[Di sisi lain, di dalam Hutan Bambu Kemarau]
" Cang Gu. Kamu lihat bukan?... Aku yakin, liontin batu di lehernya itu adalah batu reinkarnasi " Sambil menunjuk ke arah Len Fan, Gu Yilan melihat sekilas ketika Len Fan mengeluarkan liontin batu dari bajunya.
" Benar... Aku rasa memang itu, Kepala Kultus pernah mengatakan, kalau batu reinkarnasi berwarna merah seperti warna darah " Meskipun hanya melihat sekilas, Cang Gu jelas melihat bahwa liontin batu di leher Len Fan berwarna merah.
Kedua orang itu, Cang Gu dan Gu Yilan, tiba beberapa saat setelah Len Fan dan Go Li memasuki hutan. Sebelum memasuki hutan, mereka juga mengikat kuda-kuda mereka di luar hutan, tentu saja termasuk Jang Jubi.
Jang Jubi yang tidak sadarkan diri diikat di antara kuda-kuda itu. Oleh karena Gu Yilan dan Cang Gu, menguasai bela diri tidak sulit bagi mereka untuk menyusul Len Fan dan menyembunyikan jejak keberadaan mereka.
" Haruskah kita menyerang sekarang? " Cang Gu sedikit tidak sabar, ingin segera menghabisi keduanya.
" Sabar... Jangan sekarang, tunggu mereka lengah " Meskipun mereka berdua menguasai bela diri Gu Yilan tidak ingin gegabah dan mengacaukan semua usaha mereka, yang sudah hampir sepuluh tahun.
" Apa yang kamu takutkan? Kenapa menunggu? Mereka cuma orang-orang biasa, bunuh sekarang dan ambil liontin itu ! " Bagi Cang Gu membunuh orang-orang tanpa bela diri adalah hal yang mudah, dia tidak sabar ingin segera bertindak.
" Bodoh ! Apa kamu lupa? Intuisinya lebih tajam daripada kita. Bagaimana jika dia menyadari serangan kita dan kabur membuat keributan?... Beruang-beruang itu akan bangun dan melahap jiwamu " Gu Yilan menerangkan apa yang mungkin terjadi jika mereka gegabah.
" Selain itu, ternyata tujuannya ke hutan ini untuk benda peninggalan ayahnya, kamu tahu siapa ayahnya bukan? " Imbuh Gu Yilan.
' Siapa ayahnya? ' Mendengar Gu Yilan melontarkan pertanyaan itu Cang Gu mulai berpikir.
Mengingat bahwa Len Fan memiliki liontin batu yang seharusnya adalah batu reinkarnasi, Cang Gu yakin Len Fan memang bocah yang selamat dari pembantaian sepuluh tahun lalu.
Itu berarti Len Fan memang anak dari Mahaguru Perguruan Tanah Terlarang, anak dari Raja Gelap. Tentunya, benda peninggalan dari Raja Gelap bukanlah benda sembarangan, itu pasti benda bernilai tinggi.
Senyum merekah di wajah Cang Gu setelah menyadari hal itu, " Benar... Benar... Kenapa aku bisa begitu bodoh? Ternyata tidak sia-sia kita menunda selama ini, kalau begitu kita tunggu sampai dia mendapatkan benda peninggalan ayahnya, baru kita bunuh ! "
" Iya... Sekarang kita ikuti mereka diam-diam " Sahut Gu Yilan.
Ini seperti mereka berharap mendapatkan semuanya, baik itu batu reinkarnasi maupun benda peninggalan ayah Len Fan, warisan dari Raja Gelap.
Tetapi keputusan itu adalah keputusan yang akan mereka sesali. Akibat keserakahan mereka, mereka justru tidak memperoleh apa-apa dan mati secara mengenaskan.
Ketika malam tiba, Gu Yilan dan Cang Gu, bersembunyi di antara rumpun batang bambu, mengamati Len Fan dan Go Li yang bermalam di balik sebuah batu besar.
