Gofan dan Xionan bergegas melangkah pergi menuju ke barat, ke tempat rombongan Yanse berada.
Sembari terus melangkah menuju ke arah rombongan berada, Gofan membolak-balik Kitab Kompilasi Bela diri, mempelajari lebih banyak hal tentang bela diri di Benua Penda.
Meskipun Gofan adalah orang dari tanah terlarang dan pengetahuannya cukup banyak tentang dunia pendekar, tetapi itu masih belum mendalam, dan berkat Kitab Kompilasi Bela diri itu, dia menjadi lebih banyak tahu.
'Ternyata kitab ini tidak hanya mencakup bela diri di Benua Penda, ada beberapa hal tentang lima benua lain' Pikir Gofan.
Xionan yang melayang jauh di depan Gofan, menoleh ke belakang, ke arah Gofan yang masih asik membolak-balik kitab.
" Fanfan, bisa kamu berhenti membaca dulu, lihat di sana...! " Seru Xionan.
Gofan menghentikan kegiatan membacanya, dan memasukkan kitab ke dalam kantong ruang, " Hmm... Apa itu? "
Gofan menoleh ke arah yang ditunjuk Xionan, di arah utara mereka, ada sebuah batang pohon bambu yang bercahaya diantara banyaknya rumpun batang bambu,
" Itu.... Inti Giok Bambu... ! " Kata Gofan, sambil mengingat-ingat.
Dalam ingatan yang diperoleh dari Beruang Bambu, Gofan mengetahui bahwa batang bambu yang bercahaya adalah fenomena langkah setiap seribu tahun sekali.
" Nannan, itu inti giok bambu, ayo ambil sebelum Beruang Bambu menyadarinya " Kata Gofan dan mengarah langsung ke rerumpunan batang bambu di utara mereka.
" Fanfan. Kenapa kamu begitu bersemangat? " Xionan dengan cepat sudah menyusul Gofan.
" Nannan, itu Inti Giok Bambu, mengandung energi mental langit dan bumi, itu pasti bisa memperpanjang usiamu di alam ini, pergilah lebih dulu... Ambil batu giok di dalam batang bambu bercahaya itu...! " Sahut Gofan penuh semangat.
Inti Giok Bambu adalah giok saripati mental langit dan bumi, hanya muncul di Hutan Bambu Kemarau.
Energi mental yang terkumpul selama seribu tahun, tentu sangat kuat, apalagi itu tercipta secara alami oleh kekuatan bumi dan langit, tentu saja itu sangat bermanfaat bagi roh seperti Xionan.
" Hihihi, Bagus... Baiklah, ku tunggu di sana... Hihihihi "
*Zyuut*
Xionan langsung hilang begitu saja dan tiba-tiba muncul jauh di depan Gofan.
Melihat itu, Gofan menggelengkan kepalanya sambil terus berlari, dia sedikit iri dengan kecepatan Xionan.
Empat hela napas kemudian, Xionan sudah ada di depan batang bambu yang bercahaya. Xionan langsung melakukan segel tangan, cahaya putih memancar dari jari telunjuknya dan menarik keluar sebuah batu giok berwarna hijau dari batang bambu itu.
*Zyuut*
Batu giok keluar dan melayang di depan Xionan, batu giok itulah yang disebut sebagai inti giok bambu, cahaya hijau terang mulai menerangi sekitar rumpun batang bambu,
'Sial... Jika terus begini, ini akan menarik perhatian para Beruang Bambu...' Pikir Xionan.
Tanpa pikir panjang Xionan memutuskan, 'Baiklah, kalau begitu... Langsung aku serap saja...'
Kemudian Xionan membentuk segel tangan dan mulai mengeluarkan cahaya putih terang dari tubuhnya dan menyelimuti cahaya hijau dari inti giok bambu.
Inti giok bambu bergetar dan berputar-putar mengelilingi Xionan, cahaya putih Xionan menyerap cahaya hijau inti giok bambu yang berputar mengelilinginya.
