Di akhir masa pemerintahan Sang Prabu Airlangga, kekacauan merebak di Kedaton Kahuripan. Sang Putri Mahkota Dyah Ayu Sanggramawijaya menolak untuk naik takhta. Para pembesar istana terbagi menjadi dua kubu yang mendukung putra Permaisuri yang bernama Dyah Samara Wijaya, adik Sanggramawijaya berhadapan dengan putra selir kesayangan Raja Airlangga yg bernama Mapanji Garasakan.
**
Siang itu, di Ruang Paseban Abdi Dalem Kedaton Kahuripan, tampak Sang Prabu Airlangga memijat kepalanya..
Di hadapannya, dua orang Mahamantri Kahuripan duduk bersila menghadap junjungan nya.
"Aku pusing paman Patih, apa yg harus ku lakukan? Putra putra ku berselisih paham seperti ini, membuat ku bingung dengan apa mau mereka" ujar Sang Prabu Airlangga.
"Ampun Gusti Prabu, hamba percaya dengan kebijaksanaan dari Gusti Prabu selaku wakil Dewata di Kahuripan. Segala titah Gusti, akan kami laksanakan. Namun Gusti Prabu juga harus menimbang bahwa masa depan rakyat Kahuripan bergantung pada semua keputusan yang Gusti Prabu lakukan" demikian kata sang Mapatih Narotama kepada junjungan nya.
"Betul sekali kata Gusti Patih ini Gusti Prabu, kedua putra paduka masing masing memiliki kemampuan dalam memimpin rakyat Kahuripan, hamba mohon Gusti Prabu mempertimbangkan semua hal untuk rakyat di kerajaan Kahuripan ini , Gusti Prabu" atur Sang Mahamantri i Sirikan Mpu Layang kepada Prabu Airlangga..
Tampak Sang Prabu Airlangga memejamkan mata nya mendengar saran dari abdi setia nya.
"Paman Patih, apa saran mu untuk ku??" ujar Sang Prabu Airlangga sambil menatap Patih Narotama yang duduk bersila..
Patih Narotama tampak terdiam sejenak lalu berkata
"Ampun Gusti Prabu, jika boleh hamba memberikan usulan, Paduka bisa meminta saran kepada Mpu Barada di Siwatantra Penanggungan Gusti.. Hamba yakin Mpu Barada pasti bisa memberikan saran terbaik untuk masalah ini dengan bijak"
"Baiklah, aku terima usulan mu Paman, siapkan utusan ke Siwatantra Penanggungan.. Panggil Mpu Barada kesini segera.. Laksanakan perintah ku" perintah Sang Prabu Airlangga kepada Patih Narotama..
"Sendiko dawuh Gusti Prabu, segala titah Gusti Prabu akan kami laksanakan"
Setelah menghaturkan sembah, Patih Narotama dan Mpu Layang bergegas mundur dari Paseban Abdi Dalem..
Sang Prabu Airlangga masih termenung di singgasana nya
'Sang Jagad Dewa Batara, berilah aku kekuatan untuk menghadapi situasi ini' batin Gusti Prabu Airlangga...
**
Sementara itu,
Di lereng bukit sebelah barat gunung Penanggungan nampak seorang kakek tua berjenggot panjang sedang mengawasi latihan murid muridnya..
"Watugunung, jangan lengah.. kuda kudamu harus kuat, jangan sampai kau mudah di serang karna kuda kuda mu yang salah" teriak kakek tua itu pada salah satu muridnya..
"Baik guru" ujar muridnya yang bernama Watugunung..
"Ahh kakang Watugunung memang kesayangan dari guru kita, salah sedikit saja guru pasti mengetahui.. Ya kan kakang?" kata adik seperguruannya, Ratna Pitaloka dengan senyum manis nya sambil terus bergerak melatih gerakan silat nya..
"Sudah diam, kau mau di hukum guru karna ngobrol saat berlatih Pitaloka??" sungut Kakak tertua perguruan nya Warigalit menimpali omongan Ratna Pitaloka
"Ya gak lah kakang, siapa juga yang mau di hukum guru??" sergah Ratna Pitaloka
"Kangmbok Pitaloka, kalau nanti terus berdebat dengan kakang Warigalit, pasti dapat hukuman dari guru" sahut Sekar Mayang yang ada di ujung belakang
Mereka terus berlatih menendang, dan memukul yang merupakan dasar dari ilmu silat Padepokan Padas Putih..
