"Telat ya?" tanya Gian yang maju mendekati Amber sambil menenteng tasnya.
Di bibirnya masih terlihat seringai jahat yang sama. Mungkin pikirnya, ini adalah saat yang tepat untuk membalas kekesalannya soal spot parkir kala itu.
"Eeee—," belum juga Amber memberikan alasan tiba-tiba dua orang gadis yang juga merupakan panitia inisiasi lewat di dekat sana.
"Gian? Itu siapa? Maba telat ya?" Salah satu dari mereka mencurigai Amber sebagai maba yang tertangkap basah terlambat dan tidak mengikuti upacara pembukaan.
Amber yang semakin merasa terancam secara reflek melingkarkan tangannya ke tangan Gian. Tangan yang lain memegangi perutnya seoah-olah dia sedang kesakitan. Nampaknya, apapun akan Amber coba lakukan demi tidak mendapatkan hukuman.
"Bukan, kak," katanya. "Aku tadi baru mau ikut upacara tapi tiba-tiba perutku sakit banget sampe nggak bisa jalan. Kak Gian liat aku terus mau anterin ke P3K."
Amber mengencangkan pegangannya lalu melihat ke arah Gian yang belum sempat berkata apa-apa. Tatapannya dibuat sememelas mungkin supaya Gian paham kalau ia minta bantuan.
"Iya kah, Gian?" seorang yang lain memastikan lagi karena Gian sama sekali belum bicara. Wajahnya malah terlihat bingung karena tiba-tiba terjebak di situasi ini.
Amber tak tinggal diam. Ia harus memperjuangkan 'keselamatannya'. Dengan sembunyi-sembunyi ia mencubit tangan Gian dan itu membuat pemuda itu sedikit kaget.
Ia pun reflek menjawab, "Iya, ini baru mau gue anterin ke P3K."
"Ya udah sana buruan dianter. Panitia yang sedang tidak bertugas wajib ikut pembukaan. Nanti bakal ada sesi perkenalan soalnya." Kedua orang itu pun berlalu menuju ke tempat upacara.
Tinggalah Gian dan Amber yang masih mematung dengan posisi yang sama, menunggu kedua orang tadi hilang dari pandangan. Saat mereka sudah tak terlihat, Amber tak langsung melepaskan pegangannya pada lengan Gian. Sudah kepalang tanggung. Ia harus melanjutkan aktingnya sampai panitia bagian P3K melihatnya. Dengan begitu, mereka baru akan percaya kalau ia benar-benar sedang sakit.
"Lo mau curi-curi kesempatan ya?" tanya Gian ketus sambil mencoba melepaskan pegangan tangan Amber.
"Gian kan? Gimana kalau kita saling bantu aja. Toh tadi kamu sudah terlanjur bohong. Kalau ada panitia yang tahu kamu bohong kamu pasti bakal dapet sanksi juga kan?" walau tak yakin akan berhasil, Amber mencoba membujuk Gian.
"Sial! Kenapa jadi gue yang kena masalah sih? Kayanya gue enggak boleh deket-deket sama lo deh. Bawa sial mulu!" Gian kesal hingga sedikit berteriak.
"Sssttt … nanti ketahun lho. Udah ayok, tadi kamu disuruh ikutan upacara kan?" Amber menarik Gian supaya segera mengantarkan ia ke ruang P3K.
"Tadi lo manis-manis manggil 'Kak Gian' sekarang 'kamu-kamu'. Emang ngeselin banget ini orang. Amit-amit deh rangkulan tangan kaya gini!" Gian masih saja terus menggerutu sepanjang jalan hingga mereka tiba di ruangan P3K.
"Udah, jangan berisik terus. Aku juga sebenernya nggak mau. Cuma ini kepepet," jawab Amber apa adanya.
"Lo ngatur-ngatur mulu ya dari tadi. Udah gue tolongin juga." Gian terus saja ribut hingga mereka tiba di dekat ruang P3K. Rasa kesalnya mungkin sudah memuncak sampai ke ubun-ubun. Selama dia kuliah di sana, belum ada orang yang dengan santainya memerintah dia untuk melakukan sesuatu kecuali dosen. Baru kali ini ia bertemu dengan orang semacam ini. Gadis yang sebenarnya belum dikenalnya tapi sudah membawanya masuk ke dalam satu masalah.
Sebelum Amber masuk, Gian ketus berkata, "Nggak mau bilang makasih sama gue? Lo hutang budi tau!"
