Episode 7 - 'Label' (Bagian 2)

Tarachandra terbangun dari tidurnya saat hari sudah petang, entah jam berapa. Lampu di kamarnya pun juga sudah menyala.

Hanya saja, yang dia ingat, ia sama sekali tak menyalakan satu lampu pun di rumah itu tadi. Lalu siapa yang menyalakan lampu?

Ia juga menemukan kompres tertempel di dahinya. Siapa yang menyiapkan semua ini hingga demamnya pun sudah cukup mereda sekarang?

Saat masih memikirkan semua hal tadi, matanya menyapu seluruh kamar tidurnya. Betapa terkejutnya Tarachandra ketika sudah benar-benar tersadar dan melihat Ayu tengah tertidur dengan posisi terduduk di lantai dan menelungkup bersandar pada tempat tidurnya, tepat di sampingnya. Hatinya tentu saja sangat senang, sampai-sampai ia merasa sakitnya akan segera pulih dalam waktu singkat.

Dengan sangat pelan Tarachandra bangun dari tidurnya lalu duduk bersandar pada dinding. Ia berusaha bergerak sepelan mungkin supaya tidak membangunkan Ayu atau bahkan mengagetkannya.

Dia sudah tidak sepening tadi. Tubuhnya sudah terasa jauh lebih baik sekarang. Mungkin memang benar, di saat kita sedang sakit, obat yang paling mujarab adalah kehadiran dan perhatian dari orang yang kita sayangi.

Tarachandra tersenyum melihat wanita itu. Ia merasakan ketenangan yang luar biasa dalam hatinya. Namun, di saat yang sama, ia juga merasa heran.

"Bagaimana Ayu bisa sampai di sini? Sejak kapan ia di sini? Bagaimana dia bisa masuk?"

Saat sedang disibukkan memikirkan semua hal tersebut, terlihat Ayu bergerak dan mulai terbangun. Ayu pun sedikit kaget saat tahu bahwa Tarachandra sudah tak lagi tertidur.

Hal pertama yang langsung ia lakukan adalah bangkit, lalu menyentuh dahi Tarachandra dengan telapak tangannya. "Sudah tidak demam lagi." Katanya pelan sambil tersenyum.

Ia sudah tak lagi memikirkan perasaan kecewanya. Ia sudah tak berpikir untuk menghindar lagi. Baginya, yang terpenting saat ini adalah kesembuhan Tarachandra.

Ayu sendiri pun sebenarnya tidak menyangka bahwa ia akan berbuat senekat itu. Saat menerima pesan singkat dari Tarachandra tadi, ia baru saja selesai mandi setelah sampai di kost usai bekerja.

Tanpa pikir panjang dia langsung bersiap untuk pergi walaupun belum sempat beristirahat atau makan terlebih dahulu. Ia ingin cepat sampai di rumah Tarachandra dan memastikan sendiri keadaannya. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, Ayu juga tidak tau Tarachandra sakit apa dan separah apa.

Ia memilih untuk pergi menggunakan ojek yang cenderung lebih bisa lihai dalam menembus kemacetan ibukota dibandingkan dengan taksi. Dengan begitu, ia bisa cepat sampai.

Sesampainya di sana, ia menemukan pintu gerbang tidak dikunci.

"Teledor sekali," katanya dalam hati.

Kebetulan, pintu depan rumah Tarachandra juga dalam keadaan sedikit terbuka. Ayu mengucapkan salam dan mengetuk berulang kali tetapi tidak ada jawaban.

Karena makin lama ia malah makin khawatir, takut terjadi sesuatu dengan Tarachandra, Ayu memutuskan untuk langsung masuk saja. Ini memang bukan kali pertama Ayu berkunjung ke rumah itu. Karena itulah, dia juga tahu di mana letak kamar sang pelukis.

Benar saja, Ayu menemukan Tarachandra dalam keadaan tertidur tapi seperti menggigil dan mengigau. Demamnya cukup tinggi.

Tanpa kebingungan, Ayu langsung menuju dapur dan menyiapkan air hangat untuk kompres supaya demamnya cepat turun. Tak lupa ia juga membuat dua gelas teh panas untuknya dan Tarachandra.

Setelahnya, ia kembali ke kamar dengan membawa kompres yang tadi ia siapkan. Dengan telaten, ia mengompres bagian lipatan tangan dan dahi Tarachandra secara bergantian.

Saat dirasa cukup, Ayu lalu pergi ke dapur. Digunakannya bahan-bahan yang ada untuk membuat sup dan nasi sehingga nanti saat Tarachandra bangun ia bisa makan guna memulihkan kondisi tubuhnya.

