Petang sudah menjelang saat semua mahasiswa baru selesai mengunjungi setiap stan di pameran UKM hari itu. Sebentar lagi saatnya jeda makan malam.
Masih ingat dengan poin-poin yang dikumpulkan di hari inisiasi kedua kemarin? Kelompok Amber keluar sebagai salah satu pemenangnya. Semua berkat koreografi konyol Chameron yang berhasil membuat poin mereka melejit dalam tantangan yel.
Sebagai hadiah, mereka mendapatkan privilege jamuan makan malam khusus sebelum malam kesenian dimulai di hari terakhir inisiasi mahasiswa baru ini. Jika biasanya mereka hanya makan nasi kotak yang sudah disediakan panitia sambil duduk tanpa beralaskan apapun, kali ini mereka bisa memilih sendiri makanan yang mereka inginkan dari meja prasmanan yang sudah lengkap terisi. Meja dan kursi makan pun tersedia di sana sehingga mereka bisa makan dengan lebih nyaman.
Walaupun yang memenangkan tantangan poin di hari kedua hanyalah tiga kelompok saja, ruang perjamuan makan itu tampak lebih riuh dari yang seharusnya. Ternyata, selain para pemenang, seluruh panitia inisiasi juga diperbolehkan makan di sana sebagai wujud apresiasi atas kerja keras mereka selama dua hari kemarin.
Bau harum makanan menyeruak di seluruh ruangan besar itu, membuat perut Amber dan Charemon semakin meronta. Minta segera diisi setelah sejak siang beraktifitas.
"Pantes rame banget. Kayanya panitia juga ikutan makan di sini" bisik Amber pada Charemon yang sibuk melirik ke meja hidangan penutup.
Waktu makan malam hanya dibatasi sekitar 1,5 jam saja karena pukul 19.30 nanti, puncak dari seluruh rangkaian inisiasi mahasiswa baru akan segera dimulai. Malam inagurasi.
Tak heran jika di ruang kelas yang dijadikan untuk area prasmanan itu terlihat beberapa panitia yang makan sambil mengenakan kostum yang tidak biasa. Nampaknya, mereka sudah bersiap untuk tampil nanti.
Salah satu yang paling banyak mencuri perhatian adalah Gian. Ia pun sama, terlihat sedikit lebih rapi dari yang biasanya.
Ini kali pertama Gian tampil sebagai salah satu pengisi acara di malam kesenian dan inagurasi semenjak dia menyandang status sebagai mahasiswa di universitas itu. Ia terpaksa tampil karena merasa tak enak kepada Kepala Prodi Desain Komunikasi Visual yang datang sendiri padanya untuk meminta bantuan.
Ya, Gian memanglah seorang mahasiswa Fakultas Seni Rupa. Walaupun begitu, ia tidak berada di program studi yang sama seperti Amber. Ia lebih tertarik untuk menimba ilmu di Jurusan Desain Komunikasi Visual.
Charemon yang menyadari keberadaan Gian sedang makan di ruangan itu langsung menyenggol-nyenggol Amber dengan sikutnya.
"Gian tuh," bisiknya.
"Sssttt … Diemin aja nggak usah diomongin. Pamali." Amber yang sejak tadi sebenarnya sudah tahu ada Gian di sana mengalihkan pandangannya pada hal lain.
"Jangan lihat aku … jangan lihat aku." Itu yang berulang kali Amber katakan di dalam hatinya.
Dalam situasi semacam ini, kadang, semesta seolah salah menangkap sinyal harapan. Buktinya, Gian malah tak sengaja menemukan Amber yang nampak sudah selesai mengambil makanannya dan akan beranjak ke salah satu meja makan yang tersedia.
Entah kenapa, setiap kali dia melihat Amber, muncul perasaan ingin mengganggunya. Kali ini pun begitu. Gian yang belum selesai dengan makannya berdiri dan membawa serta piringnya menuju ke meja Amber.
"Ke mana lo?" tanya Bimo yang duduk di sebelahnya. Gian bukannya menjawab tapi terus saja melangkah pergi, menuju ke arah Amber.
"Udah biarin aja. Dia baru iseng akhir-akhir ini," kata Egidia yang juga selalu ada di mana kedua lelaki itu berada.
Bimo dibiarkan kebingungan tanpa tahu apa-apa. Egidia pun tidak menjelaskan dan malah terus melanjutkan makannya.
Di sisi lain ruang jamuan makan itu, saat tengah asyik menyantap makanannya, Amber dikagetkan dengan kehadiran Gian yang tiba-tiba duduk di sebuah kursi yang masih kosong di kanan Amber.
"Ngapain duduk di situ?" tanya Amber setelah meneguk air putih setelah hampir tersedak karena kaget.
