Arini menunggu Arsen yang masih belum pulang sampai sekarang, padahal jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Dengan setia nya ia duduk di sofa sambil terus menatap ke arah pintu. Max yang Melihat keponakannya masih belum tidur, ia memilih menemani Arini saja dari pada melanjutkan tidurnya.
"Masih belum tidur?" Arini menoleh ke arah Max sambil tersenyum. "Arini masih nungguin Daddy uncle, Daddy gak biasanya pulang selarut ini. Arini khawatir sama Daddy" Max duduk di samping Arini sembari mengelus rambutnya. "Tidak usah khawatir, mungkin sebentar lagi Daddy mu akan pulang.
Tepat setelah itu, Arini dan Max mendengar suara bel yang berbunyi. "Siapa malam malam begini yang bertamu?" Gumam Max. "Arini buka pintunya dulu ya uncle" "Uncle ikut" Max dan Arini membuka pintunya. Arini melihat sahabatnya dan kakak dari temannya itu sedang memapah tubuh Arsen.
"Daddy, Daddy kenapa Via?" Tanya nya sambil menatap Via. "Daddy lo lagi mabuk di club, makanya gue sama kakak gue nganterin dia" Max segera mengambil alih tubuh Arsen kemudian membawanya ke kamarnya. Arini tersenyum pahit, segitu kecewakah Arsen sampai melampiaskan kemarahannya pada Alkohol.
"Emm makasih ya Kak, Kakak dan Via sudah nganterin Daddy pulang" Geri menjawabnya dengan senyuman manisnya, berharap sahabat dari adiknya itu terpesona. "Dasar buaya" cibir Via ketika melihat Geri yang memamerkan senyumnya.
"Santai aja, gue pulang dulu ya. Udah malam. Jangan lupa besok kuliah. Jam 2 Siang" ucap Via mengingatkan. Arini hanya mengangguk. Via melirik ke arah Geri yang masih betah tersenyum, dengan sekuat tenaga ia menggeplak kepala Geri. "Sadar setan, ayo kita pulang"
Geri mendengus, lihatlah tadi adiknya merayu rayu dirinya untuk membantunya tapi saat urusannya selesai Via malah membuangnya begitu saja. "Kakak pulang dulu, Good night Ari.." suara Geri semakin menjauh karena Via yang menyeret dirinya.
Setelah kedua orang itu pulang, Arini kembali menutup pintu dan menguncinya. Arini naik ke atas, pergi ke kamar Arsen. "Uncle tidur dulu, kamu cepat tidur" Max menepuk bahu Arini kemudian keluar dari kamar Arsen. Arini memilih untuk duduk di samping kasur Arsen. Bau alkohol sangat menyengat di hidungnya. Arini mengelus kepala Arsen dan mencium keningnya. "Arini akan berusaha membuat Daddy mencintai Arini" bisiknya.
Arsen mengigau dalam tidurnya. "Tidak, aku tidak mau. Sampai kapan pun aku akan memilih kamu. Kamu tidak bisa meninggalkanku begitu saja sayang" tidak apa apa, Arini kuat. Berulang kali Arini mendengarkan Arsen yang mengucap kata cinta untuk mendiang ibunya. Arini tidak marah dengan bunda nya karena bunda nya lah yang mengajarkannya untuk jatuh cinta...pada Arsen.
.
.
Sinar matahari masuk ke dalam kamar Arsen, Arsen yang masih tidur nyenyak membuka matanya karena terpaan sinar matahari. Sambil membuka matanya Arsen bangun dan duduk di atas kasurnya. Ia melihat ke sekelilingnya. Bukankah ini kamarnya? Siapa yang mengantar Arsen pulang. Arsen masih ingat dengan jelas kalau semalam ia mabuk.
Suara ketukan pintu menyadarkan Arsen dari kebingungannya. "Masuk" Bi Mina masuk dengan membawa nampan yang berisi sarapannya Arsen. "Maaf tuan, saya mau mengantarkan sarapan nya" Arsen mengangguk dengan wajah kucelnya.
"Sebenarnya itu masakan Non Arini tuan, Non Arini menyuruh saya untuk memberikannya pada Tuan. Karena Non Arini bilang dia ada urusan sebentar" Arsen memegang kepalanya yang masih sedikit pusing lalu mengangguk. "Dia gak bilang mau kemana Bi?"
Bi Mina menggeleng. "Non Arini cuma bilang maaf sama tuan, katanya dia sudah melanggar hukumannya. Dengan pergi keluar dan keluyuran" Arsen masih mengingat bagaimana dua minggu yang lalu ia memberikan hukuman pada Arini. Mobil dan kartu kreditnya ia sita, hanya laptop dan ponselnya yang dikembalikan sebelum waktunya. "Kalau begitu saya permisi dulu Tuan"
Arsen megangguk. Arsen mengambil nasi goreng itu dari atas nampannya kemudian ia menemukan secarik kertas berwarna pink. "Good Morning Daddy, Semoga hari Daddy penuh dengan kebahagiaan. Arini pergi dulu, Arini tidak mau melihat Daddy kesal lagi"
Arsen meletakkan kembali kertas itu pada tempatnya dan mulai menghabiskan sarapannya. Mulai hari ini sepertinya ia harus mempercepat pencarian calon istrinya. Tapi bagaimana caranya? Arsen saja tidak pernah dekat dengan wanita. Walaupun sebenarnya banyak wanita yang mengantri untuk mendapatkannya. Sekali tunjuk mungkin Arsen bisa dapat sepuluh wanita.