Selesai berlatih, keempat murid muda perguruan silat ini berkumpul di bawah pohon rindang untuk beristirahat. Panji Watugunung, Warigalit, Ratna Pitaloka dan Sekar Mayang tampak kelelahan.. Namun, walau masih muda mereka sudah menguasai ilmu silat dan kanuragan yang tinggi. Warigalit yang merupakan kakak tertua, sudah mampu menguasai tenaga dalam tingkat 4 dan lancar menguasai ilmu silat Padas Putih. Ratna Pitaloka pun sama walau belum setinggi Warigalit, tapi juga tidak kalah dalam ilmu silat.. Sekar Mayang yang merupakan adik terkecil juga tinggi ilmu tenaga dalam nya. Sedang Panji Watugunung adalah jagoan diantara mereka, ilmu tenaga dalam tingkat 6 dan hapal betul jurus jurus Padas Putih yang merupakan silat tangan kosong... Namun, masing-masing murid mendapatkan ilmu tambahan berbeda dari guru mereka, Mpu Sakri yang mampu melihat bakat masing-masing muridnya..
Saat mereka masih beristirahat, muncul lah Mpu Sakri dengan tongkat kayu hitam nya..
"Kalian sudah lelah atau masih ingin berlatih??" ujarnya sambil tersenyum
"Maaf guru, aku sudah letih.. Boleh kan kan kami beristirahat?" kata Sekar Mayang, si manja bungsu ini pada gurunya..
" Alaah Adik ini, sudah datang paling akhir, masih juga mengeluh kecapekan" sahut Ratna Pitaloka, sambil melirik ke adik bungsu nya..
"Aku kan masih kecil Kangmbok, belum sekuat Kangmbok untuk berlatih terus terusan" sergah Sekar Mayang tak mau kalah
"Huuu... Dasar manja" gumam Ratna Pitaloka sambil melengos..
"Sudah sudah, kalian setiap dekat ribut melulu, apa tidak malu dengan guru?? " Warigalit menengahi..
Mpu Sakri tersenyum
Diantara 4 Tetua Padepokan Padas Putih, memang Mpu Sakri yang paling sabar. Pada masa mudanya dia dijuluki Pendekar Tangan Api di dunia persilatan..
"Watugunung, kenapa kau diam saja? " ujar Mpu Sakri
"Iya, Kakang Watugunung memang irit bicara guru, dari tadi pagi aku lihat banyak diam saja" sahut Ratna Pitaloka
"Ada yang kau pikirkan, Ngger? " timpal Mpu Sakri
Tampak Watugunung menghela nafas panjang,
kemudian berkata " Maaf guru, saya sedang ada pikiran.. Bibi saya di Daha baru mengirim surat, katanya ada kisruh di Kotaraja Kahuripan dan mungkin sebentar lagi merembet ke Daha,
murid khawatir dengan keselamatan keluarga bibi di Daha guru"..
"Memang benar berita itu, aku juga sudah mendengar nya.. namun aku berharap semoga saja itu tidak berdampak di wilayah Kahuripan ini" ,Mpu Sakri tersenyum pada Watugunung lalu berkata, " Sudah jangan di pikirkan, fokus dulu pada latihan mu,, sudah sampai mana kau melatih Jurus Pedang Bayangan yang aku ajarkan?"
"Ampun guru, murid baru lancar di jurus ke 9 guru" balas Watugunung
" Bagus,, itu sudah bagus sekali Watugunung..
Warigalit, bagaimana dengan latihan mu?? Apa kau sudah menguasai Jurus Tombak Terbang mu?" ujar Mpu Sakri,,
"Ampun guru, aku baru menguasai jurus ke 6 guru" balas Warigalit pada gurunya sambil garuk-garuk kepala..
"Kau ini, belajar mu paling awal, tapi perkembangan mu lambat sekali" sungut Mpu Sakri.. "Pitaloka, bagaimana dengan mu? Jurus Tarian Dewi Pedang sudah sampai jurus ke berapa?"