Selesai memasak. Ayu kembali melihat Tarachandra yang masih terlelap, namun terlihat sudah tidak menggigil seperti tadi. Ia lalu mengganti kompres di dahi Tarachandra dengan yang baru lalu duduk di lantai, di samping tempat tidur. Mungkin karena kelelahan, ia tak sengaja tertidur di sana, hingga Tarachandra menyadari keberadaannya.

"Maaf aku tiba-tiba datang ke sini dan langsung masuk. Gerbang dan pintumu tak terkunci tadi," jelasnya pada Tarachandra.

"Tak apa. Kan aku yang memintamu datang. Kenapa tidak membalas pesanku?" tanya Tarachandra dengan nada memprotes.

"Maaf, aku tak sempat. Aku tadi buru-buru ke sini setelah menerima pesanmu," jawabannya ini membuat Tarachandra tersentuh. Ia tahu bahwa Ayu peduli padanya.

Di waktu yang sama ia pun merasa bersalah. Bisa jadi yang dikatakan oleh kedua sahabatnya tempo hari memang benar adanya.

"Apa kau bisa bangun dan berjalan?" tanya Ayu sembari bangkit dari duduknya.

"Ya, aku sudah jauh lebih mendingan sekarang. Hanya tersisa sedikit pusing saja," jawab Tarachandra, sambil mencoba untuk terlihat lebih bersemangat.

"Kalau begitu, ayo makan. Aku sudah lapar sekali sejak tadi," Ayu memang sejak lama sudah tak lagi malu-malu di depan Tarachandra.

Tarachandra pun mengikuti Ayu ke ruang makan. Dia terkejut melihat sudah ada sup dan nasi hangat di sana.

Dia yang tadinya seperti kehilangan harapan karena Ayu tiba-tiba tak lagi mau menanggapinya kini kembali menemukan semangatnya. Yang dia tau, saat ini ia tak boleh lagi melakukan kesalahan. Dia tidak boleh lagi melewatkan kesempatan yang ada.

Dia pun makan dengan lahap. Sup yang dibuat hanya dengan bahan sekedarnya yang Ayu temukan di kulkas terasa sangatlah nikmat.

Tak ada banyak pembicaraan terjadi selama mereka makan. Walau Ayu sudah datang ke sana dan merawat Tarachandra, suasana memang masih terasa canggung akibat komunikasi yang menurun drastis intensitasnya.

Selesai makan, Ayu berniat pamit karena memang kondisi Tarachandra sudah membaik.

"Sudah jam segini. Tak aman jika kau pulang selarut ini. Aku pun sedang tak bisa mengantarmu karena aku masih sedikit pening. Menginaplah," Tarachandra menjawab sambil menyeruput teh yang sudah dihangatkan kembali oleh Ayu.

Ayu yang kala itu juga sedang menikmati tehnya hampir tersedak mendengar tawaran Tarachandra. Jelas wajahnya sedikit terkejut dan bingung. Tarachandra pun menangkap ekspresi itu lalu buru-buru menjelaskan karena tak mau Ayu salah sangka dan berpikir yang tidak-tidak.

"Jangan khawatir, itu ada satu kamar kosong yang bisa kamu pakai untuk istirahat." Tarachandra lalu pergi mengambil sesuatu di kamar tanpa menunggu Ayu menjawab.

"Ini pakaian bersih. Gantilah supaya kamu bisa tidur dengan nyaman." Dia menyerahkan pakaian itu kepada Ayu lalu merogoh sesuatu dari sakunya.

Setelahnya dia mengambil posisi setengah berlutut di hadapan Ayu yang sedari tadi masih duduk di kursi makan.

"Ini juga. Pakailah," sambil menyerahkan sebuah kotak kecil yang berbahan kulit berwarna hitam.

"Apa ini?" tanya Ayu yang tidak menyangka bahwa Tarachandra akan melakukan hal semacam ini.

"Buka dan pakailah. Maaf jika situasinya tidak seperti yang kamu bayangkan atau harapkan." Tarachandra pun sebenarnya tidak merencanakan untuk memberikan benda itu kepada Ayu sekarang. Yang ia tahu, kesempatan mungkin tidak akan datang dua kali.

Ayu membuka kotak kecil itu. Setelah melihat isinya, entah kenapa air mata langsung berjatuhan tanpa seijinnya. Benda itu adalah sebuah cincin emas bermata hitam. Terlihat sangat sederhana namun juga elegan.

