Pertemuan antara Ayu dengan Tarachandra benar-benar tak terhenti seusai acara pameran dan lelang lukisan kala itu. Setelahnya, mereka masih bertemu lagi dan lagi, walaupun memang tidak bisa terlalu intens karena urusan dan pekerjaan masing-masing.
Sering kali, Tarachandra lah yang mengajak Ayu bertemu. Sebagai seorang pria sejati, tentu saja dia berpikir bahwa memang sudah selayaknya dia yang memberikan ajakan, bukan malah Ayu.
Cara yang ia gunakan juga cukup beragam. Awalnya, semuanya masih seputar dunia seni saja, entah itu acara workshop, pameran, atau sekedar berkunjung ke galeri atau museum.
Lama-kelamaan, Tarachandra sudah tak perlu lagi menggunakan semua hal tersebut sebagai alasan untuk bisa bertemu dengan Ayu. Di saat waktu mereka sedang sama-sama luang, mereka seringkali pergi bersama, sekedar untuk minum kopi atau makan malam.
Obrolan mereka seakan tak pernah ada habisnya. Topik yang dibicakan pun semakin melebar. Ayu pun mulai sedikit demi sedikit mengenal orang-orang yang dekat dengan hidup Tarachandra, mulai dari teman hingga keluarga.
Hingga tak terasa, sudah hampir setahun berlalu sejak pertemuan pertama mereka. Kedekatan mereka berdua pun sudah tak perlu dipertanyakan lagi. Walaupun begitu, Ayu menyadari bahwa ada satu hal yang kurang di sana.
Memang selama hampir setahun belakangan ini kedua insan ini mengalami perkembangan kedekatan yang cukup signifikan. Hanya saja, tak pernah sekali pun terucap dari mulut Tarachandra pernyataan untuk meminta Ayu menjadi kekasihnya.
Ayu adalah wanita dewasa dengan perasaan yang tidak buta. Ia paham betul bahwa kedekatan antara dirinya dan sang pelukis bukanlah hal yang biasa. Ia pun juga tahu bahwa dirinya adalah satu-satunya wanita yang paling dekat dengan Tarachandra, walaupun sebenarnya dia mempunyai cukup banyak teman dan rekan wanita juga.
Di satu sisi, Ayu mulai sering menanyakan pada dirinya sendiri tentang posisinya di hati Tarachandra. Bagaimanapun, ia adalah seorang wanita yang sudah dewasa. Ia tentu tak ingin menghabiskan waktu percuma untuk sesuatu yang tak jelas arah tujuannya. Jika terus berada dalam ketidakpastian seperti itu, dia tak akan pernah bisa melangkah dengan tenang nantinya, entah itu dengan Tarachandra atau lelaki lain.
Di sisi lain, Ayu mencoba untuk sadar diri bahwa sejak awal dia sudah berada di level yang berbeda dengan Tarachandra. Bagaimana pun, pria ini adalah seorang pelukis yang sudah mempunyai nama di dunia seni tanah air, terutama di bidang seni lukis.
Bahkan, setelah pameran tunggalnya setahun lalu, namanya semakin melejit dan terus naik. Karena kemampuan, kepekaan terhadap sekitar, dan juga kegigihannya, dia sudah mempunyai 'harga' di dalam bidang ini. Bahkan, sangat memungkinkan untuk 'harga' tersebut terus naik nantinya.
Ayu pun merasa semakin berkecil hati. Walaupun dia pintar dan berpengetahuan luas, tetap saja, dia hanyalah seorang pemburu berita yang datang dari sebuah keluarga dengan latar belakang yang biasa-biasa saja.
Saat semua hal tersebut berkecamuk di dalam batinnya, ia memutuskan untuk tidak terlalu berharap hingga malah akan membuatnya sakit hati nantinya. Mungkin lebih baik menganggap Tarachandra sebagai salah satu teman istimewa saja, karena toh selama ini juga tidak pernah ada pinangan darinya untuk menjadikan Ayu sebagai seorang kekasih.
Dalam situasi semacam ini, awalnya Ayu berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap bersikap seperti biasanya saja. Tapi ternyata yang dia alami di dalam hati berkata lain.
Tak bisa dipungkiri bahwa memang ada rasa tertarik pada pelukis yang berwajah rupawan itu. Ada sedikit rasa kecewa dalam hatinya yang sudah mulai lelah dan kekecewaan ini akhirnya muncul dalam wujud sikapnya yang sedikit demi sedikit mulai menjauhi Tarachandra.
Ia tak ingin mengalami kekecewaan yang lebih besar dari ini. Maka ia tak mengijinkan hatinya semakin berharap. Solusi yang terpikirkan olehnya adalah mencari kegiatan lain yang bisa membuatnya sibuk. Akibatnya, seringkali ia menolak ajakan Tarachandra yang sebelumnya selalu dia iyakan.
Hal ini tentunya membuat Tarachandra kalang kabut. Ayu yang tadinya tak pernah menolak ajakannya, sekarang sering kali terkesan mencari-cari alasan. Jika ditanya apakah ada yang salah, dia hanya menjawab tidak ada yang salah.
Tarachandra yang memang baru kali ini berurusan dengan rasa tertariknya kepada seorang wanita, akhirnya tak tahan dengan situasi ini. Dia memilih untuk menceritakan situasinya kepada Panca dan Ria. Mereka adalah pasangan suami istri yang juga merupakan teman dekat Tarachandra. Mereka pun telah sempat berkenalan dengan Ayu sebelumnya.
