BAB 10 - Aku Adalah Arend Dimatamu

'Saya rasa kita belum siap untuk menerima satu sama lain. Harusnya kita memulai semuanya saat sama-sama sudah siap. Saat hati kita tidak diselimuti masa lalu.'

Kata-kata mas Arick semalam terus saja mengusik pikiranku.

"Masa lalu? apakah yang dimaksud mas Arick adalah mas Arend? ada apa dengan mas Arend? apa yang membuat mas Arick sampai marah karena itu?" Gumam ku pelan, tanganku mengelus tubuh Zayn yang sedang menyusu.

Tadi malam mas Arick memang tidur di samping ku, hanya saja ia memunggungi aku. Dan saat Zayn bangun pun dia juga menemani. Tapi kami hanya saling membisu, bahkan mas Arick tak sudi menatap wajah ku, lagi.

Pagi tadi tidak ada lagi kecupan hangat, ia juga menolak ketika aku ingin mencium punggung tangannya.

Ya Allah.

"Zayn, ayah Arick kenapa ya Nak? Ibu melakukan kesalahan apa?" Tanyaku pada Zayn, ku lihat Zayn yang tidak peduli, asik dengan dunianya sendiri.

Aku tahu Zayn memang tidak akan bisa menjawab, tapi aku benar-benar butuh seseorang untuk ku ajak bicara. Jika hanya ku pendam dalam hati, mungkin aku bisa gila.

Apa mas Arick menemukan sesuatu tentang mas Arend?

Huh! Aku hanya bisa menghela napas berat, seirama dengan hatiku yang begitu gundah. Selesai Zayn menyusu, dia kembali tidur.

Aku mulai memeriksa tiap sudut ruangan ini, lemari baju ku bongkar, ku periksa satu per satu baju itu, semua laci ku buka, bahkan perlengkapan Zayn pun tak lepas dari perhatian ku.

Aku mencari dan ingin menemukan sesuatu yang berhubungan dengan mas Arend. Aku ingin tahu alasan apa yang membuat mas Arick marah kepadaku.

Apa mas Arick menemukan cincin pernikahan ku dengan mas Arend?

Apa mas Arick melihat foto-foto kami?

Atau mas Arick menemukan surat cinta kami?

Apa? apa?

Ya Allah, aku sangat bingung.

Lama aku mencari bahkan hingga Zayn bangun lagi, aku tetap tidak menemukan apapun.

Lalu apa yang membuat mas Arick marah?

Tidak ingin berlarut-larut dalam kebingungan, aku memutuskan untuk memanggil mbak Puji.

"Mbak, kemarin waktu beresin barang-barang dari rumah ibu, apa mbak Puji lihat ada barangnya mas Arend?"

"Mas Arend Mbak?" Tanya mbak Puji padaku, ku lihat ia menatap ku dengan bingung.

"Iya Mbak, mas Arend"

"Tidak ada Mbak, tidak ada satu barang pun milik mas Arend yang saya bereskan kemarin. Semuanya baju Mbak Jihan, mas Arick dan den Zayn." Jelas mbak Puji, aku pun percaya dengan penjelasannya itu. Pasalnya aku ikut mengemas semua barang-barang ini.

Ya allah, berilah hamba petunjuk.

"Memangnya ada apa Mbak?" Tanya mbak Puji penasaran.

"Tidak ada apa-apa Mbak." Aku mencoba tersenyum, meski aku tahu, mbak Puji meragukan senyuman ku ini.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Mas, kamu sudah makan siang?"

"Mas, nanti pulang jam berapa?"

"Mas aku menunggu mu."

Aku mencoba mengirim pesan untuk yang kesekian kalinya dan berapa banyak pun pesanku yang terkirim, tetap saja tidak dibaca oleh mas Arick. Padahal di sana tertera dengan jelas jika statusnya online.

Lagi-lagi aku hanya bisa menghela napas berat.

Selama hampir dua bulan aku bersama mas Arick, aku mulai bisa memahami semua sikapnya, jika dia kembali dingin seperti ini itu artinya aku telah melakukan sebuah kesalahan. Tapi kesalahan apa? itulah yang terus mengganggu pikiranku.