" Apa kita harus sejauh ini? Bersembunyi di antara batang bambu ini, membuat tubuhku gatal " Keluh Cang Gu. Menurutnya, tidak perlu terlalu menjaga jarak, apalagi kalau harus bersembunyi di antara batang-batang bambu.
" Aku hanya takut Len Fan akan waspada kalau kita terlalu dekat, tapi aku rasa tidak masalah sekarang... Lihat, dia mulai mengantuk !, kita maju dan bersembunyi di belakang gundukan tanah besar itu... Ayo... !! " Sebenarnya Gu Yilan juga sudah tidak tahan dengan rasa gatal ditubuhnya.
Gu Yilan hanya membuat alasan agar bisa keluar dari rumpun batang bambu. Kadang-kadang terlalu berhati-hati juga menimbulkan masalah yang lebih besar.
Belum berselang lama setelah Gu Yilan dan Cang Gu pindah bersembunyi ke belakang gundukan tanah besar, tiba- tiba gundukan tanah besar itu bergetar dan meledak.
*Duarr*
Ledakan tiba-tiba terjadi dan menghantam mereka berdua hingga terpental cukup jauh.
" Kak... Ada apa ini? " Tanya Go Li terkejut.
Di balik batu besar, Go Li terhentak dan terbangun dari tidurnya karena mendengar ledakan tersebut.
" Aku juga tidak tahu. Untung saja batu besar ini kokoh, jika tidak... Kita pasti terkena dampak ledakan itu " Sahut Len Fan.
Sebenarnya Len Fan agak curiga dengan arak yang tumpah dan meresap dengan cepat ke tanah.
Sesaat Len Fan seperti melihat tanah itu sedang meminum arak yang tumpah. Ditambah lagi setelah itu, tanah menjadi bergetar dan gundukan tanah besar di belakang batu besar meledak.
*Roar*
Tiba-tiba suara para Beruang Bambu menggema di seluruh hutan, akibat suara ledakan tadi para Beruang Bambu terdekat terbangun dari hibernasi.
" Gawat !!... Para beruang bangun... Go Li cepat... ! Kita harus menjauh dari sini... " Seru Len Fan pada Go Li, khawatir beruang-beruang itu muncul ke sumber ledakan.
Len Fan memutuskan untuk berlari menjauh. Go Li tidak sempat menjawab, hanya mengangguk dan mengikuti arah lari Len Fan.
Baru berlari beberapa puluh langkah, seekor Beruang Bambu sebesar seorang pria dewasa menemukan mereka.
Tetapi karena jarak yang masih cukup jauh Beruang Bambu itu masih belum bisa menangkap mereka, hanya saja tatapan mata beruang itu sangat tajam dan memancar ke arah mereka.
" Go Li... Cepat... Cepat...!! " Teriak Len Fan.
" Go Li... Cepat... Ayo... !! " Teriak Len Fan terus menerus, tetapi Go Li justru diam mematung.
Len Fan yang sudah berlari agak jauh melihat ke belakang dan mendapati Go Li masih diam di tempat, dia berlari memutar, kembali ke arah Go Li.
" Dia sudah mati. Tinggalkan saja dia, kamu harus pergi, selamatkan dirimu " Tiba-tiba sebuah suara terdengar ditelinga Len Fan, namun dia tidak bisa melihat siapa pun di sekitarnya, selain Go Li yang mematung.
' Aneh. Suara siapa ini? Apa maksudnya Go Li sudah mati? ' Pikir Len Fan.
Namun karena situasi yang mendesak Len Fan mengabaikan suara tanpa sumber tersebut.
" Go Li. Ayo lari... Kenapa kamu diam saja?... Hei... Ayo cepat... !! Beruang itu mendekat " Len Fan meraih tangan Go Li dan menariknya.
Go Li tetap diam saja, ketika dia menarik lengan Go Li lebih keras, tubuh Go Li jatuh ke tanah, " Go Li... Sadar... Sadarlah... Apa yang terjadi?... Go Li... !! "
*Roar*
Di saat Len Fan berusaha menyadarkan Go Li, Beruang Bambu itu pun sudah semakin mendekat, hingga hanya berjarak beberapa ratus langkah kaki dari Len Fan dan Go Li.
