Arini memakan makanannya sambil mencuri curi pandang ke arah Arsen. Bagaimana pun caranya Arini harus membujuk Arsen untuk memberikan ponselnya. Menyadari sedang ditatap oleh seseorang Arsen mengangkat kepalanya dan menatap Arini balik. "Kenapa?"
Arini tersenyum sekilas lalu ia beranjak dari kursinya dan berjalan menuju ke arah Arsen. Arini memeluk Arsen dari belakang. "Dad aku mau ponselku dikembalikan. Soalnya penting banget." Arsen menusuk daging dengan garpu kemudian memakannya. "Pentingnya buat kamu apa?"
Arini berpikir sebentar sebelum menjawab. ia harus berpikir matang matang agar Daddy nya mau mengembalikan ponselnya. "Soalnya kan Arini kalau kuliah butuh ponsel Dad, terkadang Dosen mengirim materinya di internet. Kalau gak pegang ponsel gimana caranya aku bisa memahami materi Dad?"
"Benar begitu alasannya?" Arsen menoleh ke arah Arini. Arini mengangguk dengan cepat, ia terpaksa berbohong kalau tidak Ponselnya tidak akan di kembalikan. "Baiklah, Daddy akan mengembalikan ponselmu. Untuk fasilitas lainnya tetap Daddy sita."
Arini bersorak kegirangan, akhirnya ia bisa mendapatkan ponselnya kembali. "Thank you Dad" Arini mencium pipi Arsen dengan gemas. Membuat Arsen yang sedang makan berhenti.
Arsen menarik wajah Arini dan menciumnya balik. Tanpa nafsu, ia hanya menyalurkan rasa sayangnya pada Arini.
Arini membiarkan Arsen mengecup pipinya, ia sangat senang karena ponselnya akan dikembalikan. Arini kembali ke kursinya dan melanjutkan makannya yang tertunda. Beberapa menit kemudian Arsen dan Arini telah selesai makan malam. Arsen memanggil Bi Mina untuk membereskan semuanya.
"Dad, sekarang ponselku" Arini mengangkat kedua tangannya. Arsen menghela nafasnya dengan pelan lalu pergi ke kamarnya dengan diikuti Arini di belakangnya. Tak lama kemudian. "Nih Daddy kembalikan ponsel kamu, jangan salah gunakan. Ponsel itu buat materi kuliah kamu seperti yang kamu katakan. Mengerti Arini?"
Arini mengambil gerakan hormat pada Arsen. "Mengerti Daddy" tanpa aba aba Arini langsung memeluk Arsen dengan erat. "Terima kasih Dad, Daddy selalu menyayangiku layaknya putri kandung sendiri. Arini sayang banget sama Daddy. Jangan tinggalin Arini ya Dad"
Arsen membalas pelukan Arini dan menenggelamkan wajah Arini di dadanya. Arsen mengelus punggung Arini dengan pelan sambil mengecup puncak kepalanya. "Daddy akan selalu ada buat kamu, sampai kapan pun kamu adalah putri Daddy"
Setelah adegan mengharukan tadi Arini langsung pergi ke kamarnya. Ia membuka ponselnya dan menemukan satu pesan dari nomor yang tak dikenal.
XXX: Hai Rin, ini aku Rendi. Ini beneran nomor kamu kan?"
Arini: Eh hai juga Ren, iya ini beneran nomor aku kok
Berawal dari kata hai mereka terus saling berbalas pesan sampai tak menyadari jam menunjukkan ke arah jam 12. Arini mulai menguap ia mengakhiri percakapannya dengan Rendi lalu bergegas tidur. "Dasar anak nakal, bilangnya buat materi kuliah. Tapi malah senyam senyum berbalas chat"
Arsen sudah melihat semuanya, Arini tertawa dan tersenyum di kamarnya. Tapi melihat Arini tertawa membuat Dada Arsen menghangat. Selama ini ia belum pernah melihat Arini tertawa seperti itu. Arsen harus siap siap dari sekarang, karena ia tak bisa bersama Arini selamanya. Arini pasti akan menemukan pendamping hidupnya.
Arsen masuk ke dalam kamar Arini dan duduk di kasur Arini. Arsen mengelus kepala Arini dengan lembut. Kemudian ia menyelimuti Arini hingga sebatas perutnya. Arsen mengecup kening Arini. "Sweet Dream princess"
Arsen mematikan lampu kamar Arini dan menggantinya dengan lampu tidur. Kemudian Arsen keluar dari kamar Arini.
Keesokan harinya, saat sedang sarapan tiba tiba Arini mendengar suara klakson motor. Sepertinya itu adalah motor Rendi. Arini mengintipnya dari balik pintu. Ia melihat Rendi yang melambaikan tangannya. Arini tersenyum dan mengangkat tangannya.
