" Aku akan ke utara, menuju Hutan Bambu Kemarau, apakah di antara kalian ada yang ingin ikut? " Tanya Len Fan pada pria gempal dan pria kekar pendiam.
Mendengar hal itu, pria gempal menjadi sedikit penasaran, " Tidak. Aku akan ke desa di depan dan mencoba peruntungan di sana, tetapi kenapa kamu memilih ke hutan itu? "
Setahu pria gempal, Hutan Bambu Kemarau adalah hutan yang penuh bahaya, hutan ini tampak seperti hutan dengan ribuan pohon bambu yang mengering.
Konon ada sesuatu yang membuat hutan itu selalu berada seperti di musim kemarau, bahkan musim lain selain musim kemarau tidak akan terjadi di hutan bambu itu.
" Aku perlu ke suatu tempat di dalam hutan itu, tetapi untuk detailnya, aku sendiri pun belum tahu " Jawab Len Fan singkat, tidak ingin menjelaskan tujuannya ke hutan tersebut.
" Saudara Fan. Aku berharap kamu menemukan, apa pun yang kamu cari di hutan itu " Kata si Gempal berharap Len Fan akan menemukan yang dia cari.
" Terima kasih " Sahut Len Fan, pada Pria gempal.
Si Pria gempal itu bernama Cang Gu, sementara yang pendiam itu bernama Gu Yilan, mereka sudah terlihat akrab sepanjang perjalanan menuju ke pinggiran gurun.
" Kalau begitu bagaimana denganmu? " Tanya Cang Gu ke Gu Yilan, pria pendiam itu hanya diam dan menganggukkan kepalanya, menandakan dia setuju ikut ke desa di depan.
" Baiklah, kalau begitu kami pamit. Saudara Len Fan. Kamu bawa saja kuda itu, sebab tujuan kami dekat di depan "
Sambil mengatupkan tangan Cang Gu dan Gu Yilan mengucapkan salam dan mereka pun melangkah pergi menjauh.
Len Fan mengangguk dan membalas salam dari Cang Gu dan Gu Yilan.
Melihat Cang Gu dan Gu Yilan pergi, Go Li bertanya untuk memastikan perihal ke Hutan Bambu Kemarau, " Kak. Serius kamu ingin ke hutan itu? Aku sedikit takut mendengar banyak berita seram tentang hutan itu "
Go Li menunjukkan sedikit kecemasannya, mengetahui bahwa orang yang akan dia ikuti ternyata memilih bepergian ke tempat yang berbahaya.
" Tentu saja, seperti yang aku bilang sebelumnya... Apa kamu berubah pikiran, untuk ikut denganku? " Ucap Len Fan.
Terlihat jelas bahwa Len Fan sudah mantap akan pergi ke Hutan Bambu Kemarau.
Go Li menggeleng sambil menggaruk kepalanya, " Tidak kak, aku akan tetap ikut denganmu, hanya saja aku tidak tahu, apa yang begitu menarik bagimu di hutan yang berbahaya itu "
Tidak menjelaskan lebih jauh, Len Fan cukup senang mendengar Go Li tetap mau mengikutinya meski ke tempat berbahaya. Hal itu membuat Len Fan sedikit kagum kepada bocah berusia 12 tahun itu.
Len Fan tertawa menanggapi jawabannya, " Haha... Bagus... Bagus... Mumpung hari masih pagi, ayo kita berangkat ! "
Mereka pun memulai perjalanan ke arah utara, menunggang kuda menuju ke Hutan Bambu Kemarau.
[Di sisi lain, pinggiran Gurun Kalajengking Hitam]
" Itu pasti dia. Bocah yang sepuluh tahun lalu lolos dari pembantaian itu "
Seorang pria berbadan gempal berkata kepada seorang pria kekar, mereka bersembunyi di balik pohon besar sambil memperhatikan Len Fan dan Go Li dari jauh.
