Babat Negeri Leluhur
Di akhir masa pemerintahan Sang Prabu Airlangga, kekacauan merebak di Kedaton Kahuripan. Sang Putri Mahkota Dyah Ayu Sanggramawijaya menolak untuk naik takhta. Para pembesar istana terbagi menjadi dua kubu yang mendukung putra Permaisuri yang bernama Dyah Samara Wijaya, adik Sanggramawijaya berhadapan dengan putra selir kesayangan Raja Airlangga yg bernama Mapanji Garasakan.
**
Siang itu, di Ruang Paseban Abdi Dalem Kedaton Kahuripan, tampak Sang Prabu Airlangga memijat kepalanya..
Di hadapannya, dua orang Mahamantri Kahuripan duduk bersila menghadap junjungan nya.
"Aku pusing paman Patih, apa yg harus ku lakukan? Putra putra ku berselisih paham seperti ini, membuat ku bingung dengan apa mau mereka" ujar Sang Prabu Airlangga.
"Ampun Gusti Prabu, hamba percaya dengan kebijaksanaan dari Gusti Prabu selaku wakil Dewata di Kahuripan. Segala titah Gusti, akan kami laksanakan. Namun Gusti Prabu juga harus menimbang bahwa masa depan rakyat Kahuripan bergantung pada semua keputusan yang Gusti Prabu lakukan" demikian kata sang Mapatih Narotama kepada junjungan nya.
"Betul sekali kata Gusti Patih ini Gusti Prabu, kedua putra paduka masing masing memiliki kemampuan dalam memimpin rakyat Kahuripan, hamba mohon Gusti Prabu mempertimbangkan semua hal untuk rakyat di kerajaan Kahuripan ini , Gusti Prabu" atur Sang Mahamantri i Sirikan Mpu Layang kepada Prabu Airlangga..
Tampak Sang Prabu Airlangga memejamkan mata nya mendengar saran dari abdi setia nya.
"Paman Patih, apa saran mu untuk ku??" ujar Sang Prabu Airlangga sambil menatap Patih Narotama yang duduk bersila..
Patih Narotama tampak terdiam sejenak lalu berkata
"Ampun Gusti Prabu, jika boleh hamba memberikan usulan, Paduka bisa meminta saran kepada Mpu Barada di Siwatantra Penanggungan Gusti.. Hamba yakin Mpu Barada pasti bisa memberikan saran terbaik untuk masalah ini dengan bijak"
"Baiklah, aku terima usulan mu Paman, siapkan utusan ke Siwatantra Penanggungan.. Panggil Mpu Barada kesini segera.. Laksanakan perintah ku" perintah Sang Prabu Airlangga kepada Patih Narotama..
"Sendiko dawuh Gusti Prabu, segala titah Gusti Prabu akan kami laksanakan"
Setelah menghaturkan sembah, Patih Narotama dan Mpu Layang bergegas mundur dari Paseban Abdi Dalem..
Sang Prabu Airlangga masih termenung di singgasana nya
'Sang Jagad Dewa Batara, berilah aku kekuatan untuk menghadapi situasi ini' batin Gusti Prabu Airlangga...
**
Sementara itu,
Di lereng bukit sebelah barat gunung Penanggungan nampak seorang kakek tua berjenggot panjang sedang mengawasi latihan murid muridnya..
"Watugunung, jangan lengah.. kuda kudamu harus kuat, jangan sampai kau mudah di serang karna kuda kuda mu yang salah" teriak kakek tua itu pada salah satu muridnya..
"Baik guru" ujar muridnya yang bernama Watugunung..
"Ahh kakang Watugunung memang kesayangan dari guru kita, salah sedikit saja guru pasti mengetahui.. Ya kan kakang?" kata adik seperguruannya, Ratna Pitaloka dengan senyum manis nya sambil terus bergerak melatih gerakan silat nya..
"Sudah diam, kau mau di hukum guru karna ngobrol saat berlatih Pitaloka??" sungut Kakak tertua perguruan nya Warigalit menimpali omongan Ratna Pitaloka
"Ya gak lah kakang, siapa juga yang mau di hukum guru??" sergah Ratna Pitaloka
"Kangmbok Pitaloka, kalau nanti terus berdebat dengan kakang Warigalit, pasti dapat hukuman dari guru" sahut Sekar Mayang yang ada di ujung belakang
Mereka terus berlatih menendang, dan memukul yang merupakan dasar dari ilmu silat Padepokan Padas Putih..
Selesai berlatih, keempat murid muda perguruan silat ini berkumpul di bawah pohon rindang untuk beristirahat. Panji Watugunung, Warigalit, Ratna Pitaloka dan Sekar Mayang tampak kelelahan.. Namun, walau masih muda mereka sudah menguasai ilmu silat dan kanuragan yang tinggi. Warigalit yang merupakan kakak tertua, sudah mampu menguasai tenaga dalam tingkat 4 dan lancar menguasai ilmu silat Padas Putih. Ratna Pitaloka pun sama walau belum setinggi Warigalit, tapi juga tidak kalah dalam ilmu silat.. Sekar Mayang yang merupakan adik terkecil juga tinggi ilmu tenaga dalam nya. Sedang Panji Watugunung adalah jagoan diantara mereka, ilmu tenaga dalam tingkat 6 dan hapal betul jurus jurus Padas Putih yang merupakan silat tangan kosong... Namun, masing-masing murid mendapatkan ilmu tambahan berbeda dari guru mereka, Mpu Sakri yang mampu melihat bakat masing-masing muridnya..
