Tarachandra sudah tiba di lokasi pameran sekitar satu jam sebelum pameran resmi dibuka. Tentu saja, belum banyak orang yang tiba di sana, termasuk juga Ayu.
Sebenarnya, pameran kali ini bukanlah pameran biasa. Pameran kali ini tidak dibuka untuk umum. Hanya orang-orang tertentu saja yang diundang secara khusus untuk datang ke sana, termasuk para pejabat, pebisnis ternama, dan orang-orang yang berpengaruh di dunia seni, termasuk juga pelukis.
Tujuan dari pameran ini pun bukanlah semata-mata untuk memamerkan karya terbaru dari Wijaya Kusuma. Tujuan utamanya adalah untuk melelang setiap lukisan yang disertakan dalam acara tersebut. Uang yang terkumpul nantinya hampir seluruhnya akan didonasikan untuk membangun dan memperbaiki sekolah-sekolah yang terletak di wilayah terpencil. Bisa dijamin, lelang kali ini pasti akan menghasilkan jumlah uang yang fantastis.
Wijaya Kusuma memang bukan pelukis sembarangan. Dia sudah puluhan tahun berkiprah di bidang ini, hingga ia berada di posisinya sekarang sebagai seorang pelukis yang disegani. Bukan hanya karena karyanya, tetapi juga karena beliau terkenal sebagai orang yang dermawan.
Bisa memiliki salah satu karya lukisannya merupakan kebanggaan tersendiri. Tentu saja, jika mau bicara soal harga, nilai yang tercantum dalam setiap lukisan yang ia buat sudah pasti sangatlah fantastis. Tak heran jika dalam acara kali ini pun bukan orang sembarangan yang diundang untuk ikut serta.
Tarachandra tentunya beruntung bisa turut hadir di sana. Ia bahkan tak hanya menerima satu tapi dua undangan sekaligus. Itu berarti dia diperbolehkan mengajak satu orang lagi atas pilihannya sendiri. Dan pilihan tersebut jatuh pada Ayu, wanita yang sekarang ia tunggu.
Pagi ini Tarachandra bangun lebih awal dari biasanya. Padahal, semalam ia begadang dengan beberapa kawan sesama pelukis, membahas banyak hal, termasuk juga pameran maestro lukis Wijaya Kusuma hari ini.
Nampaknya, naluri alami tubuh dan keinginannya yang kuat mendorong ia untuk segera memulai hari dan bersiap untuk bertemu gadis pujaan hatinya. Hal semacam ini memang biasanya terjadi saat kita sangat menginginkan sesuatu. Rasanya terkadang tubuh kita bekerja dengan sendirinya tanpa kita sadari.
Setelah sekitar setengah jam menunggu, akhirnya Ayu datang. Saat sedang menuruni taksi yang membawanya ke lokasi pameran, wanita itu terlihat anggun dengan rambut lurus sebahunya yang terurai.
Siang itu, ia mengenakan blus lengan panjang berwarna hitam yang dipadukan dengan celana hitam dengan panjang sedikit diatas pergelangan kakinya. Sebagai pelengkap, ia juga menggunakan sepasang sepatu berwarna hitam putih dan bernuansa kasual. Ia juga membawa sebuah tas selempang berukuran sedang untuk menyimpan buku catatan, pena, dompet, telepon genggam, dan beberapa benda lainnya.
"Kebetulan macam apa ini?" kata Tarachandra dalam hati.
Hal itu adalah yang pertama terpikirkan olehnya saat melihat Ayu. Alasannya, tak lain dan tak bukan adalah karena ia juga memakai pakaian dengan warna yang senada.
Bukan suatu hal yang disengaja jika setiap pelukis seolah mempunyai gaya berbusana khasnya masing-masing. Alasannya di balik itu pun beragam. Salah satunya adalah karena tipe pakaian itulah yang paling memberikan kenyamanan badan dan pikiran saat sedang melukis atau mencari inspirasi.
Hal yang sama juga berlaku pada Tarachandra. Semenjak menjadi pelukis, ia cenderung lebih sering mengenakan kaos hitam tanpa hiasan sablon apapun dan juga celana batik berbahan katun yang memberikan rasa sejuk di kaki. Kadang saat udara dingin, dia juga menggunakan syal atau selendang berukuran besar sebagai penghangat tubuhnya.
Pakaian semacam inilah yang selalu ia kenakan hampir setiap hari di acara apapun itu, kecuali jika memang ia diundang ke acara-acara tertentu yang mengharuskan ia untuk mengenakan pakaian yang lebih formal. Tarachandra memang tidak pernah menyukai konsep label, di mana orang dinilai berdasarkan apa yang ia pakai.
Terkesan serampangan memang. Namun, fenomena semacam ini sudahlah biasa di kalangan pembuat dan pelaku seni. Bahkan, di acara sekelas milik Wijaya Kusuma saat ini saja, masih ada seniman yang datang mengenakan celana pendek saja. Berbeda dengan para pejabat dan pebisnis yang memang mempunyai kesan dan penampilan yang harus dijaga.