" Sudah aku bilang... Dia sudah mati, jiwanya sudah dilahap mata iblis " Suara tanpa sumber itu terdengar lagi. Namun Len Fan tidak bisa mengerti apa yang sedang terjadi, tubuhnya bergetar, air mata menetes.
Merasa Beruang Bambu sudah sangat dekat dia memapah Go Li, dan berlari sambil membawanya.
Tentu saja berlari sambil membawa Go Li, akan sangat memperlambat laju lari Len Fan. Setelah tiga puluh langkah, Len Fan terkejar.
Len Fan berhenti dan berdiri di depan lubang sebuah sungai yang mengering, kemudian dia menggelindingkan tubuh Go Li ke dalam lubang itu.
' Meski kamu mati, setidaknya mayat mu harus tetap utuh. Maaf... Aku tidak sempat memakamkan kamu secara layak... ' Batin Len Fan saat melihat tubuh Go Li menggelinding masuk ke dalam lubang.
Di sisi lain, Duo Kultus Abu-Abu yang terpental cukup jauh, jatuh di dekat rumpun batang bambu, ledakan itu tidak membuat mereka mati di tempat, bagaimana pun mereka adalah pendekar bela diri. Tetapi jelas mereka terluka parah.
" Argh... Sial... Kakiku patah. Gu Yilan... tolong aku ! " Cang Gu meringis kesakitan saat mencoba berdiri, tetapi tidak bisa, kedua kakinya patah akibat hempasan ledakan itu.
Sebelumnya, Cang Gu sempat pingsan sebentar, teriakan Beruang Bambu membangunkannya.
" Gu Yilan.... Kamu dengar tidak? " Meskipun Cang Gu sudah memanggil berkali-kali, Gu Yilan tetap tidak menanggapinya.
Dari tempatnya saat ini, Cang Gu hanya bisa melihat Gu Yilan berdiri memunggunginya menghadap ke rumpun batang bambu. Setelah beberapa kali memanggil, namun tidak ada tanggapan, Cang Gu memutuskan menyeret tubuhnya perlahan mendekati Gu Yilan.
*Seret*
" Argh... Sakit sekali. Hei... Gu... Gu Yilan..!! Kenapa kamu hanya diam saja?... Tolong aku... !! " Meski kesakitan, Cang Gu terus menyeret tubuhnya mendekati Gu Yilan.
*Seret*
" Gu... Argh... Hei... Hei.. " Karena kelelahan setelah sampai di belakang Gu Yilan.
Cang Gu tidak sanggup lagi berkata-kata, hanya berusaha sekuat tenaga untuk bertahan.
' Sial, tubuh gempal ini membuatku cepat lelah, aku sudah sedekat ini. Kenapa dia... ' Dalam pikirannya Cang Gu merasa aneh, karena Gu Yilan tetap saja berdiri memunggunginya.
Cang Gu memutuskan menarik pakaian Gu Yilan, berharap Gu Yilan akan menanggapi permintaannya. Tapi apa yang diharapkan Cang Gu tidak seperti kenyataannya.
Seketika tubuh Gu Yilan yang memunggunginya jatuh karena tarikan itu, pemandangan mengerikan dilihat oleh Cang Gu.
*Kriuk*
Seekor anak Beruang Bambu seukuran anak usia tiga tahun menempel di dada Gu Yilan, sedang memakan tubuhnya, memakan daging dan meminum darahnya.
" Huft... " Hampir saja muntah melihat pemandangan itu, Cang Gu menutup mulutnya dengan tangan.
' Apa ini!? Gu Yilan sudah mati kehilangan jiwanya?... Ini... Ini... Aku... ' Pikir Cang Gu.
