Episode 19 - Jangan-jangan ...

Hari ini adalah hari terakhir dari seluruh rangkaian acara inisiasi mahasiswa baru. Berbeda dengan dua hari sebelumnya, khusus hari ini acara dimulai lebih siang pada pukul 13.00.

Hanya ada dua agenda di hari ini. Yang pertama adalah pameran Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan yang kedua adalah malam seni dan inagurasi sebagai penutup dari semua kegiatan yang sudah berlangsung selama tiga hari terakhir.

Rasa lelah akibat mengikuti cukup banyak permainan kemarin membuat Amber jauh terlelap dan bangun cukup siang. Jam weker yang memang sengaja tak disetel alarmnya itu menunjukkan pukul 09.30 saat Amber membuka mata.

Perlahan ia beranjak dari tempat tidurnya. Merapikan sedikit selimutnya lalu pergi ke ruang makan. Rasa lapar di perutnya membuat ia enggan mandi terlebih dahulu. Apalagi, udara masih saja terasa dingin saat itu.

Di ruang makan sudah ada ayahnya yang sedang membaca koran pagi sambil menikmati secangkir kopi panas dan roti panggang buatan Bik Nem. Ya, setelah sekian tahun berlalu, Bik Nem dan Pak No memang masih setia melayani Amber dan ayahnya, bahkan setelah mereka pindah rumah.

"Baru bangun, Nak? Apa nggak kesiangan?" Ayah bertanya sambil melirik ke arah jam dinding.

"Nggak, Yah. Hari ini acaranya mulai siang tapi sampai malam, mungkin jam 12 malam atau lebih," jawab Amber sambil mengambil sepotong roti panggang dan menjejalkannya ke mulutnya.

"Kalau pulangnya selarut itu, biar kamu diantar-jemput Pak No saja ya?"

Walau memang tidak pernah mengekang Amber dalam hal apapun, Tarachandra memang tidak tenang jika membiarkan anak gadisnya pulang sendiri jika sudah terlalu malam. Amber pun sudah hafal dengan hal semacam ini. Karena itulah ia juga tak pernah membantah. Ia tak ingin ayahnya khawatir.

"Iya, Yah. Kalau pulang selarut itu pasti udah capek juga. Males nyetir sendiri," kata Amber.

"Ya sudah. Nanti ayah bilang sama Pak No," kata ayahnya.

Amber cuma mengangguk. Ia masih sibuk dengan potongan kedua roti panggangnya.

"Kamu sudah dapat teman baru, Nak?" tanya ayahnya yang mulai penasaran dengan kehidupan baru Amber sebagai seorang mahasiswa.

"Udah, Yah. Ada satu yang deket, namanya Charemon. Panggilannya Momon. Dia penggemarnya Ayah tuh," Amber cukup antusias bercerita tentang temannya itu. Mau bagaimana lagi, dengan sifat periangnya, Charemon memang berhasil membuat Amber sedikit lebih terbuka pada orang-orang disekitarnya.

"O ya? Ajaklah dia main ke sini ketemu Ayah."

"Dia masih belum tahu kalau aku anaknya Ayah. Bisa-bisa dia minta ke sini tiap hari kalau tahu, Yah," kata Amber sambil cengengesan.

"Kalau temen cowok? Ada yang deket?" tanya ayahnya penasaran.

"Ih, Ayah apaan sih?" Amber menjawab seadanya, berusaha menghindari topik itu.

"Lho memangnya kenapa? Anak Ayah kan sudah besar."

Tarachandra memang sudah beberapa kali mencoba memancing Amber untuk berbicara soal topik yang satu ini. Hanya saja, ia tahu betul bahwa Amber seolah selalu menghindarinya.

Ia tidak memaksa Amber untuk segera memiliki kekasih. Hanya saja, Tarachandra tidak pernah menaui Amber pernah bercerita soal hal itu. Bahkan hanya sekedar soal jatuh cinta saja tidak pernah.

Tarachandra hanya khawatir jika perginya sang ibu memberi dampak psikologis kepada Amber sehingga ia merasa enggan untuk menggubris soal cinta, tak seperti teman-teman sebayanya yang bahkan sejak SMP sudah mulai cinta-cintaan.

Satu hal yang mungkin Tarachandra tidak tahu, putrinya memang mengalami sesuatu yang traumatik semenjak kepergian ibunya. Perasaan ditinggalkan itu membuat dirinya hancur. Ia enggan mencintai karena tidak mau mengalami kehilangan sama.

