Setelah mengurus Arini, Arsen kembali lagi ke kantornya. Ia memijit pelipisnya dengan tangannya. Arini benar benar menguji kesabarannya, setiap minggu Arsen selalu dipanggil ke kampus gara gara Arini yang berulah.
Jangan berpikir walau pun Arini itu cantik tapi sifatnya juga ikut baik. Jika kalian berpikir seperti itu maka kalian salah. Selain terkenal karena kecantikannya, Arini juga dikenal karena kenakalannya.
Pernah suatu waktu, Arini menyembunyikan sepatu Dosen nya, hingga Dosen nya mengamuk pada semua teman temannya di kelasnya. Setelah mengetahui Arini pelakunya, Arsen langsung dipanggil lagi.
Arsen mengambil berkas yang belum selesai ia baca tadi. Kemudian kembali membacanya. Arsen mengenyitkan keningnya. Ada kejanggalan di antara berkas itu. Arsen mengeceknya dengan teliti dan ternyata itu surat pengalihan perusahaan.
Arsen tersenyum sinis, ia tahu siapa yang melakukan ini. Arsen mengambil korek api dari dalam laci nya kemudian membakar berkas berkas itu bersama dengan nama orang yang membuat berkas itu.
Api berkobar di dalam ruangan Arsen, walaupun kecil tapi itu berhasil menyulut kemarahan seorang Arsen. Arsen mengambil ponsel dari dalam sakunya. Ia menghubungi orang yang biasanya melakukan semua perintahnya.
"Bakar semua hotel yang dimiliki Charles Amizon sampai tak bersisa dan pastikan tidak ada yang tahu tentang hal ini. Buatlah kebakaran ini seperti musibah. Jangan sampai ada orang yang curiga denganmu"
"Baik Bos, seperti biasa saya akan melakukannya, saya juga akan menghapus semua jejaknya" Arsen tersenyum smirk lalu menganggukkan kepalanya. "Lakukan malam ini juga" Arsen meletakkan kembali ponselnya.
Sudah berulang kali orang itu berulah dengan cara murahan tapi Arsen selalu berhasil mengatasinya. Bahkan setelah kegagalannya yang ke lima puluh kali orang itu tetap nekat. "Charles Charles, kamu adalah saudaraku yang paling bodoh di antara yang lainnya"
Charles Amizon adalah sepupu dari Arsen, ayahnya Charles, Wirawan Amizon adalah adik dari ayahnya. Arsen tahu sejak lama paman dan sepupunya itu mengincar dirinya. Mereka menginginkan harta pemberian Kakek Arsen sebelum meninggal. Yaitu perusahaan yang sedang ia jalankan sekarang.
Sepulang kuliah, Arini menunggu jemputan Daddy nya. Sebenarnya Arini sudah mempunya sim tapi Arsen melarangnya untuk menyetir mobil. "Rin, Kita duluan ya? Lo yakin gak mau pulang bareng kita" ucap Via yang langsung diangguki kedua temannya.
"Iya gue nunggu Daddy aja, kalian pulang aja duluan" jawab Arini sambil menatap mereka. "Ya udah kita duluan ya Rin, sampai ketemu besok" Arini tersenyum lalu mengangguk. Matanya turun ke bawah dan melihat ke arah jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 4 Sore tapi Arsen belum menjemputnya juga.
Arini mencoba untuk menelfon Arsen tapi tidak bisa. Arini menghubungi Arsen dengan menggunakan ponsel Bi Mina. sedangkan ponselnya sendiri masih disita oleh Arsen. Hari sudah semakin sore tapi Arsen belum datang juga. Sampai akhirnya sebuah motor berhenti di depan Arini. Orang itu melepaskan helmnya dan menatap Arini. "Arini, kenapa belum pulang?" Tanya Rendi.
Orang yang berhenti di depannya adalah Rendi. Arini mengulas senyum termanisnya. "Belum dijemput sama Daddy" jawabnya. Rendi mengangguk. "Gimana kalau kamu pulangnya aku antar aja, daripada kamu nunggu kelamaan. Bentar lagi sudah mau magrib" Rendi menatap Arini.
"Gak ngerepotin nih?" Tanya Arini. Dalam hati ia sangat senang karena Rendi menawarkan untuk mengantarnya pulang. Kapan lagi ia bisa diantar pulang oleh Pangeran campusnya itu. "Enggak kok, ya udah ayo naik"
Arini mengangguk, saat ia akan naik ke motor Arini terdiam sejenak. Ia lupa bahwa dirinya sedang memakai Rok. Kalau ia naik ke atas motor sudah pasti paha mulusnya kelihatan dengan sempurna. "Kenapa?" Rendi menolehkan kepalanya ke belakang.
