Episode 5 - Nama Panggilan

Datang ke sebuah pameran lukisan dengan pengunjung yang tidak terlalu banyak ternyata cukup menyenangkan. Ayu merasa beruntung karena bisa menikmati setiap karya dari pelukis Wijaya Kusuma dengan lebih khusyuk.

Walau tak sempat berbincang, ia tadi sudah sempat bertatap muka dan berjabat tangan dengan beliau. Tentu, ini adalah pengalaman yang cukup luar biasa baginya.

Semua hal tersebut nampaknya tidak mungkin ia dapatkan jika bukan karena ajakan Tarachandra. Sejak tadi pun entah sudah berapa kali ia berterima kasih padanya.

"Sudah-sudah. Lama-lama saya bisa tenggelam dalam ucapan terima kasih yang anda berikan," kata Tarachandra saat menikmati jamuan makan siang di jeda antara pameran dan lelang.

Karena memang sedang luang, Tarachandra dan Ayu memutuskan untuk mengikuti seluruh rangkaian acara hingga selesai. Lagipula, pengalaman menyaksikan lelang lukisan secara langsung semacam ini nampaknya cukup baru untuk Ayu dan dia terlihat sangat antusias.

Acara hari itu memang dibagi menjadi tiga bagian. Yang pertama adalah pembukaan, yang kedua adalah pameran, dan yang ketiga adalah lelang. Setiap bagian dilaksanakan di ruang yang berbeda di gedung tersebut. Nampak sekali jika pameran ini memang berbeda dengan yang lain. Semuabtelah dipersiapkan dengan baik.

Panitia penyelenggara juga sudah menyediakan jamuan makan siang yang bisa dinikmati saat waktu jeda seperti sekarang ini. Ada banyak jenis makanan lezat dan juga minuman yang tersedia di sana.

Ada pula banyak meja dan kursi yang telah disediakan supaya setiap tamu bisa menikmati makan siangnya dengan nyaman, seperti Ayu dan Tarachandra saat ini.

Mereka menghabiskan makanan mereka sambil mengobrol. Awalnya obrolan hanya berkisar pada karya-karya yang baru saja mereka lihat. Lama-kelamaan, percakapan mereka mulai melebar ke hal yang lain dan tanpa disadari, mereka berdua sudah tak lagi merasa canggung.

"Jadi Bapak tinggal sendirian sekarang?" tanya Ayu ingin tahu.

"Iya. Sebenarnya orang tua saya juga tinggal di kota ini. Hanya saja, sejak selesai kuliah saya lebih memilih untuk hidup mandiri, sendirian," jawabnya sambil sedikit memberi tekanan pada kata terakhir. Dia seolah ingin memberikan petunjuk bahwa memang saat ini ia masih sendiri, bujang, tak punya kekasih.

Sayangnya, tanpa ia ketahui sebenarnya Ayu belum berpikir sampai ke sana. Memang betul dia tadi sempat merasa tersanjung karena Tarachandra mengajaknya ke acara yang hanya dihadiri orang-orang penting tersebut, hanya saja, dia memang tak berani memikirkan hal yang lebih dari itu.

Di hatinya, dia mencoba berpikir logis dan realistis, bahwa dia adalah seseorang yang baru dikenal oleh Tarachandra dan itupun karena tugasnya meliput pameran tunggal waktu itu. Bisa saja kan Tarachandra memang orang yang baik hati kepada semua orang dan melihat bahwa Ayu memang tertarik pada dunia seni rupa, lalu menawarkan undangan untuk hari ini. Itu yang ia kira. Tak lebih dari itu.

Maka, walau sudah tak canggung lagi, Ayu pun berusaha menempatkan dirinya di posisi yang semestinya. Posisi di mana ia seolah mendapatkan kesempatan emas untuk lebih mengenal dunia seni rupa dan para pelakunya melalui kebaikan hati Tarachandra.

"Saya juga tinggal sendiri di kota ini, Pak." Ayu lalu terdiam sejenak. Pikirannya seolah melayang entah ke mana.

"Kalau boleh memilih, sebenarnya saya lebih suka tinggal dekat dengan orang tua saya, Pak. Hidup sendiri rasanya sepi," lanjutnya. Ia pun mulai mau menceritakan tentang dirinya dan kehidupannya. Tampak bahwa ada sesuatu yang ia rindukan.

