"Rick! kamu mau kemana?"
Langkah ku terhenti ketika aku mendengar suara Jasmin memanggilku.
"Kamu mau kemana?" Tanya Jasmin lagi.
"Aku ada urusan sebent_"
"Urusan apa? ingat Rick, kita hari ini ada acara penting di ballroom hotel, semua orang sibuk mengurus itu kamu malah mau pergi lagi dan berkilah ada urusan." Jasmin memotong ucapan ku dengan cepat, dan dia menghampiri aku dengan beberapa berkas ditangannya.
Ya allah, kenapa disaat aku ingin memperbaiki hubungan ku dengan Jihan ada saja kendala.
Hari ini memang aku sangat sibuk, mau tidak mau pun aku memundurkan niat ku untuk pulang dan menemui Jihan. Akhirnya aku mengambil berkas yang diberikan oleh Jasmin dan kembali masuk ke dalam ruangan ku.
Aku terus memfokuskan pikiranku untuk pekerjaan, aku ingin segera menyelesaikannya dan segera pulang.
Hingga jam 8 malam, aku masih sibuk memeriksa perlengkapan acara malam ini di ballroom.
Akan ada kajian islam oleh Ustad Abu Ihsan, dan semua peserta yang menghadiri kajian ini adalah para tamu-tamu VIP hotel.
Semua hidangan dari makanan, minuman, bahkan pelayanannya pun menjadi tanggung jawab ku.
"Rick, duduk dulu, istirahat, sekalian kita mendengar isi kajian ini." Haris menarik tangan ku dan membimbing aku untuk duduk disampingnya.
Tak lama setelah itu, Jasmin dan Selena datang juga.
"Dimana Jodi dan Kris?" Tanya ku pada Haris.
"Mereka masih sibuk di bawah."
Aku mengangguk kecil dan kemudian fokus mendengarkan isi kajian ini.
Allah berfirman: Jika kamu berselisih tentang suatu masalah, maka kembalilah kepada Allah dan rasul-Nya.
Jangan mengedepankan ego, baik itu suami maupun istri. Tindakan antisipasi untuk menghindari perselisihan, yaitu kembali kepada perkataan Allah dan Nabi, di mana yang salah harus mengakuinya dan tidak mengedepankan ego.
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk menangani permasalahan adalah dengan mengurangi berburuk sangka dan pikiran negatif pada pasangan. Tanamkan pemikiran bahwa percekcokan adalah ujian dari Allah SWT untuk lebih memantapkan keteguhan rumah tangga.
Selain itu, tanamkan pikiran bahwa pertengkaran adalah kesempatan untuk mendulang pahala dan melatih kesabaran. Jangan terlalu cepat untuk menyalahkan pasangan, karena bisa saja permasalahan itu muncul dari dosa-dosa kita terdahulu. Maka mulai banyaklah mengintrospeksi diri.
Mendengar penuturan Ustad Abu, aku seperti mendapatkan tamparan keras, aku meremat kedua tanganku sendiri di bawah meja.
Maafkan aku Ji.
Aku melihat jam di pergelangan tangan ku, jam 9.30.
"Ris, tolong hendel semuanya ya, aku harus segera pulang." Aku berpamitan pada Haris, niat ku aku pun ingin berpamitan dengan Jasmin dan Selena.
Tapi melihat wajah Jasmin yang tak ramah membuat aku mengurungkan niat. Tanpa peduli apapun lagi aku bergegas pulang.
25 menit perjalanan akhirnya aku sampai di rumah, aku bahkan berlari ke pintu utama setelah memasukan mobil ke dalam garasi.
Berulang kali aku menekan bell rumah, tapi cukup lama pula Jihan membukanya.
Ceklek!
Alhamdulilah, pintunya terbuka.
Namun aku langsung kecewa ketika yang membuka pintu bukanlah Jihan, melainkan mbak Puji.
"Jihan mana Mbak?" Tanya ku dengan tidak sabaran. Aku pun berjalan cepat ke kamar dan mbak Puji mengekor.
"Anu Mas, Mbak Jihan pulang ke rumah ibu."
Langkahku langsung terhenti di ruang tengah ketika mendengar jawaban mbak Puji.
"Pulang? ke rumah ibu?" Tanyaku lagi memastikan.
"Kenapa? kenapa Jihan tidak memberi tahu ku?" Aku mulai sedikit marah.
"Mbak Jihan sudah bilang sama Mas. Tapi tadi pas mbak Jihan telepon yang ngangkat asistennya mas Arick." Jawab mbak Puji ragu-ragu.
Astagfirulahalazim, aku langsung mencari ponsel ku di semua saku. Ternyata ponselku tertinggal di hotel.
Mungkinkah Jasmin yang memegangnya saat ini?