Tanpa memakai cincin itu terlebih dahulu, tubuh Ayu bergerak secara refleks memeluk Tarachandra yang masih berlutut di hadapannya. Semua kegelisahan dan rasa kecewanya selama ini seakan luluh dan hilang saat itu juga.

Dia melonggarkan sedikit pelukannya lalu menanyakan satu hal. "Sejak kapan kau membawa cincin ini di kantongmu?"

"Tak lama setelah kita berkenalan. Aku selalu membawanya saat bertemu denganmu" Katanya singkat.

Tangis Ayu semakin pecah karena bahagia. Ia tak menyangka bahwa sebenarnya selama ini mereka menyimpan perasaan yang sama, bahwa kedekatan mereka adalah hal yang spesial.

"Jadi bagaimana? Kau mau memakainya?" Tarachandra masih mencoba memastikan.

Ayu hanya mengangguk sambil menghapus air matanya. Tarachandra lalu mengambil kotak hitam itu, membukanya, lalu memakaikan cincin emas itu ke jari manis Ayu.

Keduanya lalu tertawa bersamaan. Dalam hati mereka berpikir betapa bodohnya mereka selama ini.

Mau bagaimana lagi, keduanya adalah orang yang terbiasa tidak banyak berkata jika itu menyangkut perasaan mereka. Ayu cenderung menyimpan kegelisahannya di dalam hati. Sedangkan Tarachandra adalah orang yang menyampaikan perasaannya lewat tindakan, sayangnya ini tidak melulu terbaca.

Di akhir tawa mereka, Tarachandra perlahan mendekatkan wajahnya pada Ayu. Ayu menatapnya dengan lembut lalu perlahan menutup matanya, pertanda ia tak menolak. Bibir mereka berdua bertemu, cukup lama, seolah mencurahkan semua kerinduan yang selama ini tak terungkap.

Terpopuler

Comments

Ilan Irliana

Ilan Irliana

Chandra itu ngelamar ato begimana...wkwk..

2023-06-09

0

Khaireen miracle

Khaireen miracle

Ehm.ehm..

2020-07-03

0

reni

reni

ehemmmmm..