Di pameran lukisan Wijaya Kusuma ini, Tarachandra lebih memilih untuk memakai jenis pakaian favoritnya, yaitu kaos hitam polos dan celana batik bernuansa hitam putih. Karena itulah ia sedikit kaget karna Ayu juga mengenakan pakaian yang serba hitam.
"Anda suka warna hitam juga, Nona Ayu?" sapanya sambil mengulurkan tangan untuk menjabatnya.
"Iya, Pak. Wah, kita tidak janjian tapi kok pakaiannya mirip begini," jawab Ayu sedikit malu sambil membalas jabatan tangan Tarachandra.
"Kebetulan," jawabnya singkat sambil tersenyum. Dia mencoba menjaga gengsinya, tak mau ketahuan kalau sebenarnya kebetulan ini membuat hatinya berbunga-bunga.
"Jangan-jangan memang berjodoh?" Batinnya.
"Mari masuk, sepertinya pameran akan segera di buka," Tarachandra berlaku selayaknya pria sejati yang mempersilahkan teman wanitanya.
Sesampainya di bagian depan galeri, para tamu undangan tidak serta-merta bisa melihat koleksi lukisan yang di pamerkan. Selain karena lukisan-lukisan tersebut memang berada di ruangan yang berbeda, nampaknya akan ada sambutan yang diberikan terlebih dahulu karena ada semacam podium kecil lengkap dengan mikrofon di sana.
Sejak awal masuk ke ruangan tersebut, Ayu sudah merasa heran. Jumlah pengunjung pameran bisa dibilang cukup sedikit. Padahal, penyelenggara utamanya adalah seniman kawakan sekelas Wijaya Kusuma, yang pamerannya biasanya dibanjiri pengunjung.
Rasa penasarannya semakin menjadi-jadi saat acara seperti sudah akan dimulai tapi jumlah pengunjung tidak bertambah secara signifikan. Bahkan, tidak nampak ada awak media di sana.
Sebagai salah seorang penggemar karya-karya sang maestro, ada rasa tidak percaya dalam hatinya. Karena Tarachandra adalah satu-satunya orang yang ia kenal di sana, akhirnya Ayu pun memberanikan diri untuk bertanya.
"Maaf, Pak. Kenapa pengunjungnya sedikit sekali?" tanyanya dengan nada serius sambil terus melihat sekeliling. Semua tamu undangan berdiri di ruangan yang bersebelahan dengan ruang pameran, menunggu sambutan diberikan pertanda pameran sudah resmi dibuka.
Tarachandra hanya tersenyum sambil memberi isyarat kepada Ayu untuk memelankan suaranya, lalu menjawab.
"Ini memang bukan pameran yang dibuka untuk umum, Ayu. Hanya orang yang diundang saja yang boleh hadir," bisiknya di dekat telinga Ayu.
Belum pernah Ayu sedekat ini dengan Tarachandra. Setelah dilihat-lihat, rupanya pelukis yang satu ini mempunyai wajah yang menarik. Wangi tubuhnya yang harum tapi tidak menusuk juga bisa tercium oleh Ayu dengan jarak seperti ini. Entah kenapa, berada sedekat ini dengannya juga membuat Ayu merasa deg-degan.
Tentu saat itu saja Ayu merasa terkejut dan bangga dalam waktu yang sama karena bisa berada di sana. Setelah dilihat lagi, ternyata memang tempat itu dipenuhi bukan oleh orang-orang biasa.
Ada wajah-wajah pebisnis dan pejabat yang familiar diingatannya. Ia bahkan pernah mewawancarai beberapa di antara mereka. Nampaknya, sedari tadi Ayu sibuk berbincang dengan Tarachandra sehingga ia tak begitu memperhatikan sekitarnya.
Ia sebenarnya juga merasa heran. Jika memang acara kali ini bukanlah acara biasa, kenapa Tarachandra malah mengajaknya yang baru saja ditemuinya sekali saat wawancara kala itu?
Merasa tidak enak, akhirnya Ayu memberanikan diri untuk bertanya. Tentu dengan suara pelan kali ini. Ia mendekatkan dirinya supaya Tarachandra bisa mendengarnya.
"Pak, apakah tidak apa jika saya ada di sini? Saya kan bukan orang yang berkepentingan. Kenapa Bapak malah mengajak saya?"
"Anggap saja kejutan buat anda, Nona Ayu," jawab Tarachandra singkat. "Lagipula, anda kan datang dengan saya. Anda bisa jadi orang penting nanti," tambahnya lagi dengan nada bercanda. Suasana menjadi lebih cair di antara mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Latisha⚘
tinggalin jejak dulu🐾🐾🐾 keasikan baca sampe lupa komen🤭🤭😝😝
2020-12-10
0
⚜️ Devi Dedev 💠
cieeee couple 😍😍
2020-06-05
0
Green Nam
Kejutan buat cewek nggak melulu harus bunga kan yaaa
2020-04-24
0