"Loh, memangnya Anda tidak punya kekasih?" Tarachandra mencoba memberikan pertanyaan pancingan supaya ia tahu apakah dia masih bisa bergerak maju memperjuangkan perasaan sukanya pada Ayu atau harus berhenti sampai di sini lalu mundur perlahan-lahan.

Dengan santai sambil menikmati makan siangnya yang sedikit lagi habis, Ayu pun menjawab pertanyaan tersebut.

"Tidak punya, Pak. Saya belum benar-benar memikirkan hal semacam itu."

Jawaban tersebut tentu merupakan angin segar untuk Tarachandra. Kini ia sudah tau pasti bahwa perasaannya boleh ia perjuangkan.

★★★

Setelah makan siang selesai, acara selanjutnya akan segera dilanjutkan. Para panitia yang bertugas mempersilahkan para tamu undangan untuk berpindah ke ruangan lain lagi.

Di sana, ada barisan kursi-kursi yang ditata menghadap ke depan untuk para tamu. Di masing-masing kursi telah diletakkan sebuah papan nomor yang nantinya akan digunakan saat memberikan penawaran harga untuk setiap lukisan yang dilelang.

Pada bagian depan ruangan, terdapat semacam panggung yang tidak terlalu tinggi, lengkap dengan podium dan juga mikrofon. Di sanalah nantinya juru lelang akan berdiri dan memandu proses pelelangan lukisan dari awal hingga akhir.

Tarachandra memilih untuk duduk di bagian belakang bersama Ayu. Tujuannya mengikuti proses lelang kali ini bukanlah untuk membeli karya Kusuma Wijaya. Ia lebih tertarik untuk berlama-lama dengan Ayu sambil memberikan pengalaman baru ke padanya.

Di wajah Ayu, jelas tergambar raut antusias. Karena inilah, Tarachandra memilih untuk mengurungkan niatnya mengajak Ayu pergi ke tempat lain tanpa menunggu acara selesai. Ia tak ingin membuat Ayu kecewa.

Ternyata keputusannya tepat. Bagi Ayu, pengalaman semacam ini adalah hal yang baru yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Ayu pun tak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya saat menyaksikan sendiri bagaimana orang-orang di ruangan itu berlomba-lomba untuk mendapatkan lukisan-lukisan sang pelukis. Tentu, caranya adalah dengan memberikan penawaran-penawaran yang sangat fantastis nilainya.

Sesekali, Ayu menanyakan hal-hal yang belum ia pahami kepada Tarachandra. Suasana lelang yang cukup serius membuatnya harus berbisik di dekat telinga Tarachandra supaya ia bisa bertanya tanpa di dengar oleh orang lain di sana.

Tanpa ia ketahui, hal ini membuat jantung Tarachandra berdegup cukup kencang. Ia sadar bahwa ia benar-benar menyukai wanita ini, apalagi setelah ia tahu bahwa Ayu tertarik dengan seni, terutama seni lukis.

★★★

Seluruh rangkaian acara pameran hari itu akhirnya selesai. Waktu sudah hampir jam setengah empat sore. Nampaknya Ayu akan tiba di kos tempat ia tinggal menjelang malam mengingat jarak yang harus ditempuh dengan menggunakan taksi. Selain itu, hari ini adalah akhir pekan, jalan-jalan tentunya akan penuh sesak dengan kendaraan.

Walaupun ia merasa penat membayangkan perjalanan pulangnya yang akan makan waktu cukup lama, Ayu merasa sangat senang atas pengalaman baru yang ia terima hari ini.

"Terima kasih, Pak. Kalau bukan karena Bapak nampaknya saya tidak akan pernah mungkin bisa ikut serta di pameran dan lelang yang bergengsi semacam ini," katanya sambil menjabat tangan Tarachandra.

"Sama-sama, Ayu. Anda tak perlu merasa sungkan begitu." Sebenarnya, dalam hati Tarachandralah yang merasa sangat berterima kasih pada Ayu karena sudah menemaninya hari ini.

"Tadi saya lihat Anda datang naik taksi. Sekarang mau pulang naik taksi juga?" tanya Tarachandra.

