Arini dan Via berjalan di koridor kampus, Shila dan Gabriel mereka pamit duluan karena harus pergi ke toko buku. Mereka mau membeli novel yang sudah lama diincarnya. Arini berjalan dengan pandangan lurus ke depan, sesekali ia membalas senyuman kakak tingkatnya. Via menatap Arini dengan ragu ragu, ia ingin menanyakan tentang kebenaran itu.
"Rin" panggilnya. Arini menoleh pada Via. "Kenapa?" Langkah Via berhenti bersamaan dengan langkah Arini. Via menyakinkan dirinya untuk menanyakan masalah itu sebelum dia terlanjur lebih jauh. "Apa benar lo suka sama Om Arsen?"
Arini diam tak berekspresi dan hanya menatap wajah Via. "Kenapa lo tiba tiba nanya gitu?" Via menarik tangan Arini dan membawanya ke taman belakang kampusnya. Via tidak mau semua orang mendengarkan pembicaraan mereka. "Duduk dulu" titahnya. Arini mengangguk dengan wajah kebingungan.
"Sewaktu gue ketemu Om Arsen, dia meracau dengan menyebut nama lo. Lo tahu apa yang dia katakan? Om Arsen bilang kalau lo menyukainya. Dan setelah gue pikir pikir mungkin karena itu lah Om Arsen mabuk malam itu. Jadi apa itu benar Rin?" Via mengabaikan hatinya yang tidak baik baik saja sejak tadi.
Arini tidak punya pilihan lain selain menjawabnya. Ia tahu sahabatnya ini juga menyukai Daddy nya. "Gue minta maaf kalau jawaban ini nyakitin lo, apa yang dikatakan Daddy memang benar. Gue menyukai Daddy" pupus sudah harapan Via, padahal tadi dia berharapnya Arini menyanggah hal itu. Via tersenyum sendu.
"Lalu bagaimana dengan Rendi? Bukan kah lo pernah menyukainya?" Arini mengangguk. "Waktu itu gue tidak sadar kalau gue juga menyukai Rendi. Padahal waktu itu gue masih menyukai Daddy." Air mata menggenang di pelupuk mata Arini. Arini tiba tiba menangis begitu saja.
Via yang tidak menyangka Arini menangis langsung memeluknya. "Kenapa nangis Rin? Gue nyakitin lo ya?" Arini menggelengkan kepalanya. "Gue ditolak sama Daddy Vi, Dia bilang lebih baik gue mencari laki laki lain yang lebih baik dari pada Daddy, tapi hati gue gak bisa Vi. Selain karena gue menyukainya gue juga teringat dengan pesan Bunda"
Via mengelus punggung Arini dengan lembut, diam diam dia juga menghapus air matanya. "Lo tenang aja, gue yakin suatu saat Om Arsen akan suka sama lo. Mungkin sekarang Om Arsen butuh waktu"
"Enggak, kalau memang Daddy sudah menolak gue. Maka gue akan berusaha membuat Daddy jatuh cinta sama gue" Arini menghapus air matanya dan mengurai pelukannya dengan Via. "Seandainya gue sahabat yang egois gue pasti akan merebut Daddy lo Rin, tapi gue bukan orang seperti itu. Gue sayang sama lo sebagai saudara gue sendiri" batin Via.
.
.
Sesuai dengan pesannya pada Arsen, Arini pulang dengan dijemput oleh Max. Dan kebetulan Max juga membeli mobil baru. Padahal mobil sebelumnya hanya mengalami kempes doang. Holkay mah bebas. "Mata kamu kok sembab? Habis nangis?" Ucap Max sambil menyetir mobil.
"Ah enggak, tadi Arini lagi nonton drakor yang endingnya sedih aja makanya nangis" Max mengangguk lalu mengelus puncak kepala Arini. "Kamu masih suka melukis kan? Bisa bantu Uncle melukis seseorang" Arini menoleh pada Marvel. "Melukis siapa?" Max hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Arini.
Mobil Max memasuki pekarangan rumah Arsen, Arini membuka pintu mobilnya dan keluar. Begitu pun dengan Max mereka berdua masuk ke dalam rumah bersamaan. Lagi lagi Arini melihat Rendi ada di dalam rumahnya, tapi kali ini Rendi tidak sendirian. Ada Arsen yang menemaninya.
