Arini baru saja keluar dari kelas mata kuliah pertamanya. Atau lebih tepatnya dikeluarkan Dosennya. Penyebabnya adalah Arini keceplosan mengata ngatai Dosennya. Dengan senang hati Arini keluar dari kelas dan melambai pada ketiga temannya Shila, Via dan Gabriel.
Arini berjalan menuju ke kantin, perutnya sudah lapar. Tadi pagi ia belum sarapan di rumah karena terburu buru. Ia ada kelas pagi untuk mata kuliah hari ini. "Bi, Baksonya satu seperti biasa sama Jus mangganya satu"
"Oke Neng" jawab Bi Ningsih. Arini memang selalu makan di kedai Bi Ningsih meskipun masih ada banyak penjual makanan di kantin kampusnya. Tapi menurut Arini makanan Bi Ningsih yang paling enak walaupun hanya bakso.
Arini membuka ponsel Bi Mina yang ia pinjam, sebelumnya ia juga memberikan nomor Bi Mina pada teman temannya agar mereka bisa tetap menghubunginya. Arini menemukan beberapa pesan dari ketiga temannya yang sedang mengikuti mata kuliah pertama. Pesan mereka penuh dengan emot marah karena Arini meninggalkan mereka bersama Dosen galak itu. Memang pak Antoro adalah Dosennya yang paling galak. Meskipun umurnya masih muda dan tampan tapi bukan berarti dia baik. Telat 5 detik saja langsung dikeluarkan dari kelas.
Arini membalas pesan mereka dengan emot tertawa. Lalu ia mematikan ponselnya dan menaruhnya di atas meja. Tak lama kemudian pesanan Arini telah tiba. "Nah Ini Neng makanannya, selamat dinikmati" "terima kasih Bi" Bi Ningsih mengangguk lalu pergi dan melayani yang lainnya.
Arini menambahkan saos dan kecap pada baksonya. Kemudian ia juga memasukkan sambal tiga sendok. Arini memang sangat menyukai makanan pedas, walau kadang perutnya sering terasa sakit tapi Arini tidak pernah kapok.
Bahkan Arini pernah dirawat di rumah sakit selama tiga hari karena makan makanan pedas. Alhasil Arini mendapatkan omelan penuh dari Arsen. Arini mengaduk bakso nya dan mulai memakannya.
"Wah, bakso Bi Ningsih emang enak banget" ucapnya di sela sela makannya. Tiba tiba ia dikejutkan oleh seseorang yang tiba tiba duduk di depannya. Arini mengangkat wajahnya dan melihat ke arah orang itu.
Matanya membulat dengan sempurna, orang yang disukai Arini sekarang berada di hadapannya. Arini menjatuhkan sendoknya begitu saja. "Hai, Aku boleh duduk disini?" Ucap pria yang mempunyai lesung pipit itu. Namanya adalah Rendi, Dia adalah orang yang dijuluki sebagai Pangeran kampus. Hampir semua wanita sangat menyukainya.
"Emm boleh kok" jawab Arini dengan gugup. Rendi tersenyum. "Kamu tidak mengikuti kuliah? Kenapa pagi pagi seperti ini kamu bisa nongkrong di kantin?" tanya Rendi penasaran.
Arini meringis malu apa yang harus ia katakan pada pria yang disukainya ini. Tidak mungkin juga ia mengatakan baru saja diusir dari kelas.
"Hei kok melamun?" Rendi melambaikan tangan. Arini tersadar dari lamunannya lalu menatap mata Rendi. "Aku diusir dari kelas" jawab Arini dengan kikuk. "Dosen kamu pak Antoro ya?" Arini mengangguk.
"Bagus deh kalau kamu dikeluarin, biar gak pusing dengerin ceramahnya. Aku juga tidak suka dengan pak Antoro tiap ngasih penjelasan selalu berbelit belit." Merasa Rendi mendukungnya Arini tersenyum. "Kalau boleh tahu kamu kenapa bisa ada di kantin juga? Apa kamu tidak ada kelas?"
Rendi mengangguk. "Aku mengambil kelas siang, datang pagi pagi soalnya bosan di rumah. Lebih baik datang ke kampus saja" Arini melanjutkan makan baksonya, Rendi memperhatikannya. Sebenarnya Arini ingin menawarkannya pada Rendi tapi ia takut di cap kurang sopan karena menawarkan sisanya.
"Kamu ternyata cantik juga ya? Selama ini aku banyak mendengar tentang kamu dari teman teman yang lain. Pasti banyak yang suka sama kamu" Rendi masih belum tahu bahwa Arini menyukainya, padahal beritanya sudah tersebar dengan luas. Bahkan satu kampus sudah tahu kalau Arini menyukai Rendi.
"Terima kasih, kalau begitu aku permisi dulu. Aku mau menemui teman temanku" Arini akan beranjak pergi tapi Rendi memegang pergelangan tangannya hingga ia tidak pergi. "Boleh minta nomor telfonmu?" Rendi menyerahkan ponselnya pada Arini.