Tunggu, mas Arick marah setelah kita melakukan hubungan itu. Aku memutar otak ku berulang, memutar berulang-ulang saat aku bersamanya kemarin malam.

Tapi tetap saja, aku tidak menemukan apapun, semuanya sangat indah, bahkan aku masih mengingat semua rasanya dengan jelas dan harusnya tidak berakhir seperti ini.

Aku mendengar suara bell rumah berbunyi dengan tidak sabaran, aku sedikit berlari menjangkau pintu utama rumah ini takutnya itu adalah suamiku. Aku tidak mau mas Arick semakin marah jika aku membuatnya menunggu.

Ternyata benar, mas Arick pulang.

Ternyata hari ini sama seperti kemarin, mas Arick pulang terlambat dan dia masih mendiamkan aku.

Sehabis shalat isya, ku lihat mas Arick mengambil Zayn dan keluar kamar, aku mengikuti kemanapun dia pergi. Mas Arick berhenti di ruang kerjanya. Ia masih menggendong Zayn dan satu tangannya membuka-buka berkas.

"Mas." Aku mencoba memanggil, tapi mas Arick tidak bergeming barang sedikit pun. Aku memberanikan diri mendekat dan kemudian memeluk tubuhnya dari belakang. Air mataku mengalir membasahi punggung mas Arick.

Aku hanya wanita lemah, hatiku rapuh, aku tidak sanggup jika diperlakukan seperti ini, terlebih oleh suamiku sendiri.

"Maafkan aku Mas. Aku minta maaf jika tanpa sadar aku menyakiti mu." Aku berucap sesenggukan, aku memeluk tubuh suamiku lebih erat, mencari kekuatan dan kehangatan yang sedari kemarin hilang.

"Maafkan aku."

Mas Arick tetap terdiam, bahkan cukup lama aku menunggu namun dia tetap tidak menjawab ucapan ku.

Perlahan aku pun melerai pelukan ku sendiri, pelukan yang tanpa balasan ini. Dalam hatiku selalu berharap mas Arick berbalik dan kembali memeluk ku. Tapi sepertinya harapanku terlalu besar, terlalu indah, hingga aku tidak pantas untuk mendapatkannya.

"Mas, apa jadinya rumah tangga kita jika kita terus seperti ini. Jelaskan padaku Mas, dimana salah ku? apa yang harus aku perbaiki?" Aku hanyalah manusia biasa, akhirnya amarah ku sedikit terpancing dan mulai mencerca mas Arick dengan banyak pertanyaan.

Ku lihat mas Arick mulai terpengaruh dan dia menoleh kepadaku. Aku tau ini bukan mas Arick yang sesungguhnya, dari matanya aku bisa melihat dengan jelas jika mas Arick masih peduli padaku.

"Mas." Lirih ku, melihat matanya sungguh membuat aku lemah, kemarahan ku tadi menguap entah kemana.

"Kita butuh waktu Mbak. Kita butuh waktu untuk sendiri."

Deg! suara ini, aku sangat merindukan suaranya ini, hanya dengan mendengarnya berucap sudah membuat hatiku berdebar. Tapi sayang, ucapan yang pertama kali keluar dari mulutnya begitu menyakitkan.

"Kenapa Mas? kenapa kamu butuh waktu untuk sendiri?"

"Bukan aku, tapi kamu mbak."

Aku?

Tatapan kami terus terkunci, seolah sama-sama menyusuri isi hati yang sesungguhnya.

"Aku tidak butuh waktu." Ucap ku pelan, aku tidak mau berdebat dengan suamiku sendiri.

"Mbak bisa berucap seperti itu, tapi hati Mbak belum. Bahkan tanpa sadar, mbak masih memanggil nama mas Arend dimalam pertama kita."

Ku lihat matanya berembun.

Astagfirulahalazim, astagfirulahalazim, betapa bodohnya aku ya Allah.

Mulut ku membisu, lidah ku kelu, aku tidak punya kekuatan lagi untuk menjawab ucapan mas Arick. Bahkan untuk mengucapkan kata maaf pun aku merasa sangat malu.

"Jika Mbak belum siap harusnya beritahu aku, katakan padaku. Jika seperti ini aku benar-benar merasa tidak dihargai. Aku bukan Arick, aku adalah Arend dimata Mbak."