"Maaf guru", ujar Ratna Pitaloka dengan senyum malu-malu, "murid baru sampai jurus ke 5" ....
"Iya guru, Kangmbok memang malas latihan karna selalu menempel pada kakang Watugunung guru" sahut Sekar Mayang
"Kau ini, bisa diam tidak?? " balas Ratna Pitaloka dengan wajah merah merona..
"Sudah jangan bertengkar,, Pitaloka fokus kan latihan mu dan kau Mayang, jangan menggoda Kangmbok mu terus,, Aku minta kalian terus berlatih untuk meningkatkan ilmu kalian, agar saat turun gunung nanti, kalian mampu menjaga diri dan nama baik Padepokan Padas Putih ini" ujar Mpu Sakri
"Baik guru" mereka berempat kompak menjawab perintah gurunya...
Watugunung memang murid kesayangan Mpu Sakri, selain cerdas dan cepat tanggap, pemuda 17 tahun ini berwajah tampan khas bangsawan yang memikat banyak gadis di Padepokan Padas Putih ini termasuk dua adik seperguruannya, Ratna Pitaloka dan Sekar Mayang.. Mereka selalu berusaha untuk mendekati kakak seperguruannya itu..
Ayah Watugunung adalah Panji Gunungsari, sang akuwu Dahanapura yang masih saudara jauh dari Sang Prabu Airlangga dari ibu..
Kemanakah hati Panji Watugunung akan berlabuh?
Siapa nanti yang akan jadi Raja di Kahuripan?
Tunggu episode selanjutnya..
Asap debu beterbangan di jalan luar Kotaraja,, tampak 3 orang berpakaian bangsawan dan sepuluh prajurit menggebrak kuda mereka melesat menuju keluar ibukota Kahuripan..
Mereka adalah orang-orang utusan Sang Prabu Airlangga untuk menemui Mpu Barada di lereng gunung Penanggungan.. Sang Mapatih Narotama sendiri yang memimpin utusan itu.
"Gusti Patih, berapa lama kita sampai di Siwatantra Penanggungan kalau terus menerus berkuda seperti ini?" tanya Mpu Tandi, sang kepala prajurit yang mengawal rombongan itu
"Menurut kakang Layang, kita bisa sampai kesana dalam 7 hari kalau mampu berkuda terus menerus seperti ini, tapi aku tidak yakin sebab kuda kuda kita juga perlu beristirahat bukan?? jawab Mapatih Narotama, " lagi pula aku juga sudah tua, tubuh ku tak sekuat muda dulu, jadi kita juga tidak bisa cepat sampai ke Siwatantra itu"
Pria sepuh berbadan tegap itu terus menggebrak kuda nya melesat ke arah selatan menuju Siwatantra Penanggungan..
**
"Pokoknya aku yang harus naik takhta, tidak ada yang pantas mewakili Yunda Sanggramawijaya menggantikan Ayahanda Prabu Airlangga selain aku, Samara Wijaya itu bocah lemah ibu, dia tidak pernah merasakan pahitnya pertempuran melawan pemberontak, jadi mana pantas dia menjadi raja di Kahuripan ini? " ujar Mapanji Garasakan di Puri Selir milik ibunya..
"Ibu tidak mendukung juga tidak mengiyakan keinginan mu Ngger Pangeran, karena kau juga punya hak atas takhta kerajaan Kahuripan, tapi ibu minta jangan membuat keributan yg memicu peperangan dengan Samara Wijaya, ibu pengen kalian rukun sebagai sesama putra Gusti Prabu Airlangga" balas Dewi Rengganis, ibu Mapanji Garasakan.. Wanita yang merupakan Selir kesayangan Prabu Airlangga itu tampak teduh menatap wajah putra semata wayangnya itu..
"Ibu harus membantu aku untuk membujuk Ayahanda Prabu Airlangga untuk mengangkat ku sebagai putra mahkota, karna ibu tau hanya aku yang pantas" ujar Mapanji Garasakan berapi-api , ibunya hanya menghela nafas panjang melihat putranya yang keras kepala itu..