Mereka adalah dua orang yang sebelumnya berpisah dengan Len Fan karena hendak mencoba peruntungan di desa terdekat yaitu Cang Gu dan Gu Yilan. Mereka diam-diam mengamati Len Fan dari jauh.
" Aku juga berpikir begitu... Apalagi dia jelas-jelas mengatakan dirinya berasal dari Tanah Terlarang, jika bukan karena Yu Bing... Ah... sudahlah... Cang Gu. Kamu sudah dapat kudanya? "
Sebelumnya, saat melihat dua ekor kuda dibawa oleh Jang Jubi dan dua orang lainnya pergi, Gu Yilan menyuruh Cang Gu diam-diam pergi dan merebut kuda-kuda itu.
" Tentu saja sudah. Itu hanya mengatasi tiga orang biasa, pekerjaan yang sangat mudah...! Kuda-kuda itu aku titipkan di Kedai Desa " Sahut Cang Gu dengan penuh percaya diri.
" Bagus... Setelah sepuluh tahun, kita akhirnya menemukan petunjuk ini, diam-diam kita ikuti dia dulu, kita harus mendapatkan batu reinkarnasi itu " Jawab Gu Yilan dengan nada antusias. Cang Gu mengangguk menanggapi ucapan Gu Yilan tersebut.
Dia dan Cang Gu adalah utusan khusus Kultus Abu-Abu. Sudah selama hampir sepuluh tahun mereka menyamar sebagai orang biasa dan menyegel budidaya bela diri mereka. Mereka dalam misi tugas untuk mendapatkan batu reinkarnasi. Mereka telah berkeliling Benua Pengda mencari petunjuk keberadaan batu bertuah itu.
Hanya setelah mendengar Len Fan berasal dari tanah terlarang mereka menemukan secercah harapan. Awalnya mereka ingin langsung menangkap Len Fan namun karena ada Yu Bing, mereka menunda keinginan itu.
Setelah Yu Bing pergi, mereka ingin menangkap Len Fan namun karena mendengar Len Fan ingin pergi ke Hutan Bambu Kemarau, mereka menjadi penasaran, mungkin saja batu yang mereka cari ada di Hutan Bambu Kemarau.
Oleh karena itu, sekali lagi, mereka menunda keinginan untuk menangkap Len Fan dan memutuskan untuk mengikuti diam-diam.
" Ayo...! Aku tunjukkan jalan ke kedai itu, kita ambil dulu kuda-kuda yang aku titipkan di sana "
Setelah itu, Cang Gu melangkah menuju ke kedai yang dimaksud, diikuti oleh Gu Yilan.
[Di luar sebuah Kedai]
Setelah beberapa hela napas berlalu, Gu Yilan dan Cang Gu tiba di tujuan mereka.
" Cang Gu, kenapa dia tidak kamu bunuh? "
Ketika sampai di dekat kedai, Gu Yilan melihat kuda-kuda diikat di sebelah kedai, namun dia heran melihat ada Jang Jubi di antara kuda-kuda itu dengan tangan terikat dan tampak tidak sadarkan diri.
" Oh... Aku hampir lupa. Jadi begini.... " Cang Gu kemudian menjelaskan alasannya membiarkan Jang Jubi tetap hidup.
Ketika dia merebut kuda dari ketiga orang itu, Jang Jubi memohon untuk tidak dibunuh dan memberikan sebuah gulungan kepada Cang Gu. Gulungan itu ternyata adalah sebuah peta, peta yang menunjukkan adanya lokasi pertemuan beruntung.
Tetapi peta yang diberikan Jang Jubi hanya setengah bagian, setengahnya lagi ada di dalam ingatannya, jadi Cang Gu terpaksa membiarkannya hidup.
" Ini petanya. Coba kamu lihat dulu " Cang Gu mengeluarkan gulungan peta dan memberikannya pada Gu Yilan. Peta itu dibuka dan diamati olehnya.