"Amber belum mikir ke sana, Yah. Amber cuma pengen kuliah yang bener biar cepet lulus," jawabnya tanpa mematahkan hati ayahnya.

"Ya sudah. Sana cepat diselesaikan sarapannya dan siap-siap biar nanti nggak kena macet di jalan." Tarachandra tahu bahwa ia harus menyudahi obrolannya itu. Ia tidak pernah mau memaksa putrinya dalam hal apapun.

"O iya, Ayah. Nanti malem aku sama Pak No anterin Momon pulang dulu nggak papa? Jalannya searah kok. Dia biasa pulang bareng aku," Amber meminta ijin kepada ayahnya.

"Iya, nggak papa, Nak. Teman dekatmu itu berarti keluargamu juga," katanya sambil tersenyum.

Amber beranjak dari kursinya lalu melayangkan kecupan kecil di pipi ayahnya, "Terima kasih, Ayah."

Kecupan itu membuat Tarachandra tenang. Yang ia lihat, saat ini putri semata wayangnya sudah jauh lebih baik. Tak ada hal lain yang lebih penting dari itu.

★★★

Persiapan pameran sudah dilaksanakan sejak kemarin oleh masing-masing UKM. Kelas-kelas yang biasanya dipakai untuk kegiatan belajar-mengajar telah disulap menjadi ruang pameran.

Setiap UKM diberi ijin oleh pihak kampus untuk menata dan menghias satu kelas sesuai dengan konsepnya masing-masing. Sebagian dari mereka bahkan ada yang sampai bermalam karena gagal menyelesaikan dekorasi tepat waktu.

Yang membuat pameran menjadi menarik adalah pertunjukkan yang sudah dipersiapkan oleh beberapa UKM untuk dilihat oleh para maba. Ada UKM teater dengan seni perannya, UKM paduan suara dengan keindahan nyanyiannya, UKM karate dengan atraksi beladirinya yang memukau, dan masih banyak lagi.

Jika beruntung, usaha tersebut bisa menarik minat mahasiswa baru untuk bergabung nantinya. Tak heran jika di acara pameran semacam ini juga dibagikan formulir pendaftaran di masing-masing stan untuk siapa saja yang ingin bergabung.

★★★

Masih setengah jam lagi sebelum pameran di inisiasi hari ketiga akan dimulai. Amber tiba lebih awal kali ini. Bukan semata-mata karena ia diantar oleh Pak No, tetapi karena kebetulan tadi jalanan cukup lengang.

Tak ada satu pun teman kelompoknya yang sudah nampak batang hidungnya. Maka, Amber memutuskan untuk menunggu di tempat mereka semua sudah janjian kemarin, di bangku beratap dekat lapangan bola kampus.

Walau tadi sudah cukup sarapan, nyatanya ini sudah siang hari. Perut amber mulai protes minta diisi. Untungnya, Amber tak pernah lupa memasukkan beberapa energy bar ke dalam tasnya. Itu sangat berguna untuk saat-saat darurat seperti sekarang ini.

Ia ambil satu dari tasnya. Belum juga sempat ia membukanya, tiba-tiba ada seseorang yang duduk di sampingnya lalu mengambil energy bar kedelai dan stroberi itu.

"Udah nggak usah sampe melongo gitu. Gue tau gue ganteng." Orang itu adalah Gian.

"Balikin," kata Amber dingin.

"Widih, ketus banget sih? Kan gue cuma ngambil bayaran. Yang waktu itu terlalu sedikit," katanya sambil membuka energy bar itu lalu mulai memasukkannya ke mulutnya.

Amber kesal bukan kepayang. "Kenapa sih ini orang nongol lagi?!" batinnya.

"Lo ngatain gue dalam hati ya?" Gian bertanya setelah sadar kalau Amber melotot padanya sedari tadi dan seolah bisa mendengar batin Amber.

"Nggak tuh. Cuma heran aja," Amber masih bertahan dengan nada dinginnya.

"Apaan?" tanya Gian tak kalah sengitnya.

"Kan kamu sendiri yang bilang nggak mau deket-deket aku. Takut sial katanya," Amber berharap ini bisa mengusir lelaki muda itu pergi.