Setelah beberapa puluh hela napas, " Celaka!?... Aku tidak kuat, energi ini terlalu besar... "
Xionan kini seperti roh yang kerasukan, dia tidak bisa menghentikan dirinya untuk terus menyerap energi mental inti giok bambu padahal kapasitas penyerapannya sudah hampir penuh, jika Xionan terus menyerap energi ini dia bisa meledak dan lenyap.
Gofan baru saja sampai saat Xionan sudah tidak bisa lagi bertahan di dalam putaran inti giok bambu.
'Sial... Kenapa Xionan begitu gegabah?... Xionan tidak akan bisa menyerapnya begitu saja, aku harus membantunya' Batin Gofan.
Gofan menerjang masuk ke dalam pusaran putaran inti giok bambu, dia melakukan gerakan menyerap energi mental dari inti giok bambu, sekarang inti giok bambu berputar mengelilingi Xionan dan Gofan.
'Fanfan apa yang kamu lakukan, Kenapa ikut masuk? ' Ucap Xionan melalui pikirannya, Xionan khawatir hal yang sedang dialaminya akan membahayakan Gofan.
'Tenang saja, kita pasti bisa, selaraskan saja energi mental kita untuk menyerap batu giok ini ' Sahut Gofan.
Semakin lama putaran inti giok bambu semakin kencang, dan membentuk sebuah tornado. Gofan dan Xionan terombang-ambing di dalam putaran angin tornado itu. Tornado itu terus membesar hingga akhirnya dapat terlihat dari tempat Yanse dan rombongannya berada.
[Di tempat Rombongan Yanse berada]
Setelah Gofan pergi, Yubing dan sepuluh orang lainnya mendengar suara yang memperingatkan mereka untuk diam dan tidak membuat keributan serta menghapus jejak darah Jangbi sejauh mungkin dari formasi pelindung.
Kelompok itu langsung mengikuti saran dari suara tanpa sumber, tanpa bertanya kembali mengenai identitas sumber suara. Hal itu karena Yubing, telah memberitahukan bahwa suara tanpa sumber itu dapat dipercaya.
" Pendekar Yanse, aku akan mengobati saudara Jangbi, tolong hapus jejak darahnya yang berceceran ! " Pinta Yubing kepada Yanse.
Yubing langsung bergerak untuk mengobati Jangbi setelah suara tanpa sumber itu menghilang. Jangbi sudah sampai di dalam formasi sebelum suara tanpa sumber itu terdengar.
" Baik... " Sahut Yanse.
" Pendekar Hanbo, Ayo...! " Yanse memandang ke Hanbo dan mengajaknya untuk membersihkan jejak darah sejauh mungkin. Hanbo mengangguk dan mereka segera pergi melakukan pembersihan.
" Apa yang sebenarnya kamu lakukan? Kenapa kamu bisa dikejar makhluk itu? " Tanya Yubing kepada Jangbi sembari membalut luka-lukanya.
Jangbi tidak menyahut, dia hanya mengerang menahan sakit, dia sudah sangat pucat, seperti hampir pingsan. Yubing tidak memaksanya menjawab dan membiarkannya beristirahat.
Sekalipun Jangbi menjawab pertanyaan Yubing, tentu saja dia akan berbohong. Sebelumnya, Jangbi yang merasa sudah aman dengan menggunakan pelindung bambu, menggunakan alasan hendak buang air untuk bisa pergi mengambil gulungan peta.
Meskipun, saat tiba di tempat peta itu, Jangbi mendapati ada seekor anak Beruang Bambu yang sedang tertidur, Jangbi tidak peduli, dia merasa aman karena menggunakan pelindung bambu.
Sialnya, ketika Jangbi mengambil peta dari kerangka mayat, dia sangat senang dan tertawa keras. Suara tawanya itu membuat anak Beruang Bambu yang ada di dekatnya bergerak dan menyerangnya.
'Kenapa ini? Kenapa aku tidak bisa bergerak? ' Pikir Jangbi.
Jangbi tiba-tiba merasakan cahaya hijau mulai menyelimuti tubuhnya, dan membuatnya tidak bisa bergerak.