Terpopuler

Comments

Nuryati Yati

Nuryati Yati

harusnya ngomong langsung mas Arick kasihan Jihan kalo kamu diemi dia kn gk sadar maklum baru di tinggal suaminya

2025-01-02

0

Mei Saroha

Mei Saroha

masih mending dia panggil arend, coba dia nyebut nama laen, pegimana tuh 🤣😆😁

2024-12-22

0

anonim

anonim

Arick yang sabar....baru meninggal Arend suami Jihan saat kalian bersetubuh. Tanpa sadar Jihan menyebut nama Arend. Ya memang kamu tersinggung Rick...tapi tidak usah pakai marah diamkan Jihan pula. Kan Jihan kasihan juga. Makhlumi Jihan dong Arick...
Mestinya kamu yang usaha supaya Jihan fokusnya ke kamu. Tapi ya sulit juga bagi Jihan lupakan Arend secara wajahmu sama.

2024-10-07

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Tidak Memiliki Alasan
2 BAB 2 - Pernikahan Kedua
3 BAB 3 - Gugup
4 BAB 4 - Ji
5 BAB 5 - Kehabisan Kata-Kata
6 BAB 6 - Mulai Membiasakan Diri
7 BAB 7 - Harus Terbiasa
8 BAB 8 - Tanpa Sadar
9 BAB 9 - Mendiamkan Aku
10 BAB 10 - Aku Adalah Arend Dimatamu
11 BAB 11 - Pungguk Merindukan Bulan
12 BAB 12 - Berkutat Dengan Masa Lalu
13 BAB 13 -Penuh Penyesalan
14 BAB 14 - Apakah Kamu Percaya?
15 BAB 15 - Percayalah Padaku
16 BAB 16 - Menghindari Fitnah
17 BAB 17 - Itsbat Nikah
18 BAB 18 - Tidak Melihat Keberadaan Ku
19 BAB 19 - Sangat Beruntung
20 Tokoh Turun Ranjang
21 BAB 20 - Memperkenalkan Aku
22 BAB 21 - Menjadi Teman
23 BAB 22 - Masalah Lila
24 BAB 23 - Ya Allah Bantu Aku
25 BAB 24 - Suka Saat Di Kursi
26 BAB 25 - Tetap Berada Di Sampingku
27 BAB 26 - Terbuka Satu Per Satu
28 BAB 27 - Selalu Mendoakan Kamu dan Jihan
29 BAB 28 - Mimpi
30 BAB 29 - Sebuah Rencana
31 BAB 30 - Datang Ke Kantor Polisi
32 BAB 31 - Membohongi Istri
33 BAB 32
34 BAB 33
35 BAB 34
36 BAB 35
37 BAB 36
38 BAB 37
39 BAB 38
40 BAB 39
41 BAB 40
42 BAB 41
43 BAB 42
44 BAB 43
45 BAB 44
46 BAB 45
47 BAB 46
48 BAB 47
49 BAB 48
50 BAB 49
51 BAB 50
52 BAB 51
53 BAB 52
54 BAB 53
55 BAB 54
56 BAB 55
57 BAB 56
58 BAB 57
59 BAB 58
60 BAB 59
61 BAB 60
62 BAB 61
63 BAB 62
64 BAB 63
65 BAB 64
66 BAB 65
67 BAB 66
68 BAB 67
69 BAB 68
70 BAB 69
71 BAB 70
72 BAB 71
73 BAB 72
74 BAB 73
75 BAB 74
76 BAB 75
77 BAB 76
78 BAB 77
79 BAB 78
80 BAB 79
81 BAB 80
82 BAB 81
83 BAB 82
84 BAB 83
85 BAB 84
86 BAB 85
87 BAB 86
88 BAB 87
89 BAB 88
90 BAB 89
91 BAB 90
92 BAB 91
93 BAB 92
94 BAB 93
95 BAB 94
96 BAB 95
97 BAB 96
98 BAB 97
99 BAB 98
100 BAB 99
101 BAB 100
102 BAB 101
103 BAB 102
104 BAB 103
105 BAB 104
106 BAB 105
107 BAB 106
108 BAB 107
109 BAB 108
110 BAB 109 Final Eps
111 MY SUGAR
112 Terikat Takdir Sang Penguasa
113 My Genius Twins Baby And CEO
114 RETURN
115 Asmara Di Usia 17 Tahun
116 jangan dibaca
117 Gairah Sang Casanova
118 Wajib Baca
119 After Divorce
120 Bride Of Choice Karya Lunoxs
121 Crazy Love karya baru Lunoxs
122 Pengasuh Tuan Muda Genius karya baru Lunoxs
Episodes