"O … iya, gue lupa. Hahaha," Gian berdiri dari tempat ia duduk. Ia mengambil satu tangan Amber dan menaruh bungkus energy bar yang sudah melayang isinya di sana.

"Makasih ya, Amberley Senja," katanya sambil menyunggingkan senyum yang malah terkesan menyeramkan bagi Amber.

Hal itu membuat Amber kaget. "Dari mana dia tahu namaku?" ia membatin lalu mencoba berpikir dengan keras.

Tak ada yang salah dengan memori yang ia punya. Seingatnya, tak pernah satu kali pun ia menyebutkan namanya kepada lelaki itu.

Saat ia masih berkutat dengan pikirannya, Charemon tampak tergopoh-gopoh berlari mendekatinya dari kejauhan.

"Haduh! Capek!" keluhnya.

Amber yang masih memproses semuanya hanya bisa berkata, "lagian lari-larian. Duduk sini."

"Gue lari ada maksudnya juga kali, Amber," sahutnya dengan napas yang belum teratur.

"Apaan?" tanya Amber singkat.

"Tadi gue liat lo duduk berdua di sini sama Gian! Ngapain?!" Dan … dimulailah badai Momon, suatu kehebohan yang tercipta saat momon mengetahui sesuatu yang luar biasa. Itu istilah yang diciptakan sendiri oleh Amber.

"Tauk, dia yang yang nyamperin aku," Amber menjawab dengan santainya.

"He?! Kenapa bisa begitu? Gian nyamperin kamu terus duduk bareng di sini?!" Charemon seolah tidak bisa menerima hal itu sebagai sesuatu yang wajar di dalam otaknya.

Sudah kepalang tanggung. Nampaknya kali ini Amber harus menceritakan kejadian tempo hari saat ia harus berbohong bersama Gian supaya ia tidak mendapat hukuman.

"Kok lo nggak cerita sama gue sih?! Pantesan tadi Gian nyamperin lo," kata Charemon sambil menepuk keras pundak Amber.

"Lebih keras bisa nggak, Mon suaranya? Biar semua orang denger," Amber bersungut-sungut karena badai Momon yang tampak belum akan mereda.

"Hihihi," Charemon hanya meringis mendengar sindiran sahabatnya itu.

"Tapi ada yang aneh lho, Amber," wajah Charemon berubah serius kali ini.

"Aneh gimana?" Amber yang masih merasa lapar setelah energy barnya dirampas oleh Gian mengambil satu lagi dari dalam tasnya lalu mulai memakannya.

"Kecuali soal lahan parkir yang emang udah ga bisa diganggu-gugat lagi, setahu gue Gian itu bukan tipe orang yang suka turun tangan langsung untuk menumpahkan kekesalannya. Dia selalu diem aja. Bahkan dua temen deketnya, Bimo dan Egidia, juga begitu. Kadang, malah orang lain yang membela dia, itupun bukan karena disuruh sama Gian. Mereka kaya sukarela ngebelain gitu," Charemon mencoba menjelaskan.

"Tapi … ini kok ada yang aneh ya? Kenapa dia malah nyamperin lo tadi? Jangan-jangan …" lanjut Charemon.

"Jangan-jangan apa, Mon?" Amber menghentikan makannya.

"Jangan-jangan Gian suka sama lo?!" Charemon memegang pipi dengan kedua tangannya sambil memasang wajah syok.

"Jangan ngaco deh," Amber tak menanggapi perkataan sahabatnya dengan serius.

"Ah elo mah nggak pernah mau dengerin gue—"

"Sssttt…udah. Anak-anak udah pada dateng tuh," Amber mencoba mengalihkan kehebohan Charemon.

Dalam hati, Amber hanya mengganggap sikap Gian sebagai wujud kekesalannya karena Amber tidak 'membayar' hutang budinya dengan benar dan hanya memberinya satu energy bar.

"Ntar juga bosen sendiri," batinnya.

Sudah menjadi kebiasaan Amber untuk tidak terlalu menggubris urusan lelaki. Semasa ia sekolah, entah sudah berapa anak laki-laki yang terpesona pada paras manisnya dan menyatakan perasaan mereka padanya. Tanpa basa-basi atau merasa tak enak, Amber langsung menolak. Ia juga merasa tak perlu mengatakan panjang lebar apa alasannya.