"Iya, Pak. Kalau saya menunggu sebentar saja di depan sana pasti akan ada yang lewat," jawab Ayu sambil tersenyum.

"Saya bawa mobil. Bagaimana kalau saya antar saja?" Dalam hatinya ia sangat berharap Ayu mau menerima tawarannya.

Melihat Ayu sepertinya ragu untuk menerima tawarannya, ia lalu buru-buru berkata lagi, "kalau naik taksi, bisa jadi nanti Anda kemalaman sampai di kos. Bukankah bahaya?"

Mendengar itu, Ayu merasa sedikit kaget. Batinnya berkata, "bagaimana bisa pria ini tahu apa yang ku khawatirkan?"

Entah kenapa ia jadi merasa tertarik pada tawaran yang diberikan oleh Tarachandra tapi ia masih merasa sedikit ragu. Ia merasa tak enak karena sebenarnya hari ini pun dia sudah menerima lebih dari cukup.

"Apa tidak akan merepotkan, Pak?" tanyanya memastikan.

"Tidak sama sekali. Dari pada saya pulang sendiri malah sepi. Ayo," jawab Tarachandra dengan mantap.

Tanpa menunggu jawaban pasti dari Ayu, ia sudah mempersilahkannya untuk berjalan menuju ke parkiran mobil. Ayu pun tak mampu menolak lagi.

"Baiklah. Terima kasih banyak, Pak" Senyum kembali mengiringi jawaban Ayu. Hal sesimpel inilah yang sudah membuat Tarachandra jatuh hati sejak pertama melihatnya.

Terkesan aneh mungkin, tapi cinta memang bisa terjadi di mana saja, kapan saja, dan bahkan dengan alasan yang kadang tak masuk di akal.

Sesampainya di parkiran, Tarachandra membukakan pintu layaknya seorang pria sejati yang tahu caranya memperlakukan wanita dengan baik. Ia juga menunggu sampai Ayu duduk lalu menutupkan pintunya. Kali ini, Ayu menyadari hal ini. Entah kenapa dia pun tersipu.

Mobil sedan berwarna hitam mengkilap itu pun lalu melaju membelah jalanan kota. Ternyata benar, jalanan telah ramai dengan kendaraan yang pemiliknya ingin menikmati akhir pekan setelah penat seminggu bekerja.

Karena jalanan sudah pasti akan macet, Tarachandra mengajak Ayu untuk mampir ke kedai kopi dan membeli minuman hangat serta cemilan. Mereka menikmatinya di dalam mobil sambil menempuh perjalanan.

Karena memang sudah tak lagi canggung dengan satu sama lain, perjalanan itu pun tak menjadi sepi. Mereka mengobrol panjang lebar tentang berbagai macam topik dan sesekali tertawa bersama jika ada hal yang lucu.

Tak terasa hari sudah menjelang senja saat mereka tiba di depan sebuah rumah indekos yang Ayu tinggali.

"Di sini cuma ada 4 kamar dan semuanya berpenghuni, Pak." kata Ayu sambil mengambil barang-barang pribadinya dan bersiap untuk turun.

"Sekali lagi terima kasih banyak, Pak. Hari ini sungguh menyenangkan," katanya sambil menebar senyum manis sekali. Itu wujud rasa syukurnya atas pengalaman yang luar biasa yang ia alami hari ini.

"Sama-sama, Ayu. Tapi tak bisakah Anda berterima kasih dengan cara yang lain?" tanya Tarachandra dengan raut muka serius.

Ayu pun bingung dan salah tingkah sendiri mendengar hal ini. Ekspresi wajahnya langsung berubah.

"Maksud Bapak?" tanyanya memastikan. Ia tak mau begitu saja menuruti pikirannya yang sudah membayangkan hal yang tidak-tidak.

Tarachandra membaca raut muka aneh di wajah Ayu lalu ia terbahak.

"Kenapa jadi serius sekali begitu?" Tanyanya sambil masih terkekeh.

"Aku hanya ingin kamu berhenti memanggilku dengan panggilan 'pak'. Toh aku belum setua itu," lanjutnya sambil masih tertawa.

