POV JIHAN
Aku memegangi bibirku yang baru saja dikecup oleh mas Arick. Kemudian aku menurunkan tangan ku dan memegangi dada, jantungku berdebar seolah baru saja mendapatkan ciuman pertama.
Aku melirik mas Arick yang masih fokus menyetir. Mendapatkan perlakuan manis seperti ini sudah berhasil meleburkan rasa cemburu ku.
"Mas, kenapa kita pulang buru-buru sekali? mas kan bisa berangkat kerja dari rumah ibu." Tanya ku, sedari tadi pertanyaan ini terus mengusik pikiran ku, apa mas Arick masih sangat sibuk hingga ia harus ke kantor pagi-pagi sekali.
Bukannya menjawab pertanyaan ku, ku lihat mas Arick malah tersenyum dan tetap fokus menyetir.
10 menit kemudian, aku dan mas Arick sampai Di rumah. Kami turun dan langsung disambut oleh mbak Puji.
"Ya ampun Mbak, seharian tidak bertemu dengan Zayn saya kangen sekali. Sini biar Mbak yang gendong."
Aku tersenyum seraya memberikan Zayn pada mbak Puji.
Terima kasih ya Allah, engkau mengelilingi aku dengan orang-orang baik yang berhati tulus.
Selepas kepergian mbak Puji mas Arick menarik tangan ku untuk mengikuti langkahnya, kami menuju kamar yang tadi malam tidak kami tiduri.
Sampai di kamar, mas Arick kemudian mengunci pintu dan menggendongku seperti pengantin baru.
Aku tertawa pelan didalam gendongan mas Arick, merasa lucu dan seperti tidak pantas.
"Mas apa-apaan sih? kita sudah tua Mas." Aku menggantungkan kedua tangan ku dileher mas Arick, takut jatuh.
"Memang sudah tua, kita bahkan sudah punya anak. Tapi itu bukan alasan untuk tidak memanjakan mu."
Hahahah, aku tertawa hingga mengeluarkan air mata.
"Ternyata Mas orangnya suka merayu ya." Ledek ku masih dengan kekehan kecil.
Tawaku mulai surut ketika mas Arick menatapku dengan intens, ia semakin mendekat dan menyesap bibirku dengan lembut.
Aku tahu mas Arick menginginkan lebih.
Dan pagi ini aku dan mas Arick kembali menyatu, decitan ranjang menjadi saksi bahwa kami benar-benar larut dalam penyatuan ini. Aku bahkan tanpa sadar berulang kali mendesah dan memanggil nama mas Arick.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
POV ARICK
Aku memeluk tubuh polos Jihan dengan erat, seirama dengan pelepasan ku yang sudah sempurna. Rasanya aku tidak pernah puas untuk memadu kasih dengannya.
Aku ingin lagi dan ingin lagi.
"Mas, sudah jam 7." Jihan mengingatkan aku, kulihat dadanya naik turun dengan napas terengah.
"Sekarang masih hari jum'at." Lagi-lagi Jihan mengingatkan aku, dengan terpaksa akhirnya aku menarik diri dari dalam tubuh Jihan.
"Baiklah." Aku menjawab dengan cemberut, lain halnya dengan Jihan yang malah menertawakan aku.
Melihat tawa Jihan itu, aku kembali mendapatkan ide untuk menguasai dirinya. Dengan seringai di bibirku aku kembali mengangkat tubuh polos Jihan, dan ikut membawanya masuk ke dalam kamar mandi.
Awalnya Jihan memberontak, namun lambat laun akhirnya dia mendesah juga.
Setelah cukup lama bergelut di dalam kamar mandi dan bersiap-siap ke kantor, akhirnya aku keluar kamar dengan senyum sumringah, sedangkan Jihan? wajahnya ditekuk dengan bibir mencebik.
"Maaf sayang."
"Hem." Jawab Jihan tidak peduli.
Hahahaha, ya Allah, hari ini aku bahagia sekali. Ternyata Zayn sudah kembali tidur dan sekarang dia sedang berada di kamar mbak Puji. Mbak Puji juga sudah menyiapkan sarapan untuk kami berdua.
"Terima kasih Mbak." Ucap ku kepada mbak Puji dengan senyum penuh arti.
Mbak Puji mengangguk dengan menahan senyumnya. Ya, sebenarnya ini adalah rencana ku dengan mbak Puji, sebelum pulang tadi aku menelpon mbak Puji dan memintanya untuk mengambil Zayn, aku meminta waktu kepadanya untuk berdua saja dengan Jihan.