Updated 122 Episodes

1
BAB 1 - Tidak Memiliki Alasan
2
BAB 2 - Pernikahan Kedua
3
BAB 3 - Gugup
4
BAB 4 - Ji
5
BAB 5 - Kehabisan Kata-Kata
6
BAB 6 - Mulai Membiasakan Diri
7
BAB 7 - Harus Terbiasa
8
BAB 8 - Tanpa Sadar
9
BAB 9 - Mendiamkan Aku
10
BAB 10 - Aku Adalah Arend Dimatamu
11
BAB 11 - Pungguk Merindukan Bulan
12
BAB 12 - Berkutat Dengan Masa Lalu
13
BAB 13 -Penuh Penyesalan
14
BAB 14 - Apakah Kamu Percaya?
15
BAB 15 - Percayalah Padaku
16
BAB 16 - Menghindari Fitnah
17
BAB 17 - Itsbat Nikah
18
BAB 18 - Tidak Melihat Keberadaan Ku
19
BAB 19 - Sangat Beruntung
20
Tokoh Turun Ranjang
21
BAB 20 - Memperkenalkan Aku
22
BAB 21 - Menjadi Teman
23
BAB 22 - Masalah Lila
24
BAB 23 - Ya Allah Bantu Aku
25
BAB 24 - Suka Saat Di Kursi
26
BAB 25 - Tetap Berada Di Sampingku
27
BAB 26 - Terbuka Satu Per Satu
28
BAB 27 - Selalu Mendoakan Kamu dan Jihan
29
BAB 28 - Mimpi
30
BAB 29 - Sebuah Rencana
31
BAB 30 - Datang Ke Kantor Polisi
32
BAB 31 - Membohongi Istri
33
BAB 32
34
BAB 33
35
BAB 34
36
BAB 35
37
BAB 36
38
BAB 37
39
BAB 38
40
BAB 39
41
BAB 40
42
BAB 41
43
BAB 42
44
BAB 43
45
BAB 44
46
BAB 45
47
BAB 46
48
BAB 47
49
BAB 48
50
BAB 49
51
BAB 50
52
BAB 51
53
BAB 52
54
BAB 53
55
BAB 54
56
BAB 55
57
BAB 56
58
BAB 57
59
BAB 58
60
BAB 59
61
BAB 60
62
BAB 61
63
BAB 62
64
BAB 63
65
BAB 64
66
BAB 65
67
BAB 66
68
BAB 67
69
BAB 68
70
BAB 69
71
BAB 70
72
BAB 71
73
BAB 72
74
BAB 73
75
BAB 74
76
BAB 75
77
BAB 76
78
BAB 77
79
BAB 78
80
BAB 79
81
BAB 80
82
BAB 81
83
BAB 82
84
BAB 83
85
BAB 84
86
BAB 85
87
BAB 86
88
BAB 87
89
BAB 88
90
BAB 89
91
BAB 90
92
BAB 91
93
BAB 92
94
BAB 93
95
BAB 94
96
BAB 95
97
BAB 96
98
BAB 97
99
BAB 98
100
BAB 99
101
BAB 100
102
BAB 101
103
BAB 102
104
BAB 103
105
BAB 104
106
BAB 105
107
BAB 106
108
BAB 107
109
BAB 108
110
BAB 109 Final Eps
111
MY SUGAR
112
Terikat Takdir Sang Penguasa
113
My Genius Twins Baby And CEO
114
RETURN
115
Asmara Di Usia 17 Tahun
116
jangan dibaca
117
Gairah Sang Casanova
118
Wajib Baca
119
After Divorce
120
Bride Of Choice Karya Lunoxs
121
Crazy Love karya baru Lunoxs
122
Pengasuh Tuan Muda Genius karya baru Lunoxs

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!