Arsen mengenyitkan keningnya melihat Arini yang terlihat seperti menyapa seseorang. Arsen berjalan menghampirinya dan sekarang ia tepat di belakang Arini. "Sepertinya kamu suka banget sama laki laki itu?" Arini melonjak kaget mendengar suara Arsen.
Arini menyengir di hadapan Arsen. "Emm Dad, hari ini aku berangkat bareng Rendi ya. Daddy langsung ke kantor saja." Arsen menundukkan kepalanya dan menatap Arini yang tingginya hanya sebatas dadanya. Suruh dia masuk dan menemui Daddy dulu"
Selepas mengatakan itu Arsen kembali ke meja makan dan melanjutkan sarapannya. Arini merasa bimbang, haruskah ia mengajak Rendi bertemu Daddy nya? Apa yang akan dipikirkan Rendi tentang dia nanti.
Akhirnya Arini memutuskan keluar dan menemui Rendi. Arini menyapa Rendi sambil tersenyum. "Rajin amat jam segini udah jemput, aku kira kamu bakal jemput aku jam 8" ucap Arini. Rendi turun dari motornya dan duduk di jok motornya. "Aku lebih suka menunggu kamu daripada ditunggu kamu" jawab Rendi.
Jawaban Rendi berhasil membuat wajah Arini memerah. Rendi terkekeh geli, ternyata Arini tidak semenyebalkan yang orang orang pikir. "Oh iya Ren, Daddy pengen ketemu kamu" Arini langsung menyampaikan apa yang dikatakan Arsen. Arini bisa menebak, kalau Rendi akan menolaknya.
"Kenapa tidak? Ayo, aku akan menemui Daddy terlebih dahulu. Lagian aku juga gak mungkin jemput kamu tanpa izin dari Daddymu" Bagaimana Arini tidak jatuh hati jika Rendi saja segentle ini. Kelak wanita yang akan bersama Rendi pasti sangat beruntung karena mendapat laki laki seperti Rendi.
Arini dan Rendi masuk ke dalam rumah besar itu, Rendi menatap takjub rumah Arini, Rendi memang tahu kalau arini anak orang kaya tapi ia tidak mengira jika rumahnya sebesar ini. "Ayo masuk, Daddy sudah menunggu" Rendi hanya mengangguk pelan lalu mengikuti Arini.
"Daddy"
Arsen yang baru selesai sarapan menatap kedua sejoli itu. Dengan sopan Rendi menyalami tangan Arsen. "Halo Om" sapanya. Arsen hanya menunjukkan wajah datarnya, matanya tak pernah lepas dari Rendi. "Perkenalkan diri kamu secara lengkap, saya tidak ingin putri saya dijemput oleh orang asing"
"Daddy, dia bukan orang asing. Dia teman Arini" ucap Arini. Arsen menoleh ke arahnya. "Kamu diam aja, ini urusan Daddy dengan pria yang kamu sukai ini" Blussss Arini menjadi salah tingkah karena setelah Arsen mengatakan hal itu Rendi menoleh ke arahnya.
"Hehe Daddy pinter amat ngelucunya. Tapi gak lucu kali Dad" Arini berusaha mengelak, bisa bisa image nya hancur di depan Rendi gara gara Daddy nya sendiri. Arsen tak menghiraukan Arini lalu kembali menatap Rendi.
"Baik om, nama saya Rendi Alvian putra, umur 24 tahun. Saya adalah Kakak tingkat Arini di kampus,saya berteman dengan Arini meskipun baru kenal dua hari saja. Dan untuk selanjutnya saya akan menunjukkan ktp saya agar om percaya" Rendi mengeluarkan ktp nya dari dalam dompetnya dan menunjukkannya pada Arsen.
Arsen mengambil ktp nya kemudian mengambil fotonya dengan ponselnya. Arsen mengembalikannya. "Sekarang saya percaya, Saya titip putri saya sama kamu. Tolong jaga dia selama dia bersama kamu" Arini tersenyum sumringah.
"Terima kasih om, kalau begitu saya dan Arini berangkat dulu"
"Arini berangkat dulu Daddy,"
Arini mencium tangan Arsen sekilas kemudian mengecup pipinya seperti biasa. Setelah Arini dan Rendi menghilang dari pandangannya, Arsen naik ke atas kamarnya. Ia harus segera pergi ke kantor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Berdo'a saja
👍👍👍👍👍👍👍👍
2022-06-08
0
Kak Ita
Lanjut
2022-05-10
0
Emak Tiri Cinderella
Rendi itu S1 kan kok udah 24 tahun. 😆
2022-04-09
0