Ayu menyadari sesuatu yang berbeda dalam ucapan Tarachandra barusan. Ia sadar bahwa Tarachandra tak lagi menggunakan kata 'saya' dan 'Anda'.

Entah mengapa senyumnya merekah lebih dari sebelumnya hari itu. Ia seolah tahu bahwa ke depannya mereka masih akan terus bertemu.

Berusaha mengimbangi ajakan Tarachandra, walau masih sedikit kaku, Ayu pun menjawab, namun dengan pertanyaan yang lain. "Lalu aku harus panggil apa?"

"Panggil aku 'mas' saja."

Hati kedua insan itu lalu berdesir dengan perasaan senang yang entah tiba-tiba datang dari mana.

Terpopuler

Comments

Khaireen miracle

Khaireen miracle

cie..cie....mas kaaaan

2020-07-03

0

Zii Azizah

Zii Azizah

waah waahhh...
pepet terus mas, gas pool sampai dapet...

hai kak author saya mampir ya....

2020-07-01

1

reni

reni

modus nya ciamik

2020-06-07

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 - Amberley Senja
2 Episode 2 - Pertemuan Pertama
3 Episode 3 - Rencana Sang Pelukis
4 Episode 4 - Kejutan
5 Episode 5 - Nama Panggilan
6 Episode 6 - 'Label'
7 Episode 7 - 'Label' (Bagian 2)
8 Episode 8 - Hari Bersejarah
9 Episode 9 - Keputusan
10 Episode 10 - Rasa Tak Berwajah
11 Episode 11 - Rasa Tak Berwajah (Bagian 2)
12 Episode 12 - Rasa Tak Berwajah (Bagian 3)
13 Episode 13 - Maaf
14 Episode 14 - Insiden Spot Parkir
15 Episode 15 - Giandra
16 Episode 16 - Sial!
17 Episode 17 - Sssttt!
18 Episode 18 - Siapa Dia?
19 Episode 19 - Jangan-jangan ...
20 Episode 20 - Kesal!
21 Episode 21 - Titisan Sang Legenda
22 Episode 22 - Untuk Amber
23 Episode 23 - Charemon dan Ibunya
24 Episode 24 - Tarachandra, Sang Idola
25 Episode 25 - Sahabat Sejati
26 Episode 26 - Egidia
27 Episode 27 - Kota Patah Hati
28 Episode 28 – Kota Patah Hati (Bagian 2)
29 Episode 29 - Kota Patah Hati (Bagian 3)
30 Episide 30 - Bakso Cabe Rawit
31 Episode 31 - Teror
32 Episode 32 – Luapan Kemarahan
33 Episode 33 - Mungkinkah?
34 Episode 34 – Duh!
35 Episode 35 - Kebenaran
36 Episode 36 - Putri Nadine
37 Episode 37 - Awal
38 Episode 38 – Dendam
39 Episode 39 – Barang Bukti
40 Episode 40 - Curahan Hati
41 Episode 41 – Mau Kan?
42 Episode 42 - Sabtu, Segeralah Datang …
43 Episode 43 - Tiba Juga
44 Episode 44 – Harapan Giandra
45 Episode 45 - Hunting
46 Episode 46 - Kediaman Tarachandra
47 Episode 47 - Kediaman Adipramana
48 Episode 48 - Kediaman Adipramana (Bagian 2)
49 Episode 49 - Apa Yang Salah?
50 Episode 50 - Berita
51 Episode 51 - 'Kejutan' di Kamar Mandi
52 Episode 52 - Penjelasan
53 Episode 53 - Perasaan Amber
54 Episode 54 - Samantha
55 Episode 55 - Menolong Charemon
56 Episode 56 - Menolong Charemon (Bagian 2)
57 Episode 57 - Rekaman
58 Episode 58 - Kemarahan Samantha
59 Episode 59 - Rencana Egidia
60 Episode 60 - Tangkap!
61 Episode 61 - Tangkap! (Bagian 2)
62 Episode 62 - Tangkap! (Bagian 3)
63 Episode 63 - Akhir Dari Samantra
64 Episode 64 - Rencana Akhir Pekan
