Arsen berjalan memasuki ruang meeting, semua orang sudah menunggunya di dalam. Saat Arsen masuk ke dalam mereka langsung berdiri dan menunduk hormat pada Arsen. Arsen mengangguk dan menyuruh mereka duduk kembali. "Silahkan dimulai meetingnya"
Kepala tim yang kemarin maju ke depan dan menjelaskan kembali tentang masalah yang kemarin. Perusahaan Arsen adalah perusahaan yang bekerja di bidang penerbitan buku. Hampir semua penerbitan yang ada di indonesia adalah milik Arsen. "Jadi sekarang kita tidak perlu lagi membuka penerbitan baru? karena sepertinya penerbitan yang kita bangun tahun lalu sudah cukup populer di kalangan semua penulis. Mereka sudah banyak menerbitkan buku di penerbit kita."
Kepala tim mengubah layar proyektornya menjadi gambar bermacam macam buku. "Dan yang ingin saya usulkan hari ini adalah, bagaimana cara kita untuk mempromosikan novel novel milik kita. Dimulai dari novel ini, ini adalah novel novel yang paling banyak diminati oleh semua orang. Dan novel ini juga diterbitkan oleh penerbitan kita. Boom store"
Arsen mengangkat tangannya memberi kode agar kepala tim diam sebentar. "Tidak usah berbelit belit, langsung pada intinya saja. Saya tidak punya waktu untuk mendengarkan hal hal yang tidak penting"
Kepala tim yang bernama Hendro itu tersenyum, sepertinya ia sudah banyak berbasa basi hingga Ceo nya itu sedikit risih. "Baik, intinya adalah bagaimana cara kita mempromosikan novel novel yang sudah kita terbitkan? Jika promosinya semakin bagus, maka semakin besar pula penghasilan yang akan kita dapat"
Arsen menggoyangkan kursinya sambil menatap ke arah kepala tim itu. "Silahkan masing masing dari kalian menyampaikan ide yang kalian punya" . Semua orang yang berada di ruang meeting saling menatap satu sama lain. Mereka sudah mempersiapkan semuanya tapi siapa yang tahu jika pertanyaannya sesulit ini.
Arsen melirik jam tangannya. "Saya beri waktu kalian 5 menit untuk berpikir, jika kalian masih belum mendapat ide, siap siap surat pemecatan akan kalian terima" Arsen tidak mengenal belas kasihan dengan karyawannya, sedikit saja mereka melakukan kesalahan Arsen langsung menindaknya dengan mengusirnya dari perusahaannya. Arsen tidak mau rugi dengan memberikan gaji pada orang orang yang tidak becus seperti mereka.
Lima menit telah berlalu, masih belum ada tanda tanda mereka akan memberikan ide. Arsen langsung berdiri. "Bereskan semua meja kalian dan pergi dari perusahaan ini" ucap Arsen dengan nada datar. "Pak, apa tidak ada keringanan lagi? Kasihan mereka yang sedang membutuhkan uang untuk keluarganya pak" Rocky mencoba membela mereka.
"Ada, saya akan membatalkan untuk memecat mereka asalkan kamu mau menggantikannya" Arsen tersenyum sinis membuat Rocky tak bisa berkata kata. Arsen segera pergi meninggalkan ruang meeting "Maafkan saya, saya tidak bisa membantu kalian"
Salah satu dari mereka menjawab. "Tidak apa apa pak, terima kasih karena bapak berusaha membela kami"
.
.
"Oke semuanya, harap berkumpul di sebelah sini. Karena juri sudah memutuskan siapa yang akan mendapatkan hadiah dengan lukisan terbaik"Semua orang berkumpul di tempat yang ditentukan oleh juri sedangkan Arini, ia tidak terlalu berharap dirinya akan menang karena ia ikut lomba bukan karena ingin mendapatkan hadiahnya. Tapi sebagai kesenangannya saja.
"Saya hanya memilih satu lukisan terbaik jadi berdoalah siapa tahu lukisan kalian bisa menjadi yang terbaik. "Pameran Lukisan terbaik diraih oleh, ARINI PUTRI CASANOVIA" semuanya bertepuk tangan dengan meriah. "Silahkan yang disebutkan namanya untuk maju ke depan dan menerima hadiah"
Arini tersenyum tipis, ternyata bakat melukisnya masih kental hingga sekarang. Arini maju ke depan dan mendapatkan sepeda gunung dengan uang tunai sebesar satu juta. "Selamat untuk Arini, tapi saya mempunyai pertanyaan untuk kamu. Mengapa kamu memilih melukis wajah Tuan Arsen sang pengusaha yang terkenal dengan ketampanan dan kekayaannya itu?" Tanya wanita yang berperan sebagai Mc itu.
Arini hanya menjawabnya dengan simple. "Karena dia adalah orang yang berharga di hati saya" semua orang terkejut mendengar jawabannya. "Siapa sebenarnya dia?" bisik orang di sebelahnya.
Semua orang berbisik bisik membicarakan Arini. Arini tidak peduli ia segera membawa sepeda gunungnya dan mengantongi uangnya. Bahkan setelah Arini pergi orang orang masih membicarakan dirinya. "Lancang sekali dia menyebut Tuan Arsen seperti itu"
"Pikirannya sangat konyol, mungkin dia mengada ada. Jangan pedulikan dia" Arini kembali pulang dengan membawa sepedanya, ia mengayuh sepedanya agar cepat sampai. Sekarang masih jam sepuluh, empat jam lagi ia harus pergi ke kampus"
Saat tiba di rumahnya, Arini meletakkan sepedanya. Kemudian Arini masuk ke dalam rumah, tapi matanya malah melihat sosok laki laki yang selama ini ia hindari. Siapa lagi kalau bukan mantan gebetannya, Rendi. "Ngapain lo di rumah gue?" Ucap Arini dengan jutek.