"Rendi? Ngapain?" Rendi hanya tersenyum. Kemudian Rendi melihat ke arah Arsen yang menunjukkan muka tembok. "Maaf Om, saya izin berbicara dengan Arini" Rendi berdiri kemudian menarik Arini menjauh dari jangkauan Arsen. Rendi memastikan agar Arsen tidak mendegarkan pembicaraannya.
Max hanya menatap keponakannya itu lalu duduk di samping Arsen. "Mereka berdua sangat cocok ya? Kalau kamu gak suka Arini. Berarti Arini boleh dong dengan laki laki lain. Apalagi seperti dia, kelihatannya laki laki yang bernama Rendi itu sangat bertanggung jawab"
Arsen masih tetap diam tapi pandangannya mengarah kepada dua orang itu. Arsen penasaran dengan apa yang mereka bicarakan. Arini tertawa dengan terbahak bahak entah apa yang mereka bicarakan. Max sadar Arsen sudah mulai tertarik dengan arini tapi dia masih menepisnya. Arsen masih gigih untuk mencari calon istri. Rendi mengelus kepala Arini. "kayaknya cuma kamu doang adik tingkat yang memanggilku dengan nama doang"
Arini terkekeh pelan. ia lebih nyaman memanggil Rendi dengan namanya saja tanpa embel embel kak. "Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat, kamu mau ikut? aku bisa menjamin kalau kamu akan suka dengan tempat itu" Arini berpikir sebentar sebelum mengangguk
"Aku mau izin sama Daddy dulu" Arini berjalan ke arah arsen untuk meminta izin. Rendi mengikutinya dari belakang. tadi ia sudah mengobrol banyak dengan Arsen. jadi ia tidak terlalu tegang untuk meminta izin membawa Arini. "Dad, Arini mau keluar sama Rendi, boleh kan?"
Arsen menatap Arini sebentar. "Mau kemana?" tanya arsen. Arini menoleh pada Rendi dan menyuruhnya menjawab pertanyaan Arsen. "Saya mau ngajak Arini ke puncak om, saya ingin memperlihatkan sesuatu yang indah buat Arini" Arsen mengangguk. "Saya mengizinkan kamu membawa Arini pergi dengan satu syarat?"
Arini menatap Arsen dengan bingung. Rendi mengangguk dengan cepat. "apa syaratnya om?" Arsen berdiri dari tempat duduknya dan menarik Arini hingga berada di sampingnya.
Arini terkejut karena Arsen tiba tiba menariknya begitu saja terlebih ada Rendi di hadapannya. "syaratnya adalah kamu juga harus membawa saya bersama kalian. Saya tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk menimpa pada putri saya."
Max berdecih dalam hati melihat Arsen yang terus posessive dengan Arini. padahal di umur segitu Arini bisa menjaga dirinya sendiri. Arini menatap Rendi seolah olah bertanya. dengan terpaksa Rendi mengiyakan syarat dari Arsen. meskipun ia sedikit kecewa karena sebenarnya Rendi hanya ingin pergi berdua saja dengan Arini.
"Arini juga punya syarat pada Daddy. Daddy boleh ikut tapi jangan sampai mengganggu. Daddy hanya mengawasi Arini saja. Gimana? Daddy setuju kan" Arsen mengangguk. "oke"
.
.
Rendi, Arsen dan Arini berangkat ke puncak dengan menggunakan mobil Arsen. Arsen menjadi sopir dadakan untuk mereka berdua meskipun ia sedikit tidak rela. "Ini masih jauh Ren?" Tanya Arini. Rendi menoleh pada Arini. "masih satu jam lagi, kamu kalau ngantuk tidur aja dulu. Sini."
Rendi merangkul Arini dan meletakkan kepala Arini di pundaknya. ia merapikan poni Arini yang sedikit berantakan. Arsen melihat mereka dari kaca mobil tanpa sadar Arsen mencengkram setir kemudi dengan keras. Rendi tersenyum melihat Arini yang sudah tidur di pundaknya.
"Dasar bocah" gerutu Arsen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Berdo'a saja
rasain tuh dad putri mu ada ngejar
2022-06-12
1
Kia
om hati" om🧐
2022-06-06
1
Ana Septyann
hhhhhh ngakak🤣🤣
2022-03-25
0