Jam setengah lima sore mas Arick sudah sampai di rumah, wajahnya cerah sama seperti saat ia berangkat kerja tadi pagi.
Aku dan Zayn menyambut kedatangan mas Arick, kami bertiga kemudian masuk ke dalam kamar. Kata mas Arick dia belum shalat ashar, jadilah ia buru-buru mandi dan segera melaksanakan shalat.
Selesai shalat, mas Arick memintaku dan Zayn untuk duduk disampingnya dan mendengarkan ia membaca surat Al-Kahfi.
“Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua Jum’at."
Hatiku begitu tenang mendengarkan setiap ayat yang mas Arick lantunkan, rasa-rasanya saat ini aku sudah berada di surga dengannya.
"Mas." Aku memanggilnya pelan sesaat setelah kami mengucapkan kata Alhamdulilah sebagai penutup bacaan Al-quran.
Mas Arick menoleh dan memberi isyarat agar aku mendekat, ia mencium keningku cukup lama hingga senyum dibibir ku semakin mengembang sempurna.
"Ada apa sayang?" Tanya mas Arick, ia mengambil Zayn didalam dekapan ku untuk dia dekap sendiri.
"Sore tadi mbak Puji mengingatkan aku sesuatu."
"Mengingatkan apa?" Mas Arick berulang kali menciumi wajah Zayn yang nyaris terlelap.
"Em, tentang KB Mas." Jawab ku ragu-ragu. Ku lihat mas Arick mulai mengalihkan perhatiannya dari Zayn dan beralih menatap ku.
Aku menelan saliva ku cukup susah, aku sadar ini adalah pernikahan pertama mas Arick dan disaat seperti ini ia pasti ingin aku segera mengandung anaknya.
Tapi bagaimana dengan Zayn? Zayn masih terlalu kecil untuk memiliki seorang adik.
"Kenapa? kamu tidak ingin memberikan Zayn seorang adik?"
Aku meremat tanganku sendiri, takut jika aku sampai salah berucap.
"Bukan seperti itu Mas."
"Lalu?"
Ya Allah, bagaimana ini? jika sudah berbicara serius seperti ini mas Arick berubah menjadi sangat menakutkan.
"Kita konsultasikan dulu dengan dokter kandungan mu ya, kalau aku pribadi, aku tidak ingin kamu memakai KB."
Aku mengangguk pelan meskipun aku sedikit kecewa dengan penuturan mas Arick, aku tidak ingin berkeras kepala dengan suamiku sendiri.
"Bagaimana kalau besok kita langsung konsultasi saja? sorenya kita pulang ke rumah ibu Nami." Ajak mas Arick, ia mengelus pucuk kepala ku dengan sayang.
Dan lagi-lagi aku mengangguk.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sesuai jadwal, hari ini aku dan mas Arick akan menemui dokter kandungan ku, yaitu dokter Diah.
Saat ini aku dan mas Arick sudah berada didalam ruangan dokter Diah, sedangkan Zayn menunggu diluar bersama mbak Puji.
"Bagaimana kabar Zayn Ji, sehat? kamu sudah KB belum?" Tanya dokter Diah, aku dan mas Arick langsung saling pandang.
"Begini Dok, sebenarnya kami tidak ingin KB." Jawab mas Arick langsung pada intinya.
"Duh duh duh kenapa? Pak Arend sudah tidak sabar memiliki anak kedua ya?"
Deg! ya Allah, jantungku rasanya mau copot ketika mendengar dokter Diah memanggil mas Arick dengan nama mas Arend.
Buru-buru aku ingin menjelaskan, jika suamiku saat ini adalah mas Arick dan mas Arend sudah meninggal dunia, aku tidak ingin mas Arick merasa tersinggung dan berkecil hati akan hal itu, namun belum sempat aku menjelaskan mas Arick sudah melarangnya. Dia menggenggam tanganku dan menggeleng pelan sebagai isyarat.
"Iya Dok, apa tidak masalah jika istri saya mengandung lagi?" Tanya mas Arick dengan tidak sabaran.
Ku lihat dokter Diah sedikit tersenyum, mungkin dia merasa lucu dengan keinginan mas Arick.
"Sebenarnya menyusui itu adalah KB alami Pak, jarak antar kehamilan yang disarankan adalah antara 2 hingga 5 tahun. Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat menyebabkan gangguan kesehatan, salah satu contohnya yaitu gagalnya pemberian ASI secara penuh pada bayi yang sedang disusui. Karena itu untuk mencegah jarak antar kehamilan yang terlalu dekat, sebaiknya Anda gunakan metode kontrasepsi yang sudah teruji efektifitasnya ketimbang KB alami. Namun, jika benar saat ini istri Anda sedang hamil, maka akan jauh lebih bijak jika kedua orang tua bertanggung jawab dan merawat kehamilan ini hingga tiba saatnya melahirkan nanti."