"Kursi ini kan kosong, jadi boleh dong gue duduk di sini," kata Gian dengan nada menyindir.
Nampaknya ia masih saja belum bisa move on dari kekesalannya soal spot parkir kala itu. Karena itulah kali ini ia membalas dengan hal yang ia anggap serupa.
Amber sadar bahwa Gian memang memberikan sindiran kepadanya. Karena itulah ia tak bisa membalas. Saat ini, hal terbaik yang harus ia lakukan hanyalah cepat-cepat menyelesaikan makannya supaya ia bisa lekas pergi dari situ.
Tinggal beberapa suap lagi. Walaupun berada dalam situasi yang canggung, Amber tak langsung pergi meninggalkan makanannya. Ia dididik untuk selalu menghabiskan makanan yang ia ambil sendiri sebagai wujud rasa syukur.
Di piring Amber hanya tinggal tersisa sebuah tempura udang yang memang sengaja ia sisakan untuk dimakan terakhir. Ya, Amber memang punya kebiasaan menyisakan lauk yang ia suka untuk menutup setiap makannya. Buatnya, hal semacam ini membuat pengalaman makan menjadi lebih menyenangkan. Selain itu, ini juga bisa meninggalkan memori tersendiri di otaknya mengenai tempat di mana ia menyantap makanan tersebut.
Amber baru saja akan mengambil sepotong tempura udang itu, ketika tiba-tiba Gian menancapkan garpunya di sana, mengambil tempura itu lalu memakannya. Berbeda dengan Charemon yang cuma bisa melongo melihat kelakuan Gian, Amber merasa kesal setengah mati.
"Ya, Tuhan. Kenapa ada orang yang ngeselinnya kaya gini?!" batinnya.
"Kamu ngapain sih?!" tanyanya dengan nada yang untuk pertama kalinya terdengar lebih kesal kepada Gian.
"Ngambil bayaran. Dua energy bar belum cukup," kata Gian yang lalu melanjutkan makannya.
"Ya ampun. Jadi ini masih soal itu?" batin Amber lagi di dalam hati.
Sungguh, Amber sebenarnya bukanlah orang yang bisa menunjukkan marahnya kepada orang lain. Ini juga bukan semata-mata soal tempura udang. Hanya saja, ia kesal sekali kenapa setiap kali bertemu, Gian selalu mengganggunya.
Mereka bahkan belum berkenalan secara resmi dan fakta itu membuat Amber semakin kesal. Bukan karena ia ingin berkenalan dengan Gian, tapi karena itu berarti Gian adalah masihlah orang asing di mata Amber. Itu membuat emosinya semakin meluap. Diganggu terus menerus oleh orang asing rasanya cukup menyebalkan.
Amber akhirnya hanya meminum air putih yang tersisa di gelas dan beranjak pergi dari sana. Kekesalannya bahkan membuat ia lupa bahwa ia meninggalkan Charemon yang masih belum selesai dengan makannya.
Di sisi lain, Gian malah terlihat sangat puas. Paling tidak itu yang Charemon baca dari wajahnya. Gian lalu pergi begitu saja tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Meninggalkan Charemon yang masih tampak kebingungan dengan apa yang baru saja ia saksikan.
Gian berjalan menjauh dari meja itu lalu kembali kepada Bimo dan Egidia yang memang masih menunggunya di tempat yang sama.
"Ngapain sih lo barusan?" tanya Bimo yang kesal karena hanya dia yang tidak tahu apa yang terjadi.
"Udah diem aja napa sih lo, Bim. Bawel amat dari tadi," kata Egidia yang menjejalkan sepotong brownie ke mulut Bimo lalu terpingkal.
Sementara Gian, ia tenggelam dalam lamunannya. Puas sekali rasanya melihat Amber yang akhirnya terlihat benar-benar kesal padanya tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Nobita_Upil(ig: blackjack_dnb)
Hai, teman-temin pembacaku yang baik. Apa kabar kalian hari ini? Semoga baik dan selalu sehat. Kalau badan kerasa ngedrop, jangan lupa cepat-cepat minum vitamin, oke? 😉
Jangan lupa berikan like dan komentar kalian di tiap episode karya ini juga ya, biar aku ga ngedrop nulisnya 😆
Khusus untuk kalian yang selalu setia membaca dan mendukung AMBERLEY, terima kasih banyak. Kalian yang terbaik! 😄
Sampai jumpa lagi di episode selanjutnya 👋😊
2020-05-23
2
Green Nam
ngeselin banget emang makanan yang disisihin buat gong malah dicomot
2020-04-26
0
Beby Wallace
Samaaa! kesal jugaa
2020-04-21
0