Mapanji Garasakan bukan tanpa alasan bersikap seperti itu karna sebagian besar pembesar dan bangsawan di Kahuripan memang mendukung nya menjadi raja,, kisah kepahlawanan nya dalam membantu Sang Prabu Airlangga mengalahkan Raja Wengker memang menjadi pertimbangan para pembesar itu untuk mendukung nya walaupun dia hanya seorang putra dari selir..
**
Di sisi barat keputran Kahuripan
Tampak 4 orang berpakaian bangsawan dan seorang lelaki muda yang tampan sedang berbicara..
"Bagaimana Gusti Pangeran?? Apa sudah siap untuk menghadap Gusti Prabu Airlangga?" tanya Mahamantri i Halu Dyah Talang kepada pemuda yang dia sebut pangeran .
"Aku belum siap paman, karna paman tau sendiri jika aku tidak pernah mengharapkan untuk menjadi raja menggantikan posisi ayahanda" ujar Samara Wijaya sambil menghela nafas " Yunda Dewi Sanggramawijaya lebih tepat untuk memimpin rakyat Kahuripan ini paman"
"Tapi Gusti Putri tidak bersedia menggantikan Gusti Prabu Airlangga, dan memilih menjadi pertapa.. ingat Gusti pangeran, negeri ini butuh pemimpin yang merupakan putra Gusti Prabu Airlangga dengan Gusti Permaisuri, bukan dari selir" tukas Dyah Talang, lelaki sepuh itu benar-benar tidak rela jika takhta Kahuripan jatuh ke tangan Mapanji Garasakan..
"Kenapa paman sepertinya tidak suka jika Kakang Mapanji menjadi raja??" balas Pangeran Samara Wijaya sambil memandang tajam ke arah Dyah Talang.
"Ampun Gusti Pangeran, bukan hamba tidak suka Gusti Mapanji Garasakan menjadi raja, tapi hamba hanya meletakkan kebenaran diatas segala rasa,, karna bagaimana pun yang hamba sampaikan adalah adat istiadat wangsa Isyana yang sudah berlangsung dari leluhur pangeran, Sang Isyana Tunggadewa" ujar Dyah Talang
...
"Hemmmmm, baiklah paman beri aku waktu. akan ku pikirkan masalah ini, dan bila sudah ada jawaban nya, aku akan mengabari paman" tukas Pangeran Samara Wijaya.
"Hamba menunggu kabar baik dari Gusti pangeran, hamba mohon diri" Dyah Talang lalu menghaturkan sembah dan bergegas mundur dari kediaman Samara Wijaya..
'Aku sama sekali tidak berminat menjadi raja, Yunda Dewi Sanggramawijaya benar benar menyusahkan aku ' batin Samara Wijaya ...
**
Sementara itu di Padepokan Padas Putih
di timur padepokan itu, ada sebuah sungai kecil dan kebun yang di tanami palawaija,, di tepi sungai tampak seorang pemuda sedang bergerak lincah melatih jurus jurus ilmu beladiri..
Pemuda itu, Panji Watugunung tampak berlatih Ilmu Pedang Bayangan jurus ke 10 yg baru ia dalami...
Gerakan nya cepat dan juga bertenaga, seperti seorang tokoh dunia persilatan.
"Jurus ke 10 - Bayangan Bulan Sabit____"
.
Hiaaaaatttttt.....
Angin menderu mengikuti gerakan jurus pedang yang meliuk lincah, menyabet ranting dan daun di sekitar tempat itu..
Dari balik rimbun pepohonan muncul Ratna Pitaloka mendekat ke arah Panji Watugunung
di tangan nya menenteng sebuah tempat makan dari kain..
"Kakang, latihan nya istirahat dulu"
teriak Ratna Pitaloka
Seketika Panji Watugunung menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arah suara itu sambil tersenyum..
Ratna Pitaloka, gadis berusia 16 tahun itu memang cantik, dilihat dari sisi manapun tetap cantik, dan anggun seperti sebuah permata yang indah, walaupun tinggi nya hanya sepundak Panji Watugunung namun dia terlihat sangat menawan..
