AMBERLEY
"Aaaaa!"
Terdengar suara teriakan Amber dari kamarnya. Malam sudah sangat larut, wajar saja jika suaranya itu membawa ayahnya yang tadinya terlelap bergegas menghampirinya, membuka pintu kamarnya bahkan tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Kenapa, Nak?!" tanya Ayah dengan nada kaget dan terengah seolah ia tadi berlari secepat mungkin untuk segera melihat Amber.
"Mimpi, Yah," jawab Amber singkat, mencoba untuk terlihat lebih tenang setelah ia melihat raut khawatir di wajah ayahnya.
"Are you okay?" Ayah bertanya lagi, seperti tidak yakin atas apa yang baru saja didengarnya.
"Ya. Cuma mimpi, Yah," kata Amber sambil tersenyum.
"Apa yang kamu mimpikan sampai kamu beteriak sekencang itu?" Kata Ayah sambil mengusap pundak Amber, berharap bahwa itu bisa memberinya sedikit ketenangan untuk putrinya.
"Bukan apa-apa, Yah," jawab Amber lagi. Singkat.
Walau masih terlihat ragu, ayah akhirnya memilih untuk percaya dan membiarkan Amber beristirahat. "Baiklah kalau begitu. Cobalah tidur lagi. Mau Ayah nyalakan saja lampunya?"
"No, Ayah. Selamat malam," jawabnya.
Ayah berlalu sambil kembali menutup pintu kamar Amber. Suasana pun kembali hening dalam sekejap. Hanya sesekali terdengar bunyi jangkrik yang sepertinya menghuni halaman belakang rumah itu. Terangnya sinar bulan yang menerobos masuk melalui celah-celah tirai jendela, membuat Amber mampu untuk melihat seisi kamar yang cukup luas itu walaupun samar.
Amber kembali merebah. Dia mencoba lagi mengatur napas supaya detak jantungnya tak lagi menderu. Tentu saja, yang barusan bukanlah mimpi biasa. Mimpi semacam itu bukanlah yang ia harapkan hadir di tengah tidur lelapnya.
"Udah lama. Harusnya udah nggak mimpi itu lagi," bisiknya dalam hati, sembari menyeka keringat yang membasahi wajahnya dengan kedua tangannya.
Ia mencoba untuk memejamkan matanya, berharap ia bisa tidur lagi karena pagi masihlah jauh. Sayangnya, ia tak bisa.
Maka ia menyalakan lampu baca yang menempel di dinding dekat ujung kepala tempat tidurnya. Ia mulai membaca buku yang belum sempat ia selesaikan karena banyak hal yang harus ia urus akhir-akhir ini.
***
Amberley Senja. Itulah namanya. Nama unik yang dipilihkan oleh ayah secara khusus untuknya. 'Amberley' sendiri adalah salah satu kata dalam bahasa Sansekerta yang berarti 'langit'. Ya, nama ini memang dipilih atas dasar kecintaan sang ayah pada indahnya langit senja yang selalu membawa banyak kenangan di dalamnya. Kehadiran Amber pun nampaknya menciptakan kenangan dan pelajaran yang sangat penting di hati ayahnya, seolah nama yang ia pilihkan memang sudah tepat sejak awal.
Soal panggilan, ia lebih sering dipanggil dengan nama 'Amber'. Ini terdengar sama dengan sebutan dari salah satu jenis batu berharga dalam bahasa Inggris. Warnanya oranye kekuning-kuningan dan terbentuk dari resin pohon yang lama-kelamaan mengeras dan menjadi fosil setelah puluhan hingga jutaan tahun lamanya. Sangat keras, tapi indah.
Amber adalah gadis tomboy berusia 18 tahun. Walaupun pembawaannya jauh dari kesan feminine, bukan berarti dia juga menyukai potongan rambut pendek ala anak-anak lelaki pada umumnya. Untuk urusan rambut, sedari dulu dia selalu lebih suka menjaga rambut lurusnya hanya sepanjang punggung bagian atas dan tidak pernah melebihi batas itu. Entah disadarinya atau tidak, pilihannya ini malah terlihat sesuai dengan tinggi badan dan bentuk tubuhnya, membuatnya terlihat menarik.
Sebentar lagi, Amber akan memulai kehidupannya sebagai seorang mahasiswi di Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa di salah satu kampus ternama di sebuah kota yang memang belum lama ditinggalinya. Bisa dibilang, ia dan ayahnya memang baru saja pindah ke sana. Walaupun begitu sebenarnya sudah cukup lama mereka mempunyai sebuah rumah di sana. Dulunya, rumah itu hanya mereka kunjungi sesekali saat mereka sedang dalam masa liburan.