Saat mereka masih beristirahat, muncul lah Mpu Sakri dengan tongkat kayu hitam nya..
"Kalian sudah lelah atau masih ingin berlatih??" ujarnya sambil tersenyum
"Maaf guru, aku sudah letih.. Boleh kan kan kami beristirahat?" kata Sekar Mayang, si manja bungsu ini pada gurunya..
" Alaah Adik ini, sudah datang paling akhir, masih juga mengeluh kecapekan" sahut Ratna Pitaloka, sambil melirik ke adik bungsu nya..
"Aku kan masih kecil Kangmbok, belum sekuat Kangmbok untuk berlatih terus terusan" sergah Sekar Mayang tak mau kalah
"Huuu... Dasar manja" gumam Ratna Pitaloka sambil melengos..
"Sudah sudah, kalian setiap dekat ribut melulu, apa tidak malu dengan guru?? " Warigalit menengahi..
Mpu Sakri tersenyum
Diantara 4 Tetua Padepokan Padas Putih, memang Mpu Sakri yang paling sabar. Pada masa mudanya dia dijuluki Pendekar Tangan Api di dunia persilatan..
"Watugunung, kenapa kau diam saja? " ujar Mpu Sakri
"Iya, Kakang Watugunung memang irit bicara guru, dari tadi pagi aku lihat banyak diam saja" sahut Ratna Pitaloka
"Ada yang kau pikirkan, Ngger? " timpal Mpu Sakri
Tampak Watugunung menghela nafas panjang,
kemudian berkata " Maaf guru, saya sedang ada pikiran.. Bibi saya di Daha baru mengirim surat, katanya ada kisruh di Kotaraja Kahuripan dan mungkin sebentar lagi merembet ke Daha,
murid khawatir dengan keselamatan keluarga bibi di Daha guru"..
"Memang benar berita itu, aku juga sudah mendengar nya.. namun aku berharap semoga saja itu tidak berdampak di wilayah Kahuripan ini" ,Mpu Sakri tersenyum pada Watugunung lalu berkata, " Sudah jangan di pikirkan, fokus dulu pada latihan mu,, sudah sampai mana kau melatih Jurus Pedang Bayangan yang aku ajarkan?"
"Ampun guru, murid baru lancar di jurus ke 9 guru" balas Watugunung
" Bagus,, itu sudah bagus sekali Watugunung..
Warigalit, bagaimana dengan latihan mu?? Apa kau sudah menguasai Jurus Tombak Terbang mu?" ujar Mpu Sakri,,
"Ampun guru, aku baru menguasai jurus ke 6 guru" balas Warigalit pada gurunya sambil garuk-garuk kepala..
"Kau ini, belajar mu paling awal, tapi perkembangan mu lambat sekali" sungut Mpu Sakri.. "Pitaloka, bagaimana dengan mu? Jurus Tarian Dewi Pedang sudah sampai jurus ke berapa?"
"Maaf guru", ujar Ratna Pitaloka dengan senyum malu-malu, "murid baru sampai jurus ke 5" ....
"Iya guru, Kangmbok memang malas latihan karna selalu menempel pada kakang Watugunung guru" sahut Sekar Mayang
"Kau ini, bisa diam tidak?? " balas Ratna Pitaloka dengan wajah merah merona..
"Sudah jangan bertengkar,, Pitaloka fokus kan latihan mu dan kau Mayang, jangan menggoda Kangmbok mu terus,, Aku minta kalian terus berlatih untuk meningkatkan ilmu kalian, agar saat turun gunung nanti, kalian mampu menjaga diri dan nama baik Padepokan Padas Putih ini" ujar Mpu Sakri
"Baik guru" mereka berempat kompak menjawab perintah gurunya...
Watugunung memang murid kesayangan Mpu Sakri, selain cerdas dan cepat tanggap, pemuda 17 tahun ini berwajah tampan khas bangsawan yang memikat banyak gadis di Padepokan Padas Putih ini termasuk dua adik seperguruannya, Ratna Pitaloka dan Sekar Mayang.. Mereka selalu berusaha untuk mendekati kakak seperguruannya itu..
Ayah Watugunung adalah Panji Gunungsari, sang akuwu Dahanapura yang masih saudara jauh dari Sang Prabu Airlangga dari ibu..
Kemanakah hati Panji Watugunung akan berlabuh?
Siapa nanti yang akan jadi Raja di Kahuripan?
Tunggu episode selanjutnya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 325 Episodes
Comments
Darien Gap
jd inget novel silat candika. dia juga pake kata2 akuwu
2024-04-16
0
Darien Gap
hampir kukira naruto
2024-04-16
0
DediKarismatikCharlieWade84
Kerajaan Kahuripan emang nya ada ya sejak dulu,atau sebelum/selepas Kerajaan Majapahit,?? Dizaman kerajaan Majapahit--->Kerajaan Japura--->Kerajaan Gajah--->Kerajaan Padjajaran( Sri baduga maharaja Prabu SiLiwangi )
2024-04-09
0