Astagfirulahalazim, aku mengacak rambutku frustasi.
Tanpa babibu, aku langsung menyusul Jihan tidak peduli lagi pada mbak Puji yang masih ingin berbicara.
Aku melaju cukup kencang memecah jalanan kota Jakarta, tujuan ku kini adalah rumah ibu Nami. Mungkin Jihan tidak sabar untuk menunggu sabtu, hingga ia pergi ke rumah ibu lebih awal.
20 menit perjalanan, akhirnya aku sampai di rumah ibu Nami. Merasa sedikit tak enak hati karena ini pertama kalinya Jihan pulang ke rumah ini setelah menikah dengan ku. Dan parahnya Jihan pulang sendiri.
Lagi-lagi aku mengacak rambut ku frustasi di depan pintu rumah ini. Apalagi ketika mengingat wajah mas Faruq, rasa-rasanya aku benar-benar malu.
Setelah cukup lama berdebat dengan hatiku sendiri, aku menekan bell rumah.
Cukup lama aku menunggu, mungkin ibu dan yang lainnya sudah tidur. Saat aku hendak berbalik pulang, pintu rumah di buka oleh mas Faruq.
Deg! Jantungku terasa dilempar batu. Ku lihat mas Faruq menatap ku penuh curiga.
"Arick, ada apa malam-malam begini kamu kesini? ayo masuk." Ajak mas Faruq dan aku mengikuti langkahnya.
Keringat dingin mulai muncul dikedua telapak tangan ku, juga di keningku. Jujur saja aku sangat takut akan kemarahan mas Faruq. Dulu aku berjanji untuk selalu menjaga adik kesayangannya Jihan, tapi apa yang aku lakukan kini?
"Ada apa Rick? apa ada sesuatu yang penting?" Mas Faruq mulai bertanya dan aku makin gamang.
"Saya ingin menjemput Jihan Mas." Jawab ku ragu-ragu, ku lihat dahi mas Faruq mengkerut, seolah bingung dengan jawaban yang aku berikan.
"Loh, Nak Arick, ada apa malam larut begini kamu kesini? ibu kira siapa yang datang, dimana Jihan?"
Deg! Ibu Nami datang dengan wajah cemas, ia langsung duduk di samping mas Faruq dan aku mulai kehabisan kata-kata.
Apa Jihan tidak disini?
"Kamu ada masalah dengan Jihan?" Tanya mas Faruq.
Ya allah, aku mengutuk diriku sendiri atas kecerobohan ku ini. Kenapa aku tidak bertanya dulu kepada mbak Puji, Jihan pulang ke rumah ibu siapa, ibu Nami atau ibu Sofia.
Kini aku terjebak dengan kecemasan ibu mertua ku dan ipar ku. Ku lihat wajah mas Faruq yang mulai tak ramah.
"Jawab Rick!" Mas Faruq mulai menaikkan intonasi suaranya.
"Faruq, jaga nada bicaramu. Ini sebenarnya ada apa Rick?" Ibu mencoba menengahi, meski aku tahu dia sama khawatirnya dengan mas Faruq. Dari wajah ibu tergambar dengan sangat jelas kekhawatirannya.
"Maafkan Arick Bu, Mas." Aku menelan salivaku dengan susah payah.
"Hari ini Arick sangat sibuk sehingga melupakan Jihan, saat Arick pulang, Jihan sudah tidak ada di rumah, kata mbak Puji Jihan pulang ke rumah ibu." Aku memberanikan diri menatap netra ibu Nami.
"Sepertinya Jihan pulang ke rumah ibu Sofia." Jelas ku sambil menghapus keringat dingin yang terasa mengalir di pelipis mata.
Aku mendengar helaan napas kasar penuh kekecewaan dari mas Faruq. Aku sangat gugup menunggu ucapan yang akan ia keluarkan.
"Ya sudah, jemput lah Jihan di rumah ibu Sofia. Aku harap kejadian seperti ini tidak terjadi lagi. Seperti hidup di jaman purba saja, sampai komunikasi suami dan istri tidak terjalin."
"Sudahlah Faruq." Ibu Nami mengelus pundak mas Faruq, mencoba meredakan kemarahan ipar ku ini.
"Ibu ambilin minum dulu, habis minum kamu jemput susul Jihan ya." Ibu pun menghela napas dan segera berlalu ke dapur, aku tau beliau juga kecewa padaku.
Ya Allah. Batinku penuh penyesalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
⏤͟͟͞͞RL𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
jangan sampai jasmin ngomong yg ngak2
2025-01-06
0
anonim
Arick ini gegabah hp ketinggalan di kantor istri hubungin yang jawab perempuan
2024-10-08
0
Tuti Tyastuti
pasti jasmine bicara yg ngak"
2024-08-20
2