Setelah menceritakan semuanya kepada mereka berdua, yang Tarachandra dapatkan malah ledekan.
"Tara … Tara … kamu itu lucu," kata Ria sambil masih tertawa dan menyuguhkan secangkir kopi hangat tanpa gula dan sepiring ubi rebus di hadapan Tarachandra.
Geli melihat wajah temannya yang tak juga paham, Panca pun akhirnya ikut menimpali.
"Mana ada wanita yang mau jalan denganmu tanpa status yang jelas, Bung?" katanya tegas.
"Setahun itu memang bukan waktu yang terlalu lama, tapi itu juga tidak sebentar lho," Ria pun menambahi sambil menyomot ubi rebus yang masih hangat tadi dan mulai memakannya.
"Aku kan memang berniat serius dengannya. Niat itu bahkan sudah muncul sejak awal-awal masa perkenalan kami" sangkal Tarachandra. Dia masih saja ngeyel bahwa tidak ada yang salah dengan apa yang selama ini dia lakukan.
Pikirnya, selama ini dia dan Ayu memang cukup sering menghabiskan waktu bersama. Ayu pun terlihat bahagia dan nyaman saat mereka bersama. Bukankah itu sudah cukup memperjelas semuanya.
"Memangnya kamu sudah mengutarakan niatmu? Sudah meminta dia menjadi kekasihmu? Memangnya dia tahu niatmu itu, he?" Panca membalas secepat kilat dengan nada sedikit mencibir.
"Niatmu itu kalau tak diutarakan akan percuma. Kamu boleh tak menyukai konsep pemberian label atau merk pada pakaian. Tapi kalau sebuah hubungan tak kau beri 'label', itu namanya keterlaluan,' kata Ria, seolah memberikan pendapat dari sudut pandang wanita.
"Bisa-bisa kau sendiri yang akan merugi, Tara. Jangan sampai kamu menyesal karna Ayu pergi dibawa lelaki lain. Toh, kalian memang tidak ada ikatan apapun kan? Jadi kau tak boleh menyalahkannya jika dia tiba-tiba menghilang seperti sekarang ini," Panca mencoba menerangkan panjang lebar. Ia gemas sendiri pada temannya itu.
Walaupun Tarachandra diam saja, bukan berarti dia tidak setuju dengan semua hal yang dikatakan oleh kedua teman dekatnya tersebut. Dalam hati ia tak bisa menyangkal bahwa semua itu benar adanya dan ia jadi paham. Nampaknya, sudah saatnya dia berbicara soal ini dengan Ayu.
★★★
Tarachandra adalah seseorang yang sangat jarang sakit. Anehnya, kali ini dia tumbang. Dia demam cukup tinggi dan kepalanya terasa pening sekali.
Mungkin ia terlalu banyak berpikir akhir-akhir ini. Mungkin saja daya tahan tubuhnya memang sedang lemah. Mungkin cuaca memang sedang tidak bersahabat. Atau mungkin, sakitnya kali ini karena gabungan dari ketiga hal tersebut.
Sudah beberapa hari berlalu sejak ia berkunjung ke rumah Panca dn Ria. Hingga sekarang pun dia masih belum bertemu dengan Ayu karena dia masih saja beralasan jika Tarachandra mengajak bertemu.
Sambil berbaring di tempat tidur, dia mengirimkan pesan singkat keada Ayu.
Aku sakit. Tak bisa kah kamu datang?
Begitulah kira-kira isinya. Tarachandra bukanlah orang yang pintar menunjukkan atau mengatakan perasaan sukanya. Dia adalah pria dengan gengsi yang cukup tinggi.
Dia pun terbiasa menggunakan konsep 'saat yang tepat', yang akhirnya sering membuatnya cukup lama dalam menentukan sebuah tindakan. Menurutnya, ini baik supaya ia terhindar dari mengambil keputusan yang salah.
Hanya saja, kali ini halnya lain. Salah sedikit saja, bisa jadi apa yang dikatakan Panca dan Ria bisa jadi kenyataan. Di bisa kehilangan Ayu tanpa sempat menyampaikan niatnya.
Hal-hal ini terus berkecamuk di pikirannya sehingga akhirnya berpengaruh pula pada keadaan fisiknya. Akibatnya, ia jatuh sakit sekarang.
Cukup lama ia menunggu, tapi balasan pesan singkat dari Ayu belum juga tiba.
"Habislah aku," pikirnya dalam hati.
Karna demam yang cukup tinggi dan juga rasa lelah yang menggebu, ia lama kelamaan tertidur tanpa ia sadari. Cukup lelap. Entah berapa lama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Nobita_Upil(ig: blackjack_dnb)
Hai, teman-temin pembaca sekalian. Ketemu lagi denganku.
Bagaimana dengan episode ini? Apakah kalian menyukainya?
Kalau kalian suka, jangan lupa masukkan karya ini ke daftar novel favorit kalian ya, jadi setiap ada update kalian akan langsung tahu. Jangan lupa juga berikan like di setiap episode yang sudah selesai kalian baca. Berikan komentar yang positif dan membangun juga ya.
Sampai jumpa lagi di episode selanjutnya. Kalian keren 😁👍
2020-05-15
4
Green Nam
Ada yang mau kulabelin ga?
2020-04-24
0
Beby Wallace
Waw Tarachandra
2020-04-21
0