"Aku pake Rok, gimana naiknya?" Rendi melirik ke arah Rok yang digunakan Arini. Kemudian ia turun dari motornya dan melepaskan jaketnya. Rendi melingkarkan jaketnya di pinggang Arini hingga menutupi paha mulusnya. "Sudah kan? Ayo naik"
Arini mengangguk seraya tersenyum. Rendi memakai helm nya kembali. Kemudian Arini naik ke atas motor dengan berpegangan pada bahu Rendi. "Sudah siap?"
Arini mengangguk. "Gak mau pegangan nih? Nanti jatuh bisa berabe" Arini memegang ujung kemeja Rendi. Rendi tersenyum tipis lalu mulai menghidupkan mesin motornya. Mereka berdua meninggalkan kampus.
Tak lama setelah Arini pulang bersama Rendi, Arsen telah tiba. Ia terlambat menjemput Arini karena tadi ada hal yang harus diurusnya. Mobil Arsen masuk ke dalam kampus Arini. Arsen turun dari mobil dan mencari keberadaan Arini.
"Kemana Arini? Biasanya dia nunggu disini. Apa dia sudah pulang?" Arsen melihat salah satu satpam berjalan untuk menutup gerbang. Arsen memutuskan untuk bertanya pada satpam itu.
"Permisi pak" Satpam itu menoleh lalu menunduk hormat pada Arsen, ia sudah kenal dengan Arsen karena Arsen selalu datang kesini. Terlebih Arsen mempunyai kekuasaan dimana mana. "Eh pak Arsen, ada apa ya pak?'
"Saya mau nanya pak, apa bapak melihat putri saya? Biasanya dia nunggu saya disini pak" ucap Arsen. "Oh Non Arini, tadi saya lihat sudah pulang pak, dibonceng sama laki laki. Tapi saya tidak tahu siapa orangnya" Arsen berpikir, kira kira siapa yang membonceng Arini. Terlebih seorang pria.
"Kalau begitu terima kasih, saya pulang dulu" setelah berterima kasih Arsen masuk kembali ke dalam mobil. Arsen segera pulang ia akan memastikan Arini sudah sampai rumah atau belum. Arsen ingin mengabari Arini kalau ia akan terlambat tapi ponselnya keburu lowbat. Alhasil ia tidak bisa mengabarinya.
"Makasih ya Ren, udah nganterin aku pulang." Arini menatap Rendi dengan tatapan yang tak biasa, ia sangat terpesona dengan Rendi. Wajah Rendi sangat membekas di ingatannya. "Santai aja, aku juga senang bantuin kamu"
Tinn Tinm
Suara klakson mobil mengangetkan mereka berdua, satpam rumah Arini langsung membukakan gerbang dengan lebar hingga mobil Arsen masuk ke dalamnya. "Siapa?" Tanya Rendi.
"Daddy ku" jawab Arini. Rendi mengangguk. "Oh iya ini jaket kamu" Rendi mengambil jaketnya lalu memakainya kembali. "Kalau gitu aku pulang dulu, nanti aku chat ke nomor kamu" Arini mengangguk sambil tersenyum ke arah Rendi.
Setelah Rendi benar benar pergi, Arini baru menyadari kalau ponselnya sedang disita. Sementara Rendi akan mengiriminya pesan. Oh tidak, apa yang harus ia lakukan?
Arini masuk ke dalam rumahnya dan langsung disambut oleh Arsen yang juga baru pulang. "Siapa laki laki yang mengantar kamu pulang?" Tanya Arsen sambil bersedekap dada. Arini menatap wajah Arsen. "Dia Rendi Dad, cowok yang Arini sukai di kampus"
"Kenapa kamu harus pulang sama dia? Kenapa kamu tidak menunggu Daddy" Arini meremas tangannya lalu menjawab pertanyaan Arsen. "Alasan pertama karena Daddy jemputnya lama, yang kedua ini adalah kesempatan Arini untuk semakin dekat dengan Rendi. Daddy tahu tidak tadi Arini udah berusaha sekuat tenaga untuk tidak memeluknya."
Arsen memutar bola matanya malas. Arsen memang melihat sekilas wajah Rendi. Menurutnya masih jauh lebih tampan dirinya daripada Rendi. "Ck masih jauh lebih tampan Daddy. Ya sudah, sekarang kamu mandi dulu. Biar Bi Mina menyiapkan makan malam untuk kita"
"Siap Daddy" Sambil bersenandung kecil Arini pergi ke kamarnya. Hari ini adalah hari keberuntungan baginya. Diantar pulang oleh Rendi membuat Arini semakin semangat untuk menjalani hari harinya di kampus. Ia berjanji untuk merubah sikapnya demi Rendi. Semoga saja Rendi tertarik padanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Berdo'a saja
Daddy cemburu
2022-06-08
1
Dewi Zahra
lanjut lagi
2022-02-08
0
Bidadarinya Sajum Esbelfik
pantesan namanya hot daddy wong tukang bakar2....... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-01-19
0