Perlahan Panji Watugunung melangkah ke arah Ratna Pitaloka yang duduk di batu besar di bawah pohon kosambi rindang..
"Jangan latihan terus kakang, kau juga perlu tenaga,, ini aku tadi menangkap ayam hutan.. sudah ku masak, makan lah kakang" kata Ratna Pitaloka dengan menyodorkan sebuah pinggan kayu kepada Panji Watugunung
"Terima kasih adik, kau tau saja kalau sudah lapar " balas Panji Watugunung dengan senyum manis..
"Kakang ini kalau sudah latihan selalu lupa makan" gerutu Ratna Pitaloka
"Iya iya, sudah jangan menggerutu terus, nanti adik cepat tua loh" seloroh Panji..
"Ihhh kakang ini mulai deh" tukas Ratna Pitaloka
"Duhh ngambek ya" , Jangan marah dong dik, Kakang kan cuma bercanda" balas Panji Watugunung dengan tersenyum
Ratna Pitaloka yang terlanjur cemberut di goda Panji Watugunung, seketika berbunga bunga melihat senyuman manis itu..
.
"Hai, makan gak ajak ajak.. Bagi dong kang" seruan itu mengagetkan mereka berdua
'Huhh, dasar pengacau, selalu saja mengganggu kesenangan ku" batin Ratna Pitaloka
"Sini dik, ayo kita makan bareng, masih banyak kog" panggil Panji Watugunung ke Sekar Mayang yang berteriak tadi
Sekar Mayang tanpa suara dua kali langsung mendekat ke arah Panji Watugunung, yang sedang asyik menikmati makanan nya..
"Kangmbok, aku minta makanan nya ya? Lapar Kangmbok" rengek Sekar Mayang pada Ratna Pitaloka..
"Itu tinggal ambil, tapi pinggan nya cuma dua jadi kalau mau makan, kamu pakai alas daun pisang saja ya" kata Ratna Pitaloka sambil tersenyum mengejek..
"Ih kenapa pinggan nya cuma dua Kangmbok, pasti rencana makan berdua dengan Kangmas Panji ya??" selidik Sekar Mayang sambil memicingkan matanya..
"Cerewet banget sih, buruan makan.. kalau gak mau tak habiskan ini" ancam Ratna Pitaloka
'Duh, ni bocah ngomongnya di depan kang Panji lagi, bikin aku salah tingkah saja '
"Iya iya Kangmbok, gitu aja marah.." huuu, gak seru " jawab Sekar Mayang
Mentari sudah di puncak gunung menyinari lereng gunung Penanggungan yang hijau..
Suasana cerah mengikuti hembusan angin yang sepoi-sepoi
Tak jauh dari sana dua pasang mata menatap mereka yang sedang menikmati makanan..
bersambung...
"Kakang, kau lihat mereka? Sepertinya dari Padepokan Padas Putih itu,," tukas lelaki bertubuh kurus itu kepada lelaki bertubuh besar yang di sebelahnya.
"Iya adik, sepertinya begitu, apa kita bunuh saja mereka sekarang?" bisik Wugu pada Tambir, lelaki kurus itu..
"Jangan Kakang, tugas kita hanya mengumpulkan informasi untuk kita laporkan, jangan sampai ada bentrok dengan mereka" jawab Tambir
"Apa kau takutkan?", Aku Wugu , murid ke 18 Padepokan Bukit Jerangkong tidak takut pada murid padepokan itu ! " Wugu menyombongkan dirinya sambil tersenyum sinis dengan mata berkilat memandang tajam kearah Ratna Pitaloka, Panji Watugunung dan Sekar Mayang yang sedang asyik menikmati makanan di bawah pohon kosambi rindang itu..
"Iya Kakang, aq percaya pada kemampuan silat Kakang tapi bukankah kita sudah di perintahkan oleh guru untuk tidak memancing keributan dengan mereka?" balas Tambir
"Huhh, kalau tidak ingat perintah guru, sudah ku habisi mereka ! " Wugu berbisik sambil mengepalkan tangannya , " Ayo kita pergi dari sini, sebelum kita ketahuan memata matai perguruan mereka" ..
"Ayo kakang" balas Tambir..