"Mbak, sini kita sarapan bareng-bareng." Ajak Jihan pada mbak Puji.
"Tidak usah Mbak, saya tadi malah sudah sarapan lebih dulu. Habisnya Mbak Jihan sama Mas Arick lama sekali keluar dari kamar."
Ku lihat wajah Jihan merona mendengar penuturan mbak Puji, sumpah demi apapun, aku sangat suka melihat wajah Jihan seperti itu.
Selesai sarapan aku langsung berpamitan, hari ini aku datang terlambat ke kantor, tapi itu bukan masalah.
"Apa hubunganmu dengan Jihan sudah membaik? aku perhatikan dari tadi kamu tidak pernah berhenti untuk tersenyum." Jasmin memulai pembicaraan, saat ini aku dan dia sedang berjalan beriringan menuju restoran hotel. Ada komplain dari salah satu pelanggan VIP dan kami harus memeriksanya.
"Hubungan kami selalu baik, kenapa memangnya? jika kamu ingin setiap hari senyum-senyum seperti ini, maka menikahlah." Jawabku dengan senyuman, hubungan kami sebenarnya sudah berakhir cukup lama, Jasmin juga sebenarnya adalah wanita yang baik, karena itulah saat ini kami bisa berteman.
"Oh iya Jas, terima kasih kemarin kamu sudah mengangkat telepon Jihan. Tapi lain kali jangan kamu ulangi lagi, aku tidak mau Jihan berpikir yang macam-macam." Jelas ku sambil menatap cukup tajam pada Jasmin, aku ingin dia tahu bahwa ucapan ku ini sungguh-sungguh.
Jasmin hanya terdiam, seolah ucapan ku ini hanya angin lalu. Aku tidak peduli, yang penting aku sudah mengingatkannya.
Jam 4 sore semua pekerjaan ku selesai, aku langsung memutuskan untuk pulang, tidak tahan jika berlama-lama jauh dari istri dan anakku. Mungkin memang benar ucapan papa tadi pagi, sebaiknya aku berhenti bekerja dan memulai usaha sendiri.
"Rick, aku ikut dengan mu ya, mobilku masuk bengkel." Jasmin menghampiriku saat aku masih menunggu pintu lift terbuka.
Untunglah dari jarak tak cukup jauh, aku melihat Jodi.
"Pulanglah bersama Jodi, aku tidak bisa lagi mengantar mu pulang."
"Kenapa?" Tanya Jasmin dengan wajah kesal.
"Karena aku sudah menikah, menghindari fitnah itu lebih baik daripada memancingnya."
Jasmin tidak bisa berkata-kata hingga Jodi sampai di samping kami.
"Kenapa kalian diam-diam seperti itu, ingat Rick kamu sudah menikah, jangan mendekati Jasmin lagi." Jodi mengingatkan, aku tersenyum dan Jasmin semakin terlihat kesal.
"Baiklah, kalau begitu tolong pulanglah bersama Jasmin. Mobilnya sedang masuk bengkel."
"Oke." Jawab Jodi singkat.
Sampai di basement hotel kami berpisah, Jasmin masuk kedalam mobil Jodi dan aku kedalam mobil ku sendiri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
POV JIHAN
"Mbak Jihan."
"Apa Mbak Puji?" Jawab ku, saat ini aku dan mbak Puji sedang melipat baju, Zayn aku tidurkan di samping ku sambil mendengarkan lantunan surat-surat pendek al-qur'an melalui mainannya.
"Mbak pakai KB nggak?" Tanyanya.
Aku sedikit termenung, memikirkan pertanyaan mbak Puji. Dulu setelah lahiran, dokter juga menyarankan padaku untuk memakai KB setelah masa nifas selesai. Tapi hingga kini aku belum melaksanakan itu, bahkan aku sudah 2 kali berhubungan dengan mas Arick.
"Iya juga ya Mbak, aku lupa tentang KB."
"Tapi sebelum memakai KB Mbak tanya dulu sama Mas Arick. Biasanya ada juga suami yang melarang istrinya untuk memakai KB mbak."
Apa iya seperti itu? lagipula Zayn masih sangat kecil, tidak mungkin aku kembali hamil. Batinku penuh tanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
komalia komalia
Berarti eric perjaka tingting,dan jihan dua kali nikah sama Orang yang sama rupa nya,dan bujang pula.
2024-12-24
0
Rita
alhamdulillah sdh baikan setelah pd kena wejangan
2025-02-17
0
Tuti Tyastuti
lebih baik tanya dulu ji
2024-08-20
1