Memang tak nampak ada yang salah di diri Amber. Walaupun ia lebih cenderung diam, dia adalah anak yang baik dan sopan. Bagi orang yang belum benar-benar mengenalnya dan hanya melihat sekilas saja, dia bisa membuat mereka merasa iri atau paling tidak sekedar berkomentar tentang betapa beruntungnya dia dan kehidupan yang ia miliki. Bagaimana tidak, dia adalah putri satu-satunya dari pelukis kenamaan tanah air, Laksmana Tarachandra. Setiap karyanya kini biasa terjual dengan harga ratusan juta hingga milyaran rupiah.
Karena semua itulah, bisa dibilang mereka hidup serba berkecukupan atau bahkan lebih dari itu. Semua fasilitas yang Amber butuhkan untuk bisa hidup dengan nyaman dan aman bisa ia dapatkan dengan mudah. Mulai dari makanan, pakaian, tempat tinggal, gadget, hingga sebuah mobil pribadi yang ia dapatkan pada saat ulang tahunnya yang ke-17 semua selalu tersedia. Ayahnya sudah memberikan semua itu, bahkan tanpa ia harus memintanya terlebih dahulu.
Dia juga secara alami mewarisi bakat seni ayahnya. Walau tidak ada yang memaksa atau benar-benar mengajarinya secara formal, dia sudah menunjukkan bakat dalam bidang seni rupa, bahkan sejak usianya masih tergolong sangat muda. Mungkin, ini semua berawal ketika Amber sudah mulai melihat ayahnya melukis di usianya yang kala itu masih 3 tahun. Setelah itu, kemampuan menggambar dan melukisnya seolah berkembang cukup pesat dengan sendirinya dan menjadi semakin baik dari waktu ke waktu.
Saat masih berstatus sebagai seorang pelajar pun, ia sudah sering ikut serta dalam kontes dan kompetisi menggambar di berbagai tempat dalam berbagai tingkatan, mulai dari daerah hingga nasional. Tujuannya bukanlah semata-mata untuk mendapatkan hadiah yang ditawarkan. Ia lebih ingin memberikan rasa puas pada dirinya sendiri. Ada juga rasa bangga karena sedikit demi sedikit ia dikenal atas karyanya sendiri dan bukan karena nama besar ayahnya. Setiap kemenangannya seolah menepis banyak anggapan bahwa ia berkesenian hanya dengan menumpang ketenaran sang ayah, bukan atas kemampuannya.
Berbeda dengan sang ayah yang lebih menjiwai bidang seni lukis beraliran surealis, Amber lebih cenderung menyukai dunia sketsa yang lebih mengarah ke aliran realis dan inspirasinya berasal dari benda hidup atau hal-hal yang ia jumpai di kehidupan sehari-hari. Hal itu jugalah yang menjadi alasan mengapa dia akhirnya mantap untuk memilih jurusan seni murni di sebuah universitas yang ia pilih sendiri. Ia ingin mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang lebih dari yang ia punya sekarang. Ia juga ingin mempunyai kemampuan yang lebih mumpuni di bidang yang sudah lama ia cintai itu.
Tentu saja, mengetahui hal tersebut sang ayah sangat bahagia dan mendukungnya. Sebenarnya, beliau cenderung mendukung semua hal positif yang diminati oleh putrinya. Hanya saja, untuk hal yang satu ini terasa lebih spesial karena kebetulan serupa dengan apa yang ia sukai pula.
Semua penjelasan tentang Amber tersebut terdengar cukup fantastis bukan? Apa lagi sih yang kurang darinya? Ia seolah mirip dengan tokoh-tokoh bergelimang harta yang sering muncul di dalam drama televisi ataupun komik. Hidupnya sekilas terlihat selalu bahagia, terlebih lagi dia tak lagi perlu memikirkan susahnya tak punya cukup uang.
Sayangnya, ada satu hal yang banyak orang sering lupa. Tidak ada seorang pun yang sempurna di dunia ini. Amber pun juga begitu. Dia bukan seseorang dengan kehidupan yang sempurna seperti yang selama ini kebanyakan orang anggap.
Dari semua hal yang nampak fantastis di kehidupannya tersebut, ada satu hal yang tidak diketahui oleh banyak orang. Mungkin sebenarnya mereka menyadari hal ini, hanya saja mereka benar-benar tidak tahu perihal tersebut. Di mana ibunya? Kenapa ia seolah jarang sekali terlihat di kehidupan Amber? Apakah dia adalah seorang wanita karier yang sangat sibuk, sehingga bahkan mata kamera para pencari berita pun tak pernah menangkapnya? Apakah dia tidak tinggal di negara yang sama dengan Amber? Ataukah ia tinggal dan menetap di luar negeri karena pekerjaannya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
ciru
ikut mampir Thor 🙏
2022-09-28
0
Mbah Kenyung
nyicil...
2022-07-07
0
Nobita_Upil(ig: blackjack_dnb)
Cover baru biar syeger 🤩👍
2020-11-23
2