Biasanya, siapapun yang ditolak Amber dulu langsung mundur teratur karena sikap dingin Amber. Satu hal yang Amber tidak tahu, kali ini urusannya dengan Gian tidak akan selesai secepat itu hanya dengan sikap super cueknya itu. Yang ia tahu, ia hanya tak ingin berurusan dengan lelaki menyebalkan seperti Gian ataupun siapa saja yang seolah siap maju perang untuk membelanya.

Sayangnya, harapan Amber itu nampaknya tak bisa jadi nyata sekarang. Dari kejauhan, dua pasang mata sedang menatap lekat padanya, bahkan sejak sebelum Gian duduk di sebelahnya tadi.

Terpopuler

Comments

Nobita_Upil(ig: blackjack_dnb)

Nobita_Upil(ig: blackjack_dnb)

Hai, teman-temin pembaca sekalian. Apa kabar kalian hari ini? 😊

Aku hari ini rada sekip. Mata pegal sekali rasanya. Sampai-sampai lupa simpan update AMBERLEY, makanya tadi agak telat. Biasanya sih jam 19.00 sudah up 😅

Nampaknya tubuh nagih istirahat yang berkualitas. Kalian juga ya, jangan lupa istirahat yang cukup biar tetep sehat dan semangat 😆

Jangan lupa dukung aku selalu ya. Sampai jumpa di episode selanjutnya 😉

2020-05-23

2

Mechan

Mechan

keren

2020-05-03

1

Green Nam

Green Nam

Fixed ... sukak

2020-04-24

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 - Amberley Senja
2 Episode 2 - Pertemuan Pertama
3 Episode 3 - Rencana Sang Pelukis
4 Episode 4 - Kejutan
5 Episode 5 - Nama Panggilan
6 Episode 6 - 'Label'
7 Episode 7 - 'Label' (Bagian 2)
8 Episode 8 - Hari Bersejarah
9 Episode 9 - Keputusan
10 Episode 10 - Rasa Tak Berwajah
11 Episode 11 - Rasa Tak Berwajah (Bagian 2)
12 Episode 12 - Rasa Tak Berwajah (Bagian 3)
13 Episode 13 - Maaf
14 Episode 14 - Insiden Spot Parkir
15 Episode 15 - Giandra
16 Episode 16 - Sial!
17 Episode 17 - Sssttt!
18 Episode 18 - Siapa Dia?
19 Episode 19 - Jangan-jangan ...
20 Episode 20 - Kesal!
21 Episode 21 - Titisan Sang Legenda
22 Episode 22 - Untuk Amber
23 Episode 23 - Charemon dan Ibunya
24 Episode 24 - Tarachandra, Sang Idola
25 Episode 25 - Sahabat Sejati
26 Episode 26 - Egidia
27 Episode 27 - Kota Patah Hati
28 Episode 28 – Kota Patah Hati (Bagian 2)
29 Episode 29 - Kota Patah Hati (Bagian 3)
30 Episide 30 - Bakso Cabe Rawit
31 Episode 31 - Teror
32 Episode 32 – Luapan Kemarahan
33 Episode 33 - Mungkinkah?
34 Episode 34 – Duh!
35 Episode 35 - Kebenaran
36 Episode 36 - Putri Nadine
37 Episode 37 - Awal
38 Episode 38 – Dendam
39 Episode 39 – Barang Bukti
40 Episode 40 - Curahan Hati
41 Episode 41 – Mau Kan?
42 Episode 42 - Sabtu, Segeralah Datang …
43 Episode 43 - Tiba Juga
44 Episode 44 – Harapan Giandra
45 Episode 45 - Hunting
46 Episode 46 - Kediaman Tarachandra
47 Episode 47 - Kediaman Adipramana
48 Episode 48 - Kediaman Adipramana (Bagian 2)
49 Episode 49 - Apa Yang Salah?
50 Episode 50 - Berita
51 Episode 51 - 'Kejutan' di Kamar Mandi
52 Episode 52 - Penjelasan
53 Episode 53 - Perasaan Amber
54 Episode 54 - Samantha
55 Episode 55 - Menolong Charemon
56 Episode 56 - Menolong Charemon (Bagian 2)
57 Episode 57 - Rekaman