" Tidak disangka, orang biasa ini bisa memiliki peta jalur pertemuan beruntung di Pulau Api "
Setelah mengamati sebentar, Gu Yilan tahu betapa berharganya peta itu. Tetapi sekarang, bukan waktu baginya untuk mencari pertemuan beruntung, dia harus mengikuti Len Fan.
" Kita akan urus ini nanti, sekarang ayo berangkat ke Hutan Bambu Kemarau ! " Ucap Gu Yilan.
Kemudian dia mengambil seekor kuda dan bersiap berangkat.
" Lalu bagaimana dengan orang ini? " Cang Gu bertanya sembari mengambil seekor kuda lain.
" Tentu saja dia ikut kita, kamu ikat dan bonceng saja dia bersamamu " Jawab Gu Yilan ketus.
" Cepat...! Ayo berangkat...!! kita harus menyusul mereka " Imbuhnya.
" Baiklah.... " Meski dengan nada sedikit malas, Cang Gu menuruti perintah Gu Yilan.
Setelah menyelesaikan urusan dengan pegawai kedai mereka berangkat menyusul ke Hutan Bambu Kemarau.
[Hutan Bambu Kemarau]
Setelah setengah hari perjalanan, Len Fan dan Go Li tiba di Hutan Bambu Kemarau. Hutan Bambu Kemarau cukup dekat dengan Gurun Kalajengking Hitam. Oleh karena itu, Len Fan memutuskan untuk bepergian ke hutan itu, sebelum menuju ke tujuannya yang lain.
Hutan ini tampak suram dan sepi, sebab hanya segelintir orang yang mau mengunjungi tempat ini, kebanyakan orang, takut pada makhluk buas penghuni hutan.
Makhluk buas yang terkenal di tempat ini adalah Beruang Bambu, makhluk ini bisa tumbuh besar sebesar dua kali pria dewasa. Makhluk ini adalah jenis makhluk teritorial, jadi mereka sangat peka terhadap makhluk lain yang memasuki wilayah mereka.
Untuk menghindari menarik serangan Beruang Bambu, Len Fan mengikat kuda dan meninggalkannya di luar hutan.
" Kita harus lebih hati-hati, mulai dari sini kita akan berjalan, jangan sampai memancing keributan, sekarang ini bulan ketujuh jadi aku yakin para Beruang Bambu pasti sedang hibernasi " Kata Len Fan pelan mengingatkan Go Li, agar lebih berhati-hati.
" Iya kak, tapi apa benar para beruang itu tidak akan menyadari kedatangan kita? " Tanyanya ketika Len Fan selesai mengikat kuda.
" Seharusnya begitu, selama mereka hibernasi, kepekaan mereka terhadap sekitar akan sama sekali tiada, jadi selama mereka tidur, kita pasti aman " Ucap Len Fan.
Setelah mendengar itu, Go Li merasa sedikit lebih aman, selama dia tidak membuat keributan, maka nyawanya akan aman.
Masuk lebih dalam ke bagian hutan, hawa kering mulai terasa memenuhi udara. Sesekali angin menyejukkan akan berhembus, membuat daun-daun bambu yang kering berterbangan, membuat bilah-bilah bambu bergoyang-goyang seraya menghasilkan bunyi berdecak yang membuat suasana hutan menjadi terasa seram.
" Kak, makin malam aku rasa aku akan makin takut dengan hantu daripada Beruang Bambu " Kata Go Li.
Melihat situasi hutan ini, Go Li merasa lebih takut akan muncul hantu daripada Beruang Bambu. Len Fan melihat ke arahnya dan hanya mengangguk setuju, Len Fan juga berpikir demikian.
" Oh ya... Kak, apa yang kita cari disini? " Semakin lama mereka berjalan menyusuri hutan, semakin penasaran Go Li, mengapa Len Fan ke tempat yang seram ini.
" Aku mencari sesuatu yang ditinggalkan oleh ayahku di sini, tapi aku juga belum tahu apa itu, yang aku tahu, benda itu ada di sebuah gua, di bagian barat hutan ini " Sahut Len Fan.