2020-06-07

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 - Amberley Senja
2 Episode 2 - Pertemuan Pertama
3 Episode 3 - Rencana Sang Pelukis
4 Episode 4 - Kejutan
5 Episode 5 - Nama Panggilan
6 Episode 6 - 'Label'
7 Episode 7 - 'Label' (Bagian 2)
8 Episode 8 - Hari Bersejarah
9 Episode 9 - Keputusan
10 Episode 10 - Rasa Tak Berwajah
11 Episode 11 - Rasa Tak Berwajah (Bagian 2)
12 Episode 12 - Rasa Tak Berwajah (Bagian 3)
13 Episode 13 - Maaf
14 Episode 14 - Insiden Spot Parkir
15 Episode 15 - Giandra
16 Episode 16 - Sial!
17 Episode 17 - Sssttt!
18 Episode 18 - Siapa Dia?
19 Episode 19 - Jangan-jangan ...
20 Episode 20 - Kesal!
21 Episode 21 - Titisan Sang Legenda
22 Episode 22 - Untuk Amber
23 Episode 23 - Charemon dan Ibunya
24 Episode 24 - Tarachandra, Sang Idola
25 Episode 25 - Sahabat Sejati
26 Episode 26 - Egidia
27 Episode 27 - Kota Patah Hati
28 Episode 28 – Kota Patah Hati (Bagian 2)
29 Episode 29 - Kota Patah Hati (Bagian 3)
30 Episide 30 - Bakso Cabe Rawit
31 Episode 31 - Teror
32 Episode 32 – Luapan Kemarahan
33 Episode 33 - Mungkinkah?
34 Episode 34 – Duh!
35 Episode 35 - Kebenaran
36 Episode 36 - Putri Nadine
37 Episode 37 - Awal
38 Episode 38 – Dendam
39 Episode 39 – Barang Bukti
40 Episode 40 - Curahan Hati
41 Episode 41 – Mau Kan?
42 Episode 42 - Sabtu, Segeralah Datang …
43 Episode 43 - Tiba Juga
44 Episode 44 – Harapan Giandra
45 Episode 45 - Hunting
46 Episode 46 - Kediaman Tarachandra
47 Episode 47 - Kediaman Adipramana
48 Episode 48 - Kediaman Adipramana (Bagian 2)
49 Episode 49 - Apa Yang Salah?
50 Episode 50 - Berita
51 Episode 51 - 'Kejutan' di Kamar Mandi
52 Episode 52 - Penjelasan
53 Episode 53 - Perasaan Amber
54 Episode 54 - Samantha
55 Episode 55 - Menolong Charemon
56 Episode 56 - Menolong Charemon (Bagian 2)
57 Episode 57 - Rekaman
58 Episode 58 - Kemarahan Samantha
59 Episode 59 - Rencana Egidia
60 Episode 60 - Tangkap!
61 Episode 61 - Tangkap! (Bagian 2)
62 Episode 62 - Tangkap! (Bagian 3)
63 Episode 63 - Akhir Dari Samantra
64 Episode 64 - Rencana Akhir Pekan
65 Episode 65 - Lelaki Sejati
66 Episode 66 - Kesiangan!
67 Episode 67 - Malu!
68 Episode 68 - Siapa?
69 Episode 69 - Aaaaa!!
70 Episode 70 - Hantu?
71 Episode 71 - Pernyataan
72 Episode 72 - Pacarku
73 Episode 73 - Restu Tarachandra
74 Episode 74 - Tugas Kuliah
75 Episode 75 - Perasaan Yang Campur Aduk
76 Episode 76 - Membuat Sketsa
77 Episode 77 - Kegalauan
78 Episode 78 - Gores
79 Episode 79 - Api Cemburu
80 Episode 80 - Pertengkaran Pertama
81 Episode 81 - Jangan Temui Aku!
82 Episode 82 - Alasan di Balik Pertengkaran
83 Episode 83 - Makrab
84 Episode 84 - Makrab (Bagian 2)
85 Episode 85 - Makrab (Bagian 3)
86 Episode 86 - Pencarian
87 Episode 87 - Penyesalan
88 Episode 88 - Ayah Amberley Senja
89 Episode 89 - Berakhirnya Sebuah Persahabatan
90 Episode 90 - Fakta Yang Terkuak
91 Episode 91 - Nasib Nadine
92 Episode 92 - Terlambat Untuk Menyesal
93 Episode 93 - Ciuman Pertama
94 Episode 94 - Kekhawatiran
95 Episode 95 - Memaafkan Masa Lalu
96 Episode 96 - Go Public?
97 Episode 97 - Pameran
98 Episode 98 - Kekasih Giandra
99 Episode 99 - Dipermalukan
100 Episode 100 - Pertemuan
101 Episode 101 - Permintaan Amber
102 Episode 102 - Pesta Ulang Tahun Gian
103 Episode 103 - Pesta Ulang Tahun Gian (Bagian 2)
104 Episode 104 - Menginap
105 Episode 105 - Kawan Lama
106 Episode 106 - Prasangka
107 Episode 107 - Siap Atau Tidak
108 Episode 108 - Siap Atau Tidak (Bagian 2)
109 Episode 109 - Kejutan Ulang Tahun Untuk Amber
110 Episode 110 - Kejutan Ulang Tahun Untuk Amber (Bagian 2)
111 Episode 111 - Perasaan Yang Mengganjal
112 Episode 112 - Ikutlah Denganku
113 Episode 113 - Kemelut di Hati Ayu
114 Episode 114 - Kemelut di Hati Ayu (Bagian 2)
115 Episode 115 - Belahan Jiwa
116 Episode 116 - Memohon Restu
117 Episode Terakhir
118 Ucapan Terima Kasih dan Pengumuman
119 Episode Ekstra