Amber tidak menjawab. Dia malah sibuk merogoh-rogoh bagian dalam tasnya. "Nih, kita impas," kata Amber. Alih-alih mengatakan terima kasih, Amber malah memberikan satu dari tiga energy bar yang dari tadi belum sempat dimakannya. Ia lalu menghilang masuk ke ruang P3K.
"Apa-apaan ni cewek?" gumam Gian.
Untuk kedua kalinya setelah hari pendataan inisiasi itu, Gian ditinggalkan tanpa sempat berkata apapun. Ia hanya bisa memasukkan energy bar itu ke kantong kemejanya, lalu buru-buru pergi ke tempat upacara pembukaan inisiasi sedang berlangsung.
Sama seperti Amber, ia pun juga enggan jika harus mendapatkan hukuman. Apalagi, di acara semacam ini biasanya hukuman yang diberikan bersifat aneh-aneh dan memalukan. Ia bergidik membayangkannya lalu bergegas supaya tak makin tertinggal.
Dari dalam ruang P3K Amber sekilas melihat Gian sudah berlalu. Ia menghela napas lega dan itu terdengar oleh seorang panitia yang baru saja memberikan minyak kayu putih dan teh hangat kepada Amber yang dikiranya benar-benar sakit perut.
"Udah enakan, Dek?" tanyanya sambil tersenyum.
"Hehehe … Iya, Kak." Hampir saja Amber lupa kalau ia ke ruang P3K bukan untuk menghindari Gian tapi untuk menghindari hukuman.
"Kamu tadi belum sarapan kah?" tanyanya lagi kepada Amber.
"Iya, Kak." Walau jengah dan merasa bersalah karena sudah berbohong, Amber terpaksa harus melanjutkan aktingnya sampai tuntas.
Untungnya, petugas kesehatan yang berjaga tadi lalu memberikan secarik kertas kepada Amber, "Ini nanti dikasihin ke dampok kamu ya, dek. Kalau udah makin baikan kamu bisa gabung sama temen-temen kamu."
"Yeay! Surat kebebasan!" Amber bersorak-sorai dalam hatinya setelah menerima surat tanda sakit.
"Iya, Kak. Kalau gitu aku mau ke sana sekarang aja, kak. Udah mendingan abis minum teh anget barusan. Makasih banyak ya, Kak." Senyum Amber lebar sekali saat berpamitan. Untuk saja tidak ketahuan kalau ia hanya pura-pura sakit.
Setelah mendapatkan apa yang ia butuhkan, ia lalu keluar dari ruang P3K. Anehnya, sebelum benar-benar melewati pintu ruangan itu, ia celingak-celinguk melihat keadaan sekitar. Ternyata ia sedang memastikan bahwa Gian tak ada di sana.
Sungguh, hari ini kalau bukan karena terpaksa ia tak mau berurusan dengan Gian lagi. Urusan spot parkir kala itu saja belum benar-benar selesai. Sekarang malah muncul lagi urusan yang lain akibat kecerobohannya yang lupa memasang alarm saat hendak pergi tidur. Ah, entahlah. Yang ada dipikirannya saat ini hanyalah ia ingin buru-buru bergabung dengan Charemon dan teman sekelompoknya yang lain.
Langkah Amber menuju ke tempat upacara pembukaan terasa begitu ringan. Ia menunjukkan secarik surat sakit kepada panitia divisi keamanan yang menanyakan kenapa ia baru muncul saat upacara pembukaan sudah berjalan lebih dari setengahnya. Tentu saja, ia lolos dengan mulus dengan selembar kertas kecil itu. Berbeda dengan lebih dari 15 mahasiswa baru yang lain yang ternyata juga terlambat sama seperti Amber. Mereka harus berbaris didepan, menghadap ke semua peserta upacara. Parahnya, mereka harus memakai atribut semacam rok hula yang terbuat dari tali rafia warna-warni.
Walaupun merasa bersalah karena sudah curang, Amber tetap saja merasa senang dan lega. Menjadi pusat perhatian dengan cara seperti itu adalah hal yang paling dibenci Amber. Wajar saja jika ia sampai berani melibatkan Gian dalam usahanya untuk kabur dari hukuman.