Kedua bayangan itu beringsut mundur, lantas melesat cepat meninggalkan tempat itu..
Sementara itu, Panji Watugunung yang menyadari bahwa ada orang yang mengawasi mereka menarik nafas lega melihat dua bayangan yang meninggalkan tempat itu
'Mau apa mereka, apa yang mereka cari di tempat ini' batin Panji Watugunung dengan meneruskan makan nya seolah tidak terjadi apa-apa..
Beberapa saat kemudian, datang seorang seorang pemuda menghampiri mereka
"Watugunung, kau di panggil guru mu, di suruh menghadap di kediaman nya"
"Terimakasih saudara ku, sebentar lagi aku kesana " ujar Panji Watugunung kepada nya, pemuda itu lalu melangkah kembali ke arah gerbang Padepokan Padas Putih.. Diantara 200 murid Padepokan Padas Putih, hanya Mpu Sakri yang paling sedikit memiliki murid.. Selebihnya adalah murid dari kakak seperguruannya Mpu Wanabaya dan Mpu Rungkat dan adik seperguruannya yang bernama Mpu Sasi.. Namun, walau hanya 4 orang murid nya, namun kepandaian beladiri mereka termasuk 20 besar dalam peringkat pertama di Padepokan Padas Putih, terutama Panji Watugunung yang berada di peringkat kedua.. Sedangkan Warigalit berada di peringkat ke 4, Ratna Pitaloka di peringkat ke 5 dan Sekar Mayang pada peringkat ke 7.. Tak heran bila murid yang lain segan dengan mereka...
**
Sementara itu....
Rombongan Mapatih Narotama sudah 2 hari meninggalkan Kotaraja Kahuripan. Mereka terlihat letih dan lelah. Saat menggebrak kuda mereka, dari jauh terlihat sebuah Wanua di kejauhan. "Tandi, di depan sepertinya ada Wanua, kau tau apa Wanua apa itu??" ujar Mapatih Narotama kepada Mpu Tandi yang berkuda di sebelahnya. "Ampun Gusti Patih, kalau tidak salah itu Wanua Kitri Gusti, kalau benar berarti kita sudah masuk Pakuwon Watugaluh" sahut Mpu Tandi sang bekel kepada junjungan nya.
"Baik, kita semua beristirahat disana,, cari Rama dari Wanua Kitri itu, suruh menghadap padaku" titah sang Mapatih Narotama.
"Sendiko dawuh Gusti Patih" Mpu Tandi berkata, lalu menggebrak kuda nya lebih cepat mendahului rombongan itu melesat ke arah Wanua Kitri...
Tak berapa lama, kuda hitam Mpu Tandi sudah ada di gerbang Wanua Kitri itu,, melihat ada tamu yang mendekat, mereka segera menghampiri nya,,
"Maaf Kisanak, ada perlu apa kau ke Wanua Kitri ini?" melihat dari pakaian mu kau seorang prajurit dari Kedaton Kahuripan" tanya penjaga yang bertubuh gempal itu
"Aq, Mpu Tandi bekel prajurit Kedaton Kahuripan, ingin bertemu dengan Rama Wanua ini, cepat panggilkan dia suruh kemari! " sahut Mpu Tandi
"Baik tunggu sebentar Kisanak, akan kami panggilkan" jawab penjaga itu, " Sampar, panggilkan Rama kesini cepat! "
Yang di suruh segera berlari ke kediaman Rama Wanua dengan tergesa-gesa
'Uh, dia yang di suruh kenapa aku yang ngos-ngosan berlari, dasar kebo, seenaknya saja perintah orang' umpat si Sampar dalam hati
"Rama.. Rama Mpu, ada orang dari Kedaton Kahuripan di gerbang Wanua Kitri! " Rama, Rama Mpu kau dimana?" teriak Sampar begitu sampai di muka rumah Rama Wanua itu
Dari dalam rumah, seorang lelaki tua berjenggot putih muncul dengan kaget
"Apa kau bilang, utusan dari Kedaton Kahuripan?" tanya Mpu Sali , Rama Wanua Kitri
"I-iya Mpu, katanya dia bekel prajurit Kedaton Kahuripan" jawab Sampar.