Len Fan memang tidak tahu benda yang menantinya di gua itu, yang dia tahu benda itu sangat berharga, itu adalah peninggalan mendiang ayahnya.
Mengingat ayahnya, Len Fan menyentuh sebuah liontin batu yang tergantung di lehernya, liontin batu ini adalah hal terakhir yang tersisa dari kedua orang tuanya.
Mereka berjalan terus ke arah barat, meski sudah berjalan sejauh ini, mereka tidak sekali pun bertemu bahaya, tidak seperti yang selama ini digambarkan, hanya saja hutan ini memang menyeramkan.
" Hari sudah gelap, kita berhenti disini, ayo kumpulkan daun-daun kering untuk membuat api ! "
Len Fan memutuskan untuk beristirahat di balik batu besar di sebelah sebuah gundukan tanah besar yang agak jauh dari rumpun pohon bambu.
" Iya Kak... " Sahut Go Li.
Go Li memunguti daun-daun bambu kering dan menumpuknya di dekat gundukan tanah besar itu. Hal yang sama juga dilakukan Len Fan.
Setelah menyalakan api dengan membentur-benturkan dua bilah batu, Len Fan mengeluarkan sepotong roti kering,
" Go Li, ini... Makanlah dulu, kemudian beristirahatlah "
" Kak. Apa ada air? Aku haus sekali "
Go Li menerima roti kering itu, namun sebelum memakannya dia meminta air kepada Len Fan.
" Tidak ada, tapi... minumlah ini, hanya ini saja yang bisa diminum " Jawab Len Fan.
Len Fan memberi sebotol arak pada Go Li. Sekarang hanya ada arak, dengan terpaksa Len Fan membiarkan Go Li untuk meminumnya, meskipun hal itu tidak benar. Anak seumuran Go Li, belumlah cukup umur untuk mengkonsumsi alkohol.
" Eh... Arak? "
Go Li bisa menebak kalau botol yang diberikan Len Fan berisi arak, belum dibuka pun, aroma arak sudah keluar dari botol.
" Benar, minum saja, kalau ada air, aku tidak akan membiarkanmu meminum itu " Len Fan menggelengkan kepala, memang hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini.
Hutan ini benar-benar kering seperti di musim kemarau, bahkan air sungai pun mengering, sepanjang perjalanan hanya ada pohon-pohon bambu kering, tidak ada yang bisa diminum juga dimakan.
Untung sebelumnya, Yu Bing telah membagikan sisa perbekalan dari para bandit kepada mereka secara merata. Perbekalan itu berisi beberapa makanan kering, arak, beberapa koin dan batu berharga. Saat ini hanya arak itu yang bisa diminum.
" Baiklah kak, karena tidak ada air, aku hanya akan minum secukupnya saja " Ucap Go Li.
Setelah cukup makan dan minum, Go Li tertidur bersandar di batu besar.
' Kasihan anak ini, seharusnya aku tidak mengikutkannya dalam perjalanan ini... ' Batin Len Fan.
Len Fan merasa sedih ketika melihat Go Li terlelap karena kelelahan. Saat dia menyesali keputusannya, botol arak yang belum sempat ditutup Go Li, terlepas dari tangannya karena telah tertidur lelap, tumpah dan membasahi tanah.
" Sayang sekali... Aku kira botol arak itu sudah kosong, ternyata dia memang hanya meminum secukupnya saja... " Ucap Len Fan melihat semua sisa arak tumpah.
Seolah-olah ada yang menariknya, tumpahan arak itu meresap dengan cepat ke dalam tanah dan tiba-tiba gundukan tanah besar di balik batu besar tempat Go Li dan Len Fan bersandar, bergetar dan meledak.
*Duuaarr*
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Dzikir Ari
Lanjut
2023-05-24
1
Andri Taufi Juanda
x
2022-10-14
0
Andri Taufi Juanda
p
2022-10-14
0