Arini benar benar Nervous karena orang yang ia sukai meminta nomor telfonnya. Ia segera menuliskan nomor telfonnya di ponsel Rendi dan mengembalikan pada pemiliknya. "Ini"
Tanpa melihat ke arah Rendi, Arini langsung pergi. Bahkan tidak sempat membayar makanannya. Biarlah, ia akan membayarnya nanti. Yang penting ia harus meredakan jantungnya yang terus berdetak dengan cepat karena Rendi. Sepanjang perjalanan Arini senyum senyum sendiri. Hingga tanpa sengaja ia menabrak seseorang. Keningnya mendarat di dada bidang orang itu.
"Aduh, kalau jalan liat liat dong" Arini mengelus kepalanya. "Jadi kamu masih betah membuat masalah dengan Dosen kamu Arini?" Mendengar suara yang familiar itu Arini mengangkat kepalanya. Arsen berdiri di depannya. Bagaimana bisa Arsen berada di kampusnya, bukan kah ia harusnya berada di kantor.
"Daddy..Kok Daddy bisa kesini" Arsen menunjukkan video Arini yang mengata ngatai dosennya di kelasnya. Video itu langsung dikirim oleh pak Antoro. "Kenapa kamu bersikap tidak sopan sama Dosen kamu sendiri?"
Arini diam tak berkutik, ia lupa kalau pak Antoro adalah mata mata Arsen di kampusnya. "Jawab Daddy, kenapa kamu bersikap tidak sopan sama pak antoro?" Arini gelagapan, ia mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan Arsen.
"Arini hanya keceplosan Dad, Arini sebenarnya lagi melamun terus pak Antoro menggebrak meja Arini makanya Arini kaget terus ngeluarin kata kata yang tidak pantas itu. Daddy kan tahu sendiri kalau Arini kaget gimana?"
Arini memang suka latah jika dikagetin, dan latahnya di luar batas normal. Karena setiap kali Arini latah pasti kata kata kasar yang keluar dari dalam mulutnya.
"Ikut Daddy" Arsen menarik tangan Arini dan membawanya pada kelasnya. Arsen mengetuk pintu lalu masuk dengan Arini yang berada di sampingnya. Melihat kedatangan Arsen, Pak Antoro yang sedari tadi menerangkan materi langsung menyambutnya sambil tersenyum hangat. Ia sangat menghormati Arsen.
"Pak Arsen silahkan masuk pak" Arsen mengangguk lalu kembali menyeret Arini. "Cepat kamu minta maaf sama pak Antoro" ucap Arsen. Arini menatap ke arah tiga teman temannya yang sedang tertawa cekikikan menertawakannya.
"Awas aja kalian" lalu Arini menatap pak Antoro dan menunjukkan wajah menyesalnya. Meskipun tidak menyesal sungguh sungguh. Anggap saja ia pencitraan di depan Daddy nya. "Maafkan saya pak, saya janji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama" Arini menunduk.
Pak Antoro tersenyum. "Tidak apa apa, kalau begitu cepat kamu duduk di kursimu kembali." Arini mengangguk lalu cepat cepat kembali duduk di kursinya. "Udah dikeluarin dari kelas, diantar Daddy lagi. Kayak anak tk aja lo beb" ejek Shila.
"Tahu ah, bete gue" setelah memastikan Arini duduk di tempatnya, Arsen kembali menatap wajah pak Antoro. "Terima kasih atas pengertian bapak, jika putri saya berbuat masalah lagi bapak bisa langsung menghubungi saya"
"Baik pak, sebelumnya saya juga minta maaf karena telah mengeluarkan Arini dari kelas." Arsen mengangguk. "Hukum putri saya jika dia berbuat kesalahan pak, saya titip Arini sama bapak untuk dididik. Dan hukuman juga termasuk didikan untuk putri saya agar dia tak mengulangi kesalahan lagi"
Pak Antoro mengangguk, selama ini ia jarang menemui wali mahasiswinya yang seperti Arsen. Terkadang mereka masih tidak rela ketika melihat putrinya di hukum oleh dosennya sendiri. "Kalau begitu saya permisi dulu, saya harus kembali ke kantor"
Pak Antoro tersenyum lalu mengantar Arsen sampai ke depan pintu. Lain hal nya dengan Arini, ia masih bete gara gara Daddy nya. "Gini nih akibatnya kalau suka ninggalin teman" ledek Gabriel.
"Kena batunya Guys, Sampe Daddy nya langsung nyusulin"
"Btw Om Arsen kok makin ganteng ya? Jadi Demen gue?" Ucap Via sambil membayangkan wajah tampan Arsen.
"Bacot lo semua"
Via, Gabriel, dan Shila terkikik geli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 273 Episodes
Comments
Mamah Kekey
wah bacotmu...Arini kalau ngomong gak di saring dulu 😀
2024-06-13
0
Berdo'a saja
wahhh teman .......
2022-06-08
0
Ludi Asih
Gak suka sama sifat arini,anak pungut byk tingkah
2022-05-21
1