Cahaya hijau itu adalah energi mental yang dipancarkan oleh anak Beruang Bambu, kekuatan mentalnya belum terpusat di mata melainkan memancar dari seluruh tubuhnya, tapi matanya tetaplah sebagai gerbang untuk melahap jiwa targetnya, karena itulah sangat berbahaya menatap mata itu.
" Arrgghh... ! Arrgghh... ! " Jangbi berteriak kencang.
Darah menyembur dari pergelangan tangannya, telapak tangan kirinya yang memegang peta putus digigit anak Beruang Bambu.
Peta jatuh ke tanah dan anak Beruang Bambu memakan telapak tangan kiri Jangbi yang terputus.
Untung saja, sebelum Jangbi menoleh dan menatap mata anak Beruang Bambu, bambu-bambu yang menjadi pelindung di tubuh Jangbi menyerap cahaya hijau itu sampai habis, sehingga dia terbebas dan langsung berlari kencang.
Jangbi berteriak minta tolong sambil terus berlari menahan sakit, darahnya mengucur di sepanjang jalan.
Dua ekor anak Beruang Bambu lainnya yang mendengar teriakan Jangbi, mencari sumber suara dan mendapati ceceran darah di jalan yang dilalui Jangbi, mereka menjilati darah Jangbi dan kemudian mengejarnya.
Begitulah akhirnya hingga Gofan memancing anak-anak Beruang Bambu itu untuk mengikutinya.
Baru membersihkan jejak darah sejauh hampir 40 kaki, Yanse melihat beberapa ekor anak Beruang Bambu lainnya muncul dari balik rumpun pohon bambu.
" Pendekar Hanbo... Ayo kembali...! Lihat... !! " Yanse menunjuk ke arah rerumpunan pohon bambu yang memperlihatkan ada beberapa ekor anak Beruang Bambu.
" Astaga!?... Ayo...! " Ucap Hanbo terkejut.
Hanbo mengangguk dan langsung kembali ke dalam formasi bersama Yanse.
Setelah kembali ke dalam formasi pelindung, Yanse menyampaikan apa yang mereka lihat.
" Sebelum kembali, aku melihat ada sekitar lima ekor anak Beruang Bambu sedang menyusuri sisa jejak darah yang belum sempat kami bersihkan " Tutur Yanse kepada yang lain.
" Untung saja ada suara itu yang memperingatkan ki.... " Kata Hanbo, tetapi dia mendadak berhenti berbicara.
Hanbo kemudian berkata lebih pelan, hampir seperti orang berbisik, "Sstt... Kita harus diam dan jangan berisik, Lihat... "
Hanbo menunjuk ke arah 40 langkah kaki di depan formasi pelindung.
Seketika itu juga semua orang di dalam formasi diam mematung tidak berani bersuara atau pun membuat gerakan.
Di dalam formasi pelindung, Yubing mematung dan berdiam diri sambil berpikir, 'Apa yang terjadi?, Kenapa Gofan belum kembali? dan Kenapa malah lebih banyak anak Beruang Bambu yang muncul?'
Sebelumnya hanya ada lima ekor anak Beruang Bambu yang muncul dan bergerak-gerak di sekitar ceceran darah Jangbi yang sudah mengering.
Sekarang muncul tujuh ekor lainnya, beberapa dari mereka bahkan memutari formasi pelindung, sehingga tampak seperti anak-anak Beruang Bambu itu sedang mengepung formasi.
'Astaga... Kenapa bisa begini, sekarang ada 12 ekor anak Beruang Bambu yang mengepung kita?' Pikir Nian.
Beberapa orang terlihat marah dalam diam dan memandang ke arah Jangbi, 'Ini semua karena dia!!'
Tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa pada Jangbi, hanya bisa menggerutu di dalam pikiran mereka.
Waktu terus berlalu, 20 hela napas, 30 hela napas, 40 hela napas... bukannya pergi, anak-anak Beruang Bambu malah seperti membuat sarang di sana, beberapa dari mereka ada yang mengubur sebagian tubuh mereka di tanah, beberapa lagi tampak berguling-guling di tanah bekas darah Jangbi.