Arini pergi ke luar untuk menenangkan dirinya, ia berjalan di pinggir jalan tanpa tahu arah tujuannya kemana. Seandainya Bunda nya masih hidup mungkin Arini tidak akan merasakan semua ini. Arini pasti akan lebih dekat dengan Bunda nya dibandingkan Arsen.
Saat Arini berjalan, ia melihat banyak orang berkumpul. Arini yang penasaran pun langsung menyerobot kerumunan. Disana ia melihat banyak sekali orang yang sedang melukis. Bicara soal melukis, Arini sudah lama tidak melakukannya. Hari ini ia akan mencoba untuk melukis lagi. "Kakak mau ikutan lomba melukis juga?" Tanya Seorang wanita yang Arini tebak adalah panitianya.
"Memangnya saya boleh ikut kak?" Wanita itu mengangguk. "Ini untuk umum kok, kalau kakak mau ayo ikuti saya. Saya sudah menyiapkan Kanvas dan yang lainnya. Kakak hanya tinggal melukis saja" Daripada berlarut larut dalam kesedihan, Arini memilih ikut lomba melukis itu.
"Ya udah kak saya mau ikutan" Wanita tersebut mengeluarkan buku catatannya kemudian menatap Arini. "Nama kakak siapa? Biar saya catat. "Arini putri Casanovia" jawab Arini. Setelah menuliskan nama Arini wanita itu membawa Arini ke tempat melukisnya. Dengan peralatan yang lengkap Arini bisa melukis sesuka hatinya.
"Silahkan dimulai ya kak, waktunya masih satu jam lagi kok" Arini mengangguk, lalu ia mengambil persiapan untuk mulai melukis. Biasanya Arini selalu melukis pemandangan tapi hari ini Arini lebih memilih melukis wajah seseorang. Arini tersenyum sejenak sambil berpikir wajah siapa yang akan ia lukis. "Aku akan melukis wajah Daddy saja" Gumamnya.
Arsen memakai jam tangannya dan merapikan jas nya. Hari ini ia ada meeting di kantor. Arsen melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan. Sementara meetingnya jam sembilan. Saat Arsen keluar dari kamarnya, Arsen berpapasan dengan Max yang juga sudah siap dan memakai Jas.
"Mau kemana? Tumben pake Jas?" Tanya Arsen. Max memutar bola matanya malas. "Kamu lupa? Aku juga punya perusahaan di indonesia. Dan hari ini aku akan kembali ke kantorku." Arsen mengangguk mengerti. "Arini mana?" Tanya Max pada Arsen.
"Katanya sih dia pergi keluar" jawab Arsen seadanya. "Dia pamit sama kamu?" Arsen menatap Max. "Tidak, dia cuma bilang sama Bi Mina." Max masih kesal dengan Arsen, gara gara Arsen Arini menangis sendirian di kamarnya. "Ban mobilku kempes, aku numpang di mobil kamu aja" tanpa persetujuan Arsen, Max langsung keluar dan masuk ke dalam mobil Arsen. Arsen menghela nafasnya dengan pelan.
Sepanjang perjalanan tidak ada suara di antara mereka, Max sibuk dengan ponselnya sementara Arsen fokus menyetir. Pandangannya lurus ke depan sampai tiba tiba seekor kucing menyebrang jalan hampir saja Arsen menabraknya kalau tidak mengerem dengan cepat.
"Kenapa?" Max menoleh pada Arsen. Arsen tak menjawab, matanya tertuju pada keramaian di jalan. Ia melihat Arini yang sedang melukis di antara mereka. "Tunggu sebentar, aku mau keluar sebentar" Max mengangguk lalu kembali bermain ponselnya.
Arsen membuka pintu mobilnya, semua orang yang ada disitu terkejut melihat siapa yang datang. Mereka langsung memberi jalan pada Arsen sehingga Arsen dengan mudahnya melihat Arini yang melukis. Arsen melihat Arini sedang melukis wajahnya sendiri. Meskipun lukisannya belum selesai tapi Arsen tahu itu adalah lukisan wajahnya. "Max benar, kamu benar benar pandai melukis"
Tanpa sadar Arsen melengkungkan senyum tipisnya lalu kembali ke mobilnya. "Ngapain sih?" Tanya Max penasaran. Arsen menggelengkan kepalanya lalu mulai melajukan mobilnya kembali.
Arini seperti merasakan kehadiran seseorang, ia menolehkan kepalanya ke belakang. Tapi tidak melihat siapa siapa. "Mungkin hanya khayalanku saja" Gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Berdo'a saja
👍👍👍👍👍👍👍
2022-06-09
0
Mochamad Roni
mantap
2022-05-10
0
Kak Ita
Lanjut
2022-05-10
0