honey, aku akan pelan-pelan. Maaf ya" sahut Adam sedikit merasa bersalah karena sudah membuat istrinya terkejut dengan gerakan jarinya.
Adam menyeringai senang saat telinganya mendengar desahan lembut yang keluar dari mulut istrinya. Lidahnya yang basah kini mulai berpindah turun ke bagian perut ramping Rose, membuat gerakan memutar di bagian pusarnya. Yang mana hal itu membuat Rose menggelinjang dengan dada yang membusung keatas. Adam menengadahkan wajah, dia kemudian melepas seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya dengan di saksikan oleh Rose.
"Aku tampan bukan?" tanya Adam saat mendapati wajah Rose yang merona setelah melihat tubuh polosnya. "Suamimu tampan bukan?."
"Iya" jawab Rose singkat.
"Iya apa?" goda Adam lalu kembali membenamkan wajah di belahan dada istrinya.
"Uuggghhhhh.. Adam..!" lenguh Rose kaget.
Nafas Rose memburu ketika tangan suaminya kembali aktif. Dia hanya bisa terbaring pasrah sambil terus mendesah menikmati perlakuan suaminya. Sedangkan Adam kini mulai tak bisa menahan diri lagi. Wajahnya turun dengan sangat cepat ke bagian paha mulus milik Rose. Menciumi setiap senti kulitnya dengan penuh puja, bangga karena dialah yang akan menjadi orang pertama bagi istrinya.
"Jangan seperti itu, Dam" ucap Rose lirih.
"Seperti itu bagaimana, hem?" goda Adam sambil terus menciumi pangkal paha istrinya.
"Kau...Kau jangan seperti itu. Geli" sahut Rose dengan wajah memerah seperti kepiting rebus.
Adam tersenyum. Dia menghentikan ciumannya kemudian beralih keatas wajah istrinya. Dengan satu jarinya Adam membelai bibir yang sudah setengah bengkak itu kemudian mengecupnya lembut.
"Aku akan melakukannya sekarang, apa kau siap?."
Bulu kuduk Rose meremang begitu dia merasakan hawa panas di samping telinganya saat mendengar bisikan Adam. Dengan dada yang berdebar-debar dia akhirnya menganggukkan kepala. Rose sudah siap untuk melepas keperawanannya pada pria asing yang tiba-tiba saja menjadi suaminya.
"Pelan-pelan..."
"Iya, aku akan melakukannya sepelan mungkin. Jangan takut, oke?" ucap Adam menyahuti perkataan Rose.
Nafas Rose tercekat saat dia merasakan benda tumpul yang ingin menerobos masuk ke lembah basah miliknya. Keningnya mengernyit, dia meremas bahu Adam dengan sangat kuat saat rasa perih mulai menjalari bagian intimnya.
"Tahan sebentar ya. Ini akan sedikit sakit, tapi aku janji tidak akan lama" bisik Adam sedikit tak tega melihat wajah kesakitan istrinya.
"Pelan..." ucap Rose kembali mengingatkan.
"Iya, aku akan pelan.."
Adam sedikit kesusahan saat akan menembus selaput dara yang menghalangi juniornya. Tak ingin membuat Rose semakin kesakitan, dia dengan kuat memaksakan juniornya untuk masuk. Adam lalu membungkam mulut Rose dengan ciuman lembut saat melihatnya ingin berteriak.
Sreeett.. Blleesshhhh
"Eemmpptttt...."
Sebutir cairan bening lolos dari sudut matanya Rose. Ya, malam ini dia benar-benar sudah sah menjadi seorang istri setelah mempersembahkan mahkotanya pada Adam. Meskipun sangat sakit, Rose merasa bangga karena dia bisa menjaga kesuciannya dengan baik sampai dimana dia bisa menyerahkan kesucian itu pada pria yang berhak menerimanya.
"Maaf... " ucap Adam sambil menyeka airmata yang keluar dari sudut mata istrinya. "Aku sudah mencoba melakukannya sepelan mungkin, tapi rasanya akan tetap sakit karena ini adalah yang pertama untukmu!."
"It's okay, aku tahu" sahut Rose kemudian tersenyum tipis.
Adam terpesona melihat senyum manis yang muncul di bibir Rose. Setelah merasakan otot-otot di bagian intim istrinya tak lagi mengencang, Adam mulai melakukan pergerakan. Dia bergerak dengan sangat perlahan sambil terus mengamati wajah istrinya yang masih meringis menahan perih dan juga sakit. Penasaran, Adam akhirnya melihat kearah bawah. Terlihat jelas ada cairan merah yang meleleh keluar mengenai sprei ranjang yang kebetulan berwarna terang. Adam tersenyum, bahagia karena gadisnya begitu pandai menjaga diri. Tanpa sadar gerakan Adam semakin kencang, dia seakan lupa kalau ini adalah percintaan pertama bagi Rose.
"Ssshh, pelan Dam. Rasanya benar-benar perih" rengek Rose sambil menggigit bibir bawahnya.
"Astaga, maaf maaf, aku lupa!" sahut Adam kaget kemudian memperlambat ritme gerakannya.
Tak tega, Adam akhirnya memutuskan untuk berhenti. Dia mengusap keringat yang membasahi wajahnya Rose kemudian mencium keningnya lama.
"Kita berhenti saja. Aku tidak tega melihatmu kesakitan seperti ini."
"Kau yakin ingin berhenti?" tanya Rose sambil mengusap bahu suaminya yang berkeringat. "Aku masih bisa menahannya kalau kau mau lanjut!."