Tiba-tiba sesorang di dalam formasi tidak sengaja buang gas dan berbunyi cukup keras,
*Preett*
*Rooaarr*
Anak-anak Beruang Bambu langsung bereaksi, namun karena suara itu hanya berlangsung sebentar dan berada dalam perlindungan formasi, anak-anak Beruang Bambu ini sulit mencari sumber suara.
'Hampir saja....' Semua orang di dalam formasi bersyukur kejadian itu tidak membahayakan mereka.
Mereka melirik ke orang yang membuat jantung mereka hampir copot, ternyata sumber suara itu adalah Jangbi. Jangbi menunduk ketika semua orang melirik ke arahnya.
'Orang ini seperti wabah penyakit saja, selalu saja mengundang bahaya' Pikir Nian, kesal dengan Jangbi.
Beberapa hela napas kemudian, seekor anak Beruang Bambu yang tadinya mengubur sebagian tubuhnya di tanah, bangun dan keluar dari tanah, dia bergerak- gerak seperti merasakan sesuatu, kemudian satu per satu anak Beruang Bambu lainnya melakukan hal sama.
Sekarang semua anak-anak Beruang Bambu melakukan hal yang sama, mereka semakin menjauh dari formasi pelindung.
Dari dalam formasi Yubing, Yanse, dan lainnya bisa melihat rombongan anak-anak Beruang Bambu pergi menuju sebuah tornado yang terjadi lumayan jauh dari formasi.
Setelah tidak tampak seekor pun anak Beruang Bambu di dekat formasi pelindung kesebelas orang itu menghela napas lega.
" Apa yang terjadi? Angin tornado itu tampaknya menarik perhatian mereka " Tanya Canglini sembari meregangkan tubuhnya yang kaku akibat lama mematung.
" Mari kita lihat, apa yang terjadi di sana... " Ucap Hanbo.
Hanbo melangkah maju dan mengeluarkan Cermin Delapan Penjuru miliknya, dia membentuk segel tangan.
" Harta rahasia, delapan penjuru terpantul, cahaya menunjukkan, dengan darah dalam perjanjian, tunjukkan kekuatanmu... !! " Teriak Hanbo.
*Zplash*
Sebuah gambar muncul dihadapan sebelas orang itu, memperlihatkan kejadian di sekitar angin tornado itu.
" Pendekar Hanbo. Coba perbesar bagian tengah tornado itu " Pinta Nian.
Nian melihat ada seseorang di dalam tornado itu, tapi karena terlalu kecil, Nian meminta Hanbo memperbesar gambarnya.
"Baik..." Hanbo membentuk segel tangan dan memperbesar bagian tengah angin tornado.
"Gofan!?" Hampir semua orang terkejut dan menyebutkan nama Gofan.
Orang yang dilihat Nian di dalam angin tornado itu ternyata Gofan.
" Senior sepertinya dia dalam masalah " Kata Nian kepada Yubing.
Yubing mengangguk dan berkata, " Ayo... Kita harus menyelamatkannya... "
Yubing tanpa ragu ingin pergi dan menolong Gofan yang sedang terombang-ambing di dalam pusaran angin tornado.
" Tapi... Senio... " Nian berhenti melanjutkan kata-katanya, ketika melihat Yubing yang sudah pergi terlebih dahulu.
Dengan berat hati Nian menyusul Yubing, ikut pergi bersama Yubing menuju ke arah tornado.
'Apa dia tidak memikirkan mengenai gerombolan anak Beruang Bambu sebelumnya... Bagaimana ini?' Pikir Nian, sembari terus mengikuti Yubing yang berlari kencang ke arah tornado.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Ut
lanjuut
2021-03-31
0
Kamal Kasim
bagus. sya amat suka cerita yg sebegini. parlahan tapi menarik
2021-01-16
2
Heri Trisnadi
awalnya ceritanya menarik tapi lama2 monoton
2021-01-04
2