Saat mereka terlempar akibat ledakan dari gundukan tanah besar, Gu Yilan jatuh tepat di atas kaki Cang Gu, itulah yang menyebabkan kaki Cang Gu, yang sudah terluka parah akibat ledakan menjadi patah. Tetapi karena dia pingsan, dia tidak menyadari hal itu.
Baru saja jatuh, Gu Yilan merasa ada sesuatu yang menatapnya dari rumpun batang bambu di dekat mereka. Ketika Gu Yilan menatap ke arah rumpun batang bambu, tiba-tiba dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Sinar hijau merasuki kesadarannya dan mengambil alih tubuhnya.
Tubuh Gu Yilan berjalan sendiri seperti mayat hidup, kemudian berhenti di depan rumpun batang bambu. Mata Gu Yilan menatap ke depan ke salah satu batang bambu, tatapannya mengarah ke mata seekor anak Beruang Bambu yang menggantung di batang bambu itu.
' Sial. Kenapa .... ' Dalam hatinya, Gu Yilan hendak berkata, 'kenapa harus bertemu dengan Beruang Bambu', tidak sempat menyelesaikan kata-kata itu. Gu Yilan sudah kehilangan jiwanya, habis dilahap. Gu Yilan mati berdiri di tempat itu.
Beruang Bambu adalah makhluk buas dengan kekuatan mental luar biasa. Makhluk ini adalah makhluk yang mampu melahap jiwa. Selain tubuh fisik, kekuatan utama mereka adalah mata mereka. Mata ini disebut mata iblis, mata yang mampu menghipnotis lawan dan menyerap jiwanya.
Oleh karena itu tidak ada makhluk hidup jenis lain di Hutan Bambu Kemarau. Hanya Beruang Bambu yang hidup di hutan ini. Beruang Bambu seperti dikurung di dalam hutan ini, mereka hanya bisa berkeliaran dan hidup di dalam hutan, tidak pernah bisa keluar dari Hutan Bambu Kemarau.
Anak Beruang Bambu itu tiba-tiba berhenti makan dan menoleh ke arah Cang Gu. Menyadari hal itu, Cang Gu dengan cepat menutup matanya, ' Jangan lihat... Jangan lihat... Jangan lihat... '
Dengan mata terpejam, Cang Gu menyeret tubuhnya menjauh dari mayat Gu Yilan, dan berulang kali mengulang kata 'jangan lihat' di pikirannya, ' Jangan lihat... Jangan lihat... Jangan lihat... '
*Seret*
Cang Gu terus menyeret tubuhnya, saat dia mendengar langkah kaki kecil mendekat padanya.
" Argh... !!! Argh... !!! " Teriak Cang Gu.
Cang Gu tetap memejamkan matanya, sambil terus menyeret tubuhnya menjauh, dia merasakan sakit yang luar biasa, makhluk kecil itu memakan kakinya, memakan daging dan menghisap darah di kakinya yang patah.
" Argh... !!! Argh... !!! " Tidak tahan lagi, Cang Gu berhenti dan mengarahkan pukulan membabi buta ke arah kaki-kakinya, meskipun dengan mata yang masih terpejam.
Setelah beberapa tarikan napas, ketika Cang Gu berhenti memukul, suasana menjadi sunyi dan sepi.
' Sudah sepi, kakiku tidak dimakannya lagi, tidak sakit lagi, apa dia pergi? ' Pikir Cang Gu.
Baru saja merasa aman, Cang Gu membuka matanya. Makhluk kecil itu ada di hadapannya sedang memegang kakinya yang sudah putus.
Ketika pandangan mata Cang Gu bertemu dengan mata makhluk itu, jiwanya sudah mati. Cang Gu mati tanpa menyadari, kakinya tidak sakit lagi, karena memang sudah tidak ada lagi... Sudah putus dan dimakan makhluk itu, dimakan anak Beruang Bambu.
Gu Yilan dan Cang Gu akhirnya tewas secara mengenaskan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Andri Taufi Juanda
f
2022-10-14
0
Andri Taufi Juanda
u
2022-10-14
0
Trisna Tris
lanjut thor.... keren....
2022-06-02
1