Adam terdiam ragu. Sebenarnya akan sangat menyakitkan jika harus berhenti di tengah jalan, tapi dia mana tega melihat Rose yang terus menahan perih akibat percintaan mereka.
"Aku ingin, tapi kau kesakitan" jawab Adam sambil menyatukan keningnya dengan kening Rose.
Rose tersenyum. Sedikit merasa tersanjung karena Adam begitu mempedulikan keadaannya ketimbang nafsunya sendiri. Rose bisa mengambil kesimpulan kalau dia tidak menikah dengan orang yang salah. Adam adalah pria yang penuh kepedulian, setidaknya itu yang bisa dia rasakan untuk saat ini.
"Maaf ya, aku seharusnya bisa lebih lembut lagi padamu. Jujur saja, ini adalah pengalaman pertamaku bercinta dengan wanita. Jadi aku belum banyak tahu bagaimana cara terbaik agar kau tidak merasa kesakitan!" ucap Adam lagi.
"Tidak apa-apa Dam, aku bisa mengerti hal itu. Aku istrimu, dan ini adalah pengalaman pertama untuk kita berdua. Jangan khawatir, rasa sakitnya perlahan-lahan pasti akan menghilang!" hibur Rose.
"Apa sungguh tidak apa-apa?" tanya Adam meragu.
"Iya."
Adam menelan ludah. "Aku akan menggerakkan lebih pelan dari yang sebelumnya. Ingatkan aku kalau itu membuatmu sakit!."
Rose mengangguk. Detik berikutnya dia kembali merasakan perih saat milik suaminya mulai menghujam dalam. Tak ingin membuat Adam khawatir, Rose dengan sendirinya menarik tengkuk Adam kemudian menciumnya dengan lembut. Awalnya tubuh pria ini menegang, tapi lama kelamaan Adam larut dalam ciuman tersebut. Rasa sakit yang tadinya terasa begitu menusuk perlahan-lahan mulai berganti dengan rasa nikmat. Rose melepas ciumannya kemudian mendesah kuat. Tubuhnya seakan di hantam gelombang besar saat puncak kenikmatan itu datang menerpa.
"Aaahhhhh Adaamm..!" pekiknya.
"I-iya Honey. Iya benar begitu, panggil namaku" sahut Adam semakin bersemangat menghentakkan miliknya.
Klimaks yang di dapat oleh Rose membuat Adam tak bisa menahan diri lagi. Adam menggerakkan tubuhnya dengan sangat cepat kemudian mencengkeram dada Rose saat mencapai puncak. Dia kemudian jatuh menimpa tubuh polos istrinya.
Haaahhhh.... Haahhhh...
Nafas keduanya memburu dan tubuh mereka di banjiri keringat. Adam kemudian tersadar kalau dia masih berada di atas tubuhnya Rose. Segera dia mencabut miliknya kemudian berbaring di sebelah istrinya. Sedangkan Rose, gadis itu masih diam menikmati sisa-sisa pelepasannya. Dia menoleh ke samping saat merasakan sebuah lengan kekar melingkari perutnya.
"Terima kasih, Hon!."
Rose mengangguk. Dia meringis saat tidak sengaja menggerakkan kedua kakinya.
"Apa sakit sekali?" tanya Adam cemas.
"Sedikit" jawab Rose. "Tidak usah cemas, hal ini lumrah di alami oleh semua wanita."
"Rose..."
"Ya" sahut Rose kemudian menatap manik mata suaminya.
"Kau tidak menyesal bukan menyerahkan mahkotamu padaku?" tanya Adam memastikan.
"Kenapa bertanya seperti itu?."
Adam menghela nafas panjang. Dia lalu membawa Rose ke dalam pelukannya kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka.
"Pernikahan ini terjadi karena kesalahpahaman orang-orang itu. Aku takut kau akan mengira kalau aku sengaja menggunakan kesempatan ini untuk mengambil keuntungan darimu. Tapi Rose, aku sungguh-sungguh dengan pernikahan ini. Aku tidak menganggapnya sebuah permainan, dan jujur saja aku sudah cukup lama memperhatikanmu. Mungkin ini adalah satu keberuntungan untukku, tapi entah denganmu. Aku tidak tahu kau akan menganggap pernikahan ini sebagai apa!."
Rose merasa lega karena Adam bersedia untuk jujur tanpa harus dia yang memintanya untuk bicara. Meskipun saat ini dia belum mempunyai perasaan apapun padanya, Rose yakin untuk tetap mempertahankan pernikahan mereka. Dia percaya jika Adam adalah pria yang tepat untuk menjadi pendamping hidupnya. Rose kemudian membalas pelukan Adam sebagai jawaban kalau dia juga akan serius dengan pernikahan mereka, terlepas dari alasan yang menyebabkan mereka terikat sebuah hubungan yang sah di mata Tuhan.
"Aku janji akan menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab untuk ke depannya nanti. Terima kasih sudah mengizinkan aku singgah di hatimu Ros. Aku mencintaimu Honey...!."
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
...📢 Jangan lupa vote, like dan comment...
...ya gengss 🔪🔪🔪...
...🌹 Ig: emak_rifani...
...🌹 Fb: Nini Lup'ss...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
epifania rendo
lebih bagus di cintai dari pada mencintai
2022-11-22
2
RENNY 736
wkwkwkwk... c rose blak2 an banget yaa...
2022-09-18
0
Sri Astuti
syukurlah dpt lski" yg mmg cinta
2022-09-09
0