"Ayo, kita kesana" tukas Mpu Sali, bergegas ke gerbang Wanua di ikuti Sampar..
Sesampainya di gerbang Wanua, mereka segera mendekati Mpu Tandi yang berdiri di samping kuda hitam nya..
"Ampun beribu ampun Gusti, gerangan hal apa yang membawa Gusti bekel ke Wanua terpencil ini Gusti? " Mpu Sali bertanya seraya menghaturkan sembah nya
"Hai Rama Wanua Kitri, ketahuilah aku mengawal rombongan Gusti Mapatih Narotama yang menuju Siwatantra Penanggungan.. Kami ingin beristirahat barang semalam, sebelum melanjutkan perjalanan.. Apa bisa kau membantuku menyediakan tempat menginap untuk kami?" sahut Mpu Tandi
"Ampun beribu ampun Gusti, di Wanua kecil ini tidak ada penginapan seperti di Kotaraja Kahuripan Gusti, jika berkenan silahkan bermalam di gubug hamba Gusti" balas Mpu Sali dengan membungkuk hormat
"Tidak apa-apa Rama, kami sudah berterimakasih atas kebaikan mu pada kami, akan ku beritahukan ini kepada Gusti Mapatih" selesai berkata, Mpu Tandi meloncat naik ke kuda hitam nya dan melesat cepat menuju rombongan Mapatih Narotama..
"Sampar, Bango cepat kalian bantu aku mempersiapkan penyambutan tamu kita, Kebo Ireng kau tetap berjaga disini" perintah Sang Rama kepada bawahannya
Mereka segera bergegas ke kediaman Rama Wanua, menyiapkan makanan untuk di hidangkan pada rombongan Mapatih Narotama
.
.
.
"Ampuni hamba Gusti Mapatih, jika penyambutan kami kurang berkenan" Rama Wanua Kitri menyambut kedatangan rombongan Mapatih Narotama,,
"Ini sudah lebih dari cukup Rama, aku lihat Wanua ini cukup makmur walau jauh dari Pakuwon Watugaluh" kata Mapatih Narotama,
"Kami hanya petani Gusti, setiap hari hanya berladang menanam palawija.. Kami cukup beruntung karna tanah di Wanua Kitri subur untuk bercocok tanam Gusti" sambut Mpu Sali
Malam itu, rombongan Mapatih Narotama bermalam di kediaman Rama Wanua Kitri
Sampai larut mereka bercakap-cakap membicarakan tentang keadaan wanua dan jalan yang akan di lewati..
Sepasang mata menatap rombongan di rumah Rama Wanua itu,
" Laporkan ini ke Gusti Mapanji, aku akan terus mengikuti gerakan mereka, awas jangan sampai ketahuan orang lain,, Paham kau Donggol?" tanya seorang lelaki berwajah jelek dan berkulit hitam kepada seorang lelaki pendek bertubuh bungkuk di sebelah nya
"Aku mengerti Kakang Genggong tidak perlu cemas, ilmu Kanuragan ku cukup untuk membela diri ku dari prajurit prajurit bodoh itu" sahut si Donggol
"Saat Gusti Mapanji menjadi raja, kita akan di angkat menjadi bawahan nya, hidup kita pasti enak Kakang, hahahaha"
"Tak sia sia kau mengikuti ku, ternyata kau tidak sebodoh tampang mu Donggol, hahahaha" jawab Genggong sambil terkekeh
Mereka adalah orang-orang Padepokan Bukit Jerangkong yang di kenal sebagai Sepasang Setan Hitam dari Bukit Jerangkong, tokoh golongan hitam yang terkenal keji dalam membantai musuh musuh nya
Namun atas perintah guru nya, Iblis Bukit Jerangkong, yang sudah bersedia membantu niat Mapanji Garasakan untuk menjadi raja Kahuripan, mereka memata matai pergerakan orang orang seputar Kedaton Kahuripan yang di curigai berpihak pada Samara Wijaya..
Suasana semakin panas di Kedaton Kahuripan..
bersambung
*Wanua \= desa
*Mpu \= julukan orang yang di hormati
* Siwatantra \= daerah bebas pajak, biasanya tempat peribadatan khusus
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!