Mendengar penjelasan dokter Diah, aku semakin memantapkan hatiku untuk tidak memiliki anak dalam waktu dekat ini. Aku ingin menyusui Zayn secara eksklusif sampai usia Zayn genap 2 tahun.
"Terima kasih Dok atas penjelasannya." Jawab mas Arick dengan senyum yang mengembang.
Entah kenapa, hatiku merana melihat senyum mas Arick kali ini, aku merasa akan mulai ada perbedaan pendapat diantara kami berdua.
Disepanjang perjalanan dari rumah sakit ke rumah ibu Nami aku terus termenung, memikirkan antara keinginan ku dan keinginan mas Arick yang sepertinya akan sulit untuk menyatu.
"Ji, apa yang kamu pikirkan?" Tanya mas Arick, mobil kami berhenti di lampu merah.
Aku menoleh kebelakang memeriksa keadaan Zayn yang tertidur didalam dekapan mbak Puji.
"Tidak ada apa-apa Mas." Jawab ku bohong, aku hanya tidak ingin membicarakan hal penting ini dihadapan mbak Puji.
Setelah 30 menit perjalanan akhirnya kami sampai juga di rumah ibu Nami. Ibu, mbak Aluna dan Rizky menyambut kedatangan kami. Rizky adalah anak mas Faruq dan mbak Aluna yang sudah berusia 3 tahun.
Bertemu dengan ibu dan semua anggota keluarga membuat aku sedikit melupakan kemelut di hatiku.
Kini kami semua berbincang-bincang di ruang tengah setelah selesai makan malam.
"Rick, apa kamu sudah mengurus itsbat nikah mu dengan Jihan?" Tanya mas Faruq pada mas Arick. Kami semua langsung terdiam ketika mendengar pertanyaan mas Faruq itu.
Itsbat nikah adalah prosedur untuk membuat nikah siri menjadi nikah resmi, tercatat secara hukum.
Ku lihat mas Arick tidak langsung menjawab, sepertinya ia sedang berpikir untuk menjawab pertanyaan mas Faruq.
Aku pun tidak pernah mengungkit tentang hal itu, sehingga aku tidak tahu apa mas Arick sudah mengurusnya atau belum.
"Maaf Mas, saya belum sempat mengurus berkas-berkasnya." Jawab mas Arick.
Aku kemudian melihat mas Faruq yang mulai menunjukkan wajah kecewanya, sebenarnya akupun sedikit kecewa juga mendengar jawaban mas Arick.
"Ya sudah tidak apa-apa, yang penting rumah tangga kalian rukun dan selalu bahagia. Itu bisa diurus nanti." Ibu mencoba mencairkan suasana yang mulai menegang.
"Itu tidak bisa diurus nanti Bu, kalau Jihan hamil bagaimana? anaknya juga butuh akta nikah untuk membuat akta kelahiran." Jelas mas Faruq yang memang memiliki sifat keras kepala. Mungkin mas Faruq seperti itu karena dia adalah pengganti bapak untuk melindungi aku dan ibu.
"Secepatnya akan saya urus Mas, Bu." Jawab mas Arick, aku langsung mengelus lengan suamiku ini, agar dia tidak terpancing dengan kekesalan mas Faruq.
"Iya, sebaiknya secepatnya kamu urus Nak." Ibu menimpali. Ku lihat mbak Aluna pun mengelus lengan mas Faruq mencoba menenangkan.
"Saya minta maaf Rick, kalau ucapan saya ini kasar. Tapi ini untuk kebaikan kalian sendiri." Jelas mas Faruq dengan nada bicara yang mulai merendah.
"Iya Mas, saya mengerti, ini memang salah saya yang mengabaikan tentang istbat nikah kami. Maafkan Arick ya Bu."
Ya allah, aku bernapas lega ketika melihat mas Arick berlapang dada menerima perlakuan kasar mas Faruq.
Ibu mengangguk seraya tersenyum, mas Faruq pun mengangguk kecil mengiyakan permintaan maaf mas Arick.
Aku ingin sekali menarik mas Arick untuk segera masuk kedalam kamar, aku ingin meminta maaf padanya atas semua yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
liberty
duh gantian dokternya yang diambekin Arick 😅
2024-04-30
1
Susillah
orang baik sll merasa bersalah jika sedikit sjh membuat orang lain ga nyaman .. wlwpun orang lain yg melakukan tp berhubungan dgn nya
2024-04-02
0
Erna Susanti
😘😘😘
2023-06-24
0