***
Tepat pukul 4 sore, seluruh rangkaian acara inisiasi hari pertama sudah selesai dilaksanakan. Sebagian besar maba memilih untuk pulang karena kelelahan. Sebagian lagi masih berada di area kampus sekedar untuk berkumpul bersama teman-teman barunya atau membahas beberapa hal untuk mempersiapkan inisiasi hari kedua esok.
Para panitia yang sudah seharian bertugas pun sekarang sudah bebas tugas. Begitu pula dengan Gian. Sebelum pulang, ia memilih untuk beristirahat sebentar di depan ruang panitia. Menjadi panitia inisiasi cukup melelahkan. Belum lagi kalau ia harus meladeni keributan para maba yang tahu siapa dirinya. Kalau bukan karena dua teman dekatnya, Bimo dan Egidia, yang secara sembarangan mendaftarkannya sebagai panitia, mungkin ia tak perlu capek-capek begini.
Panjang umur. Baru saja dipikirkan, kedua temannya itu tiba-tiba muncul. Mereka bertiga sebenarnya berada di satu divisi yang sama, yaitu seksi dokumentasi. Hanya saja, tadi mereka ditugaskan di area yang berbeda-beda. Karena itulah, setelah acara selesai mereka baru bisa bertemu lagi. Padahal biasanya mereka selalu kemana-mana bersama.
"Heh! Ngapain lo? Ngelamun?" sapa Bimo yang langsung merangkul Gian.
"Capek gue. Jadi panitia kerjaannya ga seberapa, cuma ngadepin maba yang pada histeris udah pada kaya liat artis itu lebih capek. Kesel gue." keluhnya.
"Lah, lo kan emang artis gimana sih?" kata Egidia sambil terbahak.
"Eh apaan ni? Sejak kapan lo bawa beginian?" Bimo tak sengaja menemukan energy bar di dalam saku kemeja Gian lalu mengambilnya.
"Balikin!" Kata Gian sewot sambil langsung mengambil energy bar itu dari tangan Bimo.
"Ceileh sewot amat Bang Gian? Dari ciapa cih?" goda Egidia.
"Iya. Dari siapa sih? Mana pernah lu bawa cemilan. Rasa stoberi pink pula," Bimo ikut menimpali.
"Dapet dari hantu penunggu pohon! Puas lo?" sahut Gian sambil berlalu dari tempat itu.
"Mau kemana lo? Ngambek?" tanya Egidia yang memang tahu sejak awal Gian tak ingin jadi panitia inisiasi.
"Nggak. Mau pulang gue. Capek," jawabnya tanpa menoleh.
Sesampainya di dalam mobil, Gian tak langsung melaju pulang. Ia duduk di balik kemudi sambil memandangi energy bar berbahan kedelai dan stroberi dengan bungkus berwarna merah jambu itu. Ia merasa geli sendiri jika mengingat apa yang ia alami. Bukan hanya soal hari itu, tetapi sejak awal kejadian di ruang pendataan inisiasi.
Kecuali Egidia yang memang sudah berteman dekat dengan Gian sejak lama, biasanya semua gadis yang ada di kampus itu akan cenderung mencari perhatian atau bahkan sengaja mencuri-curi kesempatan untuk bisa dekat dengan Gian. Mereka bahkan sering kali memberi hadiah atau bantuan tanpa diminta. Tentu Gian tidak menerima semua itu. Ia malah risih dengan perlakuan-perlakuan semacam itu. Karena itu jugalah ia tak pernah betah berlama-lama di kampus, kecuali jika ada Bimo dan Egidia yang sering berperan sebagai 'bodyguardnya'.
Amber berbeda. Entah kenapa ia sama sekali tak terlihat ingin berada di dekat Gian seperti gadis-gadis lain pada umumnya.
Ia lalu pulang diawali sesungging senyum di wajahnya. "Bocah ngeselin, awas aja lo" gumamnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
reni
bocah..
2020-06-07
0
Nobita_Upil(ig: blackjack_dnb)
Hai, teman-temin pembacaku yang setia 😄
Gimana? Suka nggak sama episode yang ini? Semoga kalian suka 😊
Sambil menunggu update episode selanjutnya, jangan lupa untuk selalu dukung aku ya. Caranya mudah. Masukkan novel ini ke daftar favorit kalian, berikan rating luar biasa, berika like juga komentar di tiap episode yang sudah selesai kalian baca 😉
Sampai jumpa di episode selanjutnya 😆
2020-05-17
5
Green Nam
Situasi yang menjebak
2020-04-24
0