58 Episode 58 - Kemarahan Samantha
59 Episode 59 - Rencana Egidia
60 Episode 60 - Tangkap!
61 Episode 61 - Tangkap! (Bagian 2)
62 Episode 62 - Tangkap! (Bagian 3)
63 Episode 63 - Akhir Dari Samantra
64 Episode 64 - Rencana Akhir Pekan
65 Episode 65 - Lelaki Sejati
66 Episode 66 - Kesiangan!
67 Episode 67 - Malu!
68 Episode 68 - Siapa?
69 Episode 69 - Aaaaa!!
70 Episode 70 - Hantu?
71 Episode 71 - Pernyataan
72 Episode 72 - Pacarku
73 Episode 73 - Restu Tarachandra
74 Episode 74 - Tugas Kuliah
75 Episode 75 - Perasaan Yang Campur Aduk
76 Episode 76 - Membuat Sketsa
77 Episode 77 - Kegalauan
78 Episode 78 - Gores
79 Episode 79 - Api Cemburu
80 Episode 80 - Pertengkaran Pertama
81 Episode 81 - Jangan Temui Aku!
82 Episode 82 - Alasan di Balik Pertengkaran
83 Episode 83 - Makrab
84 Episode 84 - Makrab (Bagian 2)
85 Episode 85 - Makrab (Bagian 3)
86 Episode 86 - Pencarian
87 Episode 87 - Penyesalan
88 Episode 88 - Ayah Amberley Senja
89 Episode 89 - Berakhirnya Sebuah Persahabatan
90 Episode 90 - Fakta Yang Terkuak
91 Episode 91 - Nasib Nadine
92 Episode 92 - Terlambat Untuk Menyesal
93 Episode 93 - Ciuman Pertama
94 Episode 94 - Kekhawatiran
95 Episode 95 - Memaafkan Masa Lalu
96 Episode 96 - Go Public?
97 Episode 97 - Pameran
98 Episode 98 - Kekasih Giandra
99 Episode 99 - Dipermalukan
100 Episode 100 - Pertemuan
101 Episode 101 - Permintaan Amber
102 Episode 102 - Pesta Ulang Tahun Gian
103 Episode 103 - Pesta Ulang Tahun Gian (Bagian 2)
104 Episode 104 - Menginap
105 Episode 105 - Kawan Lama
106 Episode 106 - Prasangka
107 Episode 107 - Siap Atau Tidak
108 Episode 108 - Siap Atau Tidak (Bagian 2)
109 Episode 109 - Kejutan Ulang Tahun Untuk Amber
110 Episode 110 - Kejutan Ulang Tahun Untuk Amber (Bagian 2)
111 Episode 111 - Perasaan Yang Mengganjal
112 Episode 112 - Ikutlah Denganku
113 Episode 113 - Kemelut di Hati Ayu
114 Episode 114 - Kemelut di Hati Ayu (Bagian 2)
115 Episode 115 - Belahan Jiwa
116 Episode 116 - Memohon Restu
117 Episode Terakhir
118 Ucapan Terima Kasih dan Pengumuman
119 Episode Ekstra
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Episode 1 - Amberley Senja
2
Episode 2 - Pertemuan Pertama
3
Episode 3 - Rencana Sang Pelukis
4
Episode 4 - Kejutan
5
Episode 5 - Nama Panggilan
6
Episode 6 - 'Label'
7
Episode 7 - 'Label' (Bagian 2)
8
Episode 8 - Hari Bersejarah
9
Episode 9 - Keputusan
10
Episode 10 - Rasa Tak Berwajah
11
Episode 11 - Rasa Tak Berwajah (Bagian 2)
12
Episode 12 - Rasa Tak Berwajah (Bagian 3)
13
Episode 13 - Maaf
14
Episode 14 - Insiden Spot Parkir
15
Episode 15 - Giandra
16
Episode 16 - Sial!
17
Episode 17 - Sssttt!
18
Episode 18 - Siapa Dia?
19
Episode 19 - Jangan-jangan ...
20
Episode 20 - Kesal!
21
Episode 21 - Titisan Sang Legenda
22
Episode 22 - Untuk Amber
23
Episode 23 - Charemon dan Ibunya
24
Episode 24 - Tarachandra, Sang Idola
25
Episode 25 - Sahabat Sejati
26
Episode 26 - Egidia
27
Episode 27 - Kota Patah Hati
28
Episode 28 – Kota Patah Hati (Bagian 2)
29