65 Episode 65 - Lelaki Sejati
66 Episode 66 - Kesiangan!
67 Episode 67 - Malu!
68 Episode 68 - Siapa?
69 Episode 69 - Aaaaa!!
70 Episode 70 - Hantu?
71 Episode 71 - Pernyataan
72 Episode 72 - Pacarku
73 Episode 73 - Restu Tarachandra
74 Episode 74 - Tugas Kuliah
75 Episode 75 - Perasaan Yang Campur Aduk
76 Episode 76 - Membuat Sketsa
77 Episode 77 - Kegalauan
78 Episode 78 - Gores
79 Episode 79 - Api Cemburu
80 Episode 80 - Pertengkaran Pertama
81 Episode 81 - Jangan Temui Aku!
82 Episode 82 - Alasan di Balik Pertengkaran
83 Episode 83 - Makrab
84 Episode 84 - Makrab (Bagian 2)
85 Episode 85 - Makrab (Bagian 3)
86 Episode 86 - Pencarian
87 Episode 87 - Penyesalan
88 Episode 88 - Ayah Amberley Senja
89 Episode 89 - Berakhirnya Sebuah Persahabatan
90 Episode 90 - Fakta Yang Terkuak
91 Episode 91 - Nasib Nadine
92 Episode 92 - Terlambat Untuk Menyesal
93 Episode 93 - Ciuman Pertama
94 Episode 94 - Kekhawatiran
95 Episode 95 - Memaafkan Masa Lalu
96 Episode 96 - Go Public?
97 Episode 97 - Pameran
98 Episode 98 - Kekasih Giandra
99 Episode 99 - Dipermalukan
100 Episode 100 - Pertemuan
101 Episode 101 - Permintaan Amber
102 Episode 102 - Pesta Ulang Tahun Gian
103 Episode 103 - Pesta Ulang Tahun Gian (Bagian 2)
104 Episode 104 - Menginap
105 Episode 105 - Kawan Lama
106 Episode 106 - Prasangka
107 Episode 107 - Siap Atau Tidak
108 Episode 108 - Siap Atau Tidak (Bagian 2)
109 Episode 109 - Kejutan Ulang Tahun Untuk Amber
110 Episode 110 - Kejutan Ulang Tahun Untuk Amber (Bagian 2)
111 Episode 111 - Perasaan Yang Mengganjal
112 Episode 112 - Ikutlah Denganku
113 Episode 113 - Kemelut di Hati Ayu
114 Episode 114 - Kemelut di Hati Ayu (Bagian 2)
115 Episode 115 - Belahan Jiwa
116 Episode 116 - Memohon Restu
117 Episode Terakhir
118 Ucapan Terima Kasih dan Pengumuman
119 Episode Ekstra
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Episode 1 - Amberley Senja
2
Episode 2 - Pertemuan Pertama
3
Episode 3 - Rencana Sang Pelukis
4
Episode 4 - Kejutan
5
Episode 5 - Nama Panggilan
6
Episode 6 - 'Label'
7
Episode 7 - 'Label' (Bagian 2)
8
Episode 8 - Hari Bersejarah
9
Episode 9 - Keputusan
10
Episode 10 - Rasa Tak Berwajah
11
Episode 11 - Rasa Tak Berwajah (Bagian 2)
12
Episode 12 - Rasa Tak Berwajah (Bagian 3)
13
Episode 13 - Maaf
14
Episode 14 - Insiden Spot Parkir
15
Episode 15 - Giandra
16
Episode 16 - Sial!
17
Episode 17 - Sssttt!
18
Episode 18 - Siapa Dia?
19
Episode 19 - Jangan-jangan ...
20
Episode 20 - Kesal!
21
Episode 21 - Titisan Sang Legenda
22
Episode 22 - Untuk Amber
23
Episode 23 - Charemon dan Ibunya
24
Episode 24 - Tarachandra, Sang Idola
25
Episode 25 - Sahabat Sejati
26
Episode 26 - Egidia
27
Episode 27 - Kota Patah Hati
28
Episode 28 – Kota Patah Hati (Bagian 2)
29
Episode 29 - Kota Patah Hati (Bagian 3)
30
Episide 30 - Bakso Cabe Rawit
31
Episode 31 - Teror
32
Episode 32 – Luapan Kemarahan
33