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Episode 1 - Amberley Senja
2
Episode 2 - Pertemuan Pertama
3
Episode 3 - Rencana Sang Pelukis
4
Episode 4 - Kejutan
5
Episode 5 - Nama Panggilan
6
Episode 6 - 'Label'
7
Episode 7 - 'Label' (Bagian 2)
8
Episode 8 - Hari Bersejarah
9
Episode 9 - Keputusan
10
Episode 10 - Rasa Tak Berwajah
11
Episode 11 - Rasa Tak Berwajah (Bagian 2)
12
Episode 12 - Rasa Tak Berwajah (Bagian 3)
13
Episode 13 - Maaf
14
Episode 14 - Insiden Spot Parkir
15
Episode 15 - Giandra
16
Episode 16 - Sial!
17
Episode 17 - Sssttt!
18
Episode 18 - Siapa Dia?
19
Episode 19 - Jangan-jangan ...
20
Episode 20 - Kesal!
21
Episode 21 - Titisan Sang Legenda
22
Episode 22 - Untuk Amber
23
Episode 23 - Charemon dan Ibunya
24
Episode 24 - Tarachandra, Sang Idola
25
Episode 25 - Sahabat Sejati
26
Episode 26 - Egidia
27
Episode 27 - Kota Patah Hati
28
Episode 28 – Kota Patah Hati (Bagian 2)
29
Episode 29 - Kota Patah Hati (Bagian 3)
30
Episide 30 - Bakso Cabe Rawit
31
Episode 31 - Teror
32
Episode 32 – Luapan Kemarahan
33
Episode 33 - Mungkinkah?
34
Episode 34 – Duh!
35
Episode 35 - Kebenaran
36
Episode 36 - Putri Nadine
37
Episode 37 - Awal
38
Episode 38 – Dendam
39
Episode 39 – Barang Bukti
40
Episode 40 - Curahan Hati
41
Episode 41 – Mau Kan?
42
Episode 42 - Sabtu, Segeralah Datang …
43
Episode 43 - Tiba Juga
44
Episode 44 – Harapan Giandra
45
Episode 45 - Hunting
46
Episode 46 - Kediaman Tarachandra
47
Episode 47 - Kediaman Adipramana
48
Episode 48 - Kediaman Adipramana (Bagian 2)
49
Episode 49 - Apa Yang Salah?
50
Episode 50 - Berita
51
Episode 51 - 'Kejutan' di Kamar Mandi
52
Episode 52 - Penjelasan
53
Episode 53 - Perasaan Amber
54
Episode 54 - Samantha
55
Episode 55 - Menolong Charemon
56
Episode 56 - Menolong Charemon (Bagian 2)
57
Episode 57 - Rekaman
58
Episode 58 - Kemarahan Samantha
59
Episode 59 - Rencana Egidia
60
Episode 60 - Tangkap!
61
Episode 61 - Tangkap! (Bagian 2)
62
Episode 62 - Tangkap! (Bagian 3)
63
Episode 63 - Akhir Dari Samantra
64
Episode 64 - Rencana Akhir Pekan
65
Episode 65 - Lelaki Sejati
66
Episode 66 - Kesiangan!
67
Episode 67 - Malu!
68
Episode 68 - Siapa?
69
Episode 69 - Aaaaa!!
70
Episode 70 - Hantu?
71
Episode 71 - Pernyataan
72
Episode 72 - Pacarku
73
Episode 73 - Restu Tarachandra
74
Episode 74 - Tugas Kuliah
75
Episode 75 - Perasaan Yang Campur Aduk
76
Episode 76 - Membuat Sketsa
77
Episode 77 - Kegalauan
78
Episode 78 - Gores
79
Episode 79 - Api Cemburu
80
Episode 80 - Pertengkaran Pertama
81
Episode 81 - Jangan Temui Aku!
82
Episode 82 - Alasan di Balik Pertengkaran
83
Episode 83 - Makrab
84
Episode 84 - Makrab (Bagian 2)
85
Episode 85 - Makrab (Bagian 3)
86
Episode 86 - Pencarian
87
Episode 87 - Penyesalan
88
Episode 88 - Ayah Amberley Senja
89
Episode 89 - Berakhirnya Sebuah Persahabatan
90
Episode 90 - Fakta Yang Terkuak
91
Episode 91 - Nasib Nadine
92
Episode 92 - Terlambat Untuk Menyesal
93
Episode 93 - Ciuman Pertama
94
Episode 94 - Kekhawatiran
95
Episode 95 - Memaafkan Masa Lalu
96
Episode 96 - Go Public?
97
Episode 97 - Pameran
98
Episode 98 - Kekasih Giandra
99
Episode 99 - Dipermalukan
100
Episode 100 - Pertemuan
101
Episode 101 - Permintaan Amber
102
Episode 102 - Pesta Ulang Tahun Gian
103
Episode 103 - Pesta Ulang Tahun Gian (Bagian 2)
104
Episode 104 - Menginap
105
Episode 105 - Kawan Lama
106
Episode 106 - Prasangka
107
Episode 107 - Siap Atau Tidak
108
Episode 108 - Siap Atau Tidak (Bagian 2)
109
Episode 109 - Kejutan Ulang Tahun Untuk Amber
110
Episode 110 - Kejutan Ulang Tahun Untuk Amber (Bagian 2)
111
Episode 111 - Perasaan Yang Mengganjal
112
Episode 112 - Ikutlah Denganku
113
Episode 113 - Kemelut di Hati Ayu
114
Episode 114 - Kemelut di Hati Ayu (Bagian 2)
115
Episode 115 - Belahan Jiwa
116
Episode 116 - Memohon Restu
117
Episode Terakhir
118
Ucapan Terima Kasih dan Pengumuman
119
Episode Ekstra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!