Mendengar suara Arini, Rendi langsung mengangkat kepalanya dan menatap Arini. "Memangnya aku tidak boleh kesini? Aku rasa tidak ada larangan untuk bertamu ke rumahmu" Rendi tersenyum tulus pada Arini. Bahkan Rendi Rela menunggu Arini dari jam delapan sampai jam sepuluh sekarang. Rendi membuang waktu berharganya dengan menunggu Arini selama dua jam.
Arini memutar bola matanya. "BI, Bi Mina?" Arini berteriak memanggil Bi Mina tapi yang dipanggil tidak kunjung menghampirinya juga. "Bi Mina lagi pergi belanja buat persediaan bahan makanan, tadi dia nitip rumahmu ke aku" Arini duduk di sebelah Rendi dengan sedikit menjaga jarak.
Rendi dan Arini sama sama membisu hingga akhirnya Rendi memulai pembicaraan. "Rin, aku mau nanya sama kamu tapi tolong jawab dengan jujur" Rendi menatap Arini yang masih betah melihat ke arah lain. "Mau nanya apa?" Rendi menggeser tubuhnya menjadi lebih dekat dengan Arini. "Apa kamu sudah tidak menyukaiku lagi?" Tanya Rendi.
Sekarang Arini tidak bisa lagi untuk tidak menatap Rendi. "Kamu pasti sudah tahu jawabannya" Rendi mengambil tangan Arini dan menggenggamnya. "Aku sudah menjelaskan kan kalau yang kamu lihat di instagram itu ica sahabat aku, apa aku tidak bisa mendapat kesempatan lagi?"
Arini menggeleng pelan, tapi tiba tiba saja tubuhnya menegang karena Rendi membawa Arini ke pelukannya. Rendi bukannya menyerah, ia hanya ingin Arini tahu bahwa detak jantungnya berdetak kencang saat berdekatan dengan Arini. Tapi sepertinya pelukan itu tidak berlangsung lama karena deheman seseorang.
"Jangan peluk peluk sembarangan" itu adalah suara Arsen yang pulang ke rumah hanya untuk mengambil berkas berkas pentingnya yang ketinggalan. Tapi ia malah melihat Arini berpelukan dengan Rendi. "Daddy kenapa pulang cepat?"
Arsen menoleh ke arah Arini. "Bukan pulang, tapi mau ngambil berkas penting. Tolong ambilkan map berwarna hijau di atas kasur" Arini mengangguk. "Tunggu sebentar Ren" setelah Arini pergi, Arsen duduk di sofa bersama Rendi dengan menopangkan kaki sebelah kanannya pada Pahanya.
"Kamu, bukannya kamu sudah punya pacar? Ngapain meluk meluk putri saya." Arsen menatap Rendi dengan tajam. Meskipun hubungan Arsen dan Arini sedikit canggung karena masalah itu, tapi Arsen masih peduli dengan Arini. "Om tahu dari mana?"
"Arini yang bilang" Rendi mengangguk. "Itu hanya salah paham saja Om, Arini juga sudah tahu kok. Lagian saya menyukai putri om, saya kesini untuk memperjuangkan Arini. Kalau dulu Arini yang menyukai saya sekarang Saya yang menyukai Arini"
Rendi menegakkan tubuhnya dan memperbaiki posisi duduknya. "Izinkan saya memiliki Arini Om, saya akan menjaga dan menyayangi Arini lebih dari hidup saya sendiri. Tapi saya harus minta restu om dulu. Apakah OM merestui saya?"
"TIDAK"
Jawaban Arsen tidak terdengar oleh Rendi karena mendengar suara Gubrakan. Rendi menoleh ke belakang dan melihat Arini yang sedang terjatuh di bawah tangga. Begitu pun dengan Arsen. Rendi berlari dengan cepat dan membantu Arini. "Kenapa bisa jatuh? Sakit gak?"
Arini menggelengkan kepalanya, ia hanya terpeleset sedikit jadi tidak ada hal yang serius dengannya. "Ayo berdiri" Rendi mengulurkan tangannya. Arini tersenyum pada Rendi. "Makasih" Rendi mengangguk membalas senyuman Arini.
Hal itu tidak luput dari pandangan Arsen, Arsen bersedekap dada sambil memperhatikan mereka berdua. Arini menyambut uluran tangan Rendi tapi sepertinya kakinya keseleo.
Arini hampir saja jatuh kalau pinggangnya tidak ditahan oleh Rendi. Mereka berdua saling bertatapan tanpa menyadari sosok di belakang mereka sedang menahan amarahnya. "Hati hati, aku tidak mau kamu terluka" ucap Rendi.
Kemudian Rendi melirik ke arah map hijau itu, Rendi membungkuk kemudian mengambil map itu. "Ini Map Om" Rendi memberikannya pada Arsen. "Ya" jawab Arsen. Melihat kedekatan Arini dengan Rendi membuatnya gerah sendiri. Suasana hatinya yang buruk setelah meeting tadi semakin memburuk karena melihat Rendi dan Arini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Berdo'a saja
nyesel tuh si daddy
2022-06-09
1
Susi Ismi
cieeee......cemburu y 😁😁 cinta tp ngak mau ngaku kan ded 🤭
2022-05-22
1
Teti Rusniawati
Panas 🔥juga ayang Arsen 🤭
2022-05-14
0