Episode 33 - Mungkinkah?
34
Episode 34 – Duh!
35
Episode 35 - Kebenaran
36
Episode 36 - Putri Nadine
37
Episode 37 - Awal
38
Episode 38 – Dendam
39
Episode 39 – Barang Bukti
40
Episode 40 - Curahan Hati
41
Episode 41 – Mau Kan?
42
Episode 42 - Sabtu, Segeralah Datang …
43
Episode 43 - Tiba Juga
44
Episode 44 – Harapan Giandra
45
Episode 45 - Hunting
46
Episode 46 - Kediaman Tarachandra
47
Episode 47 - Kediaman Adipramana
48
Episode 48 - Kediaman Adipramana (Bagian 2)
49
Episode 49 - Apa Yang Salah?
50
Episode 50 - Berita
51
Episode 51 - 'Kejutan' di Kamar Mandi
52
Episode 52 - Penjelasan
53
Episode 53 - Perasaan Amber
54
Episode 54 - Samantha
55
Episode 55 - Menolong Charemon
56
Episode 56 - Menolong Charemon (Bagian 2)
57
Episode 57 - Rekaman
58
Episode 58 - Kemarahan Samantha
59
Episode 59 - Rencana Egidia
60
Episode 60 - Tangkap!
61
Episode 61 - Tangkap! (Bagian 2)
62
Episode 62 - Tangkap! (Bagian 3)
63
Episode 63 - Akhir Dari Samantra
64
Episode 64 - Rencana Akhir Pekan
65
Episode 65 - Lelaki Sejati
66
Episode 66 - Kesiangan!
67
Episode 67 - Malu!
68
Episode 68 - Siapa?
69
Episode 69 - Aaaaa!!
70
Episode 70 - Hantu?
71
Episode 71 - Pernyataan
72
Episode 72 - Pacarku
73
Episode 73 - Restu Tarachandra
74
Episode 74 - Tugas Kuliah
75
Episode 75 - Perasaan Yang Campur Aduk
76
Episode 76 - Membuat Sketsa
77
Episode 77 - Kegalauan
78
Episode 78 - Gores
79
Episode 79 - Api Cemburu
80
Episode 80 - Pertengkaran Pertama
81
Episode 81 - Jangan Temui Aku!
82
Episode 82 - Alasan di Balik Pertengkaran
83
Episode 83 - Makrab
84
Episode 84 - Makrab (Bagian 2)
85
Episode 85 - Makrab (Bagian 3)
86
Episode 86 - Pencarian
87
Episode 87 - Penyesalan
88
Episode 88 - Ayah Amberley Senja
89
Episode 89 - Berakhirnya Sebuah Persahabatan
90
Episode 90 - Fakta Yang Terkuak
91
Episode 91 - Nasib Nadine
92
Episode 92 - Terlambat Untuk Menyesal
93
Episode 93 - Ciuman Pertama
94
Episode 94 - Kekhawatiran
95
Episode 95 - Memaafkan Masa Lalu
96
Episode 96 - Go Public?
97
Episode 97 - Pameran
98
Episode 98 - Kekasih Giandra
99
Episode 99 - Dipermalukan
100
Episode 100 - Pertemuan
101
Episode 101 - Permintaan Amber
102
Episode 102 - Pesta Ulang Tahun Gian
103
Episode 103 - Pesta Ulang Tahun Gian (Bagian 2)
104
Episode 104 - Menginap
105
Episode 105 - Kawan Lama
106
Episode 106 - Prasangka
107
Episode 107 - Siap Atau Tidak
108
Episode 108 - Siap Atau Tidak (Bagian 2)
109
Episode 109 - Kejutan Ulang Tahun Untuk Amber
110
Episode 110 - Kejutan Ulang Tahun Untuk Amber (Bagian 2)
111
Episode 111 - Perasaan Yang Mengganjal
112
Episode 112 - Ikutlah Denganku
113
Episode 113 - Kemelut di Hati Ayu
114
Episode 114 - Kemelut di Hati Ayu (Bagian 2)
115
Episode 115 - Belahan Jiwa
116
Episode 116 - Memohon Restu
117
Episode Terakhir
118
Ucapan Terima Kasih dan Pengumuman
119
Episode Ekstra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!