Episode 29 - Kota Patah Hati (Bagian 3)
30
Episide 30 - Bakso Cabe Rawit
31
Episode 31 - Teror
32
Episode 32 – Luapan Kemarahan
33
Episode 33 - Mungkinkah?
34
Episode 34 – Duh!
35
Episode 35 - Kebenaran
36
Episode 36 - Putri Nadine
37
Episode 37 - Awal
38
Episode 38 – Dendam
39
Episode 39 – Barang Bukti
40
Episode 40 - Curahan Hati
41
Episode 41 – Mau Kan?
42
Episode 42 - Sabtu, Segeralah Datang …
43
Episode 43 - Tiba Juga
44
Episode 44 – Harapan Giandra
45
Episode 45 - Hunting
46
Episode 46 - Kediaman Tarachandra
47
Episode 47 - Kediaman Adipramana
48
Episode 48 - Kediaman Adipramana (Bagian 2)
49
Episode 49 - Apa Yang Salah?
50
Episode 50 - Berita
51
Episode 51 - 'Kejutan' di Kamar Mandi
52
Episode 52 - Penjelasan
53
Episode 53 - Perasaan Amber
54
Episode 54 - Samantha
55
Episode 55 - Menolong Charemon
56
Episode 56 - Menolong Charemon (Bagian 2)
57
Episode 57 - Rekaman
58
Episode 58 - Kemarahan Samantha
59
Episode 59 - Rencana Egidia
60
Episode 60 - Tangkap!
61
Episode 61 - Tangkap! (Bagian 2)
62
Episode 62 - Tangkap! (Bagian 3)
63
Episode 63 - Akhir Dari Samantra
64
Episode 64 - Rencana Akhir Pekan
65
Episode 65 - Lelaki Sejati
66
Episode 66 - Kesiangan!
67
Episode 67 - Malu!
68
Episode 68 - Siapa?
69
Episode 69 - Aaaaa!!
70
Episode 70 - Hantu?
71
Episode 71 - Pernyataan
72
Episode 72 - Pacarku
73
Episode 73 - Restu Tarachandra
74
Episode 74 - Tugas Kuliah
75
Episode 75 - Perasaan Yang Campur Aduk
76
Episode 76 - Membuat Sketsa
77
Episode 77 - Kegalauan
78
Episode 78 - Gores
79
Episode 79 - Api Cemburu
80
Episode 80 - Pertengkaran Pertama
81
Episode 81 - Jangan Temui Aku!
82
Episode 82 - Alasan di Balik Pertengkaran
83
Episode 83 - Makrab
84
Episode 84 - Makrab (Bagian 2)
85
Episode 85 - Makrab (Bagian 3)
86
Episode 86 - Pencarian
87
Episode 87 - Penyesalan
88
Episode 88 - Ayah Amberley Senja
89
Episode 89 - Berakhirnya Sebuah Persahabatan
90
Episode 90 - Fakta Yang Terkuak
91
Episode 91 - Nasib Nadine
92
Episode 92 - Terlambat Untuk Menyesal
93
Episode 93 - Ciuman Pertama
94
Episode 94 - Kekhawatiran
95
Episode 95 - Memaafkan Masa Lalu
96
Episode 96 - Go Public?
97
Episode 97 - Pameran
98
Episode 98 - Kekasih Giandra
99
Episode 99 - Dipermalukan
100
Episode 100 - Pertemuan
101
Episode 101 - Permintaan Amber
102
Episode 102 - Pesta Ulang Tahun Gian
103
Episode 103 - Pesta Ulang Tahun Gian (Bagian 2)
104
Episode 104 - Menginap
105
Episode 105 - Kawan Lama
106
Episode 106 - Prasangka
107
Episode 107 - Siap Atau Tidak
108
Episode 108 - Siap Atau Tidak (Bagian 2)
109
Episode 109 - Kejutan Ulang Tahun Untuk Amber
110
Episode 110 - Kejutan Ulang Tahun Untuk Amber (Bagian 2)
111
Episode 111 - Perasaan Yang Mengganjal
112
Episode 112 - Ikutlah Denganku
113
Episode 113 - Kemelut di Hati Ayu
114
Episode 114 - Kemelut di Hati Ayu (Bagian 2)
115
Episode 115 - Belahan Jiwa
116
Episode 116 - Memohon Restu
117
Episode Terakhir
118
Ucapan Terima Kasih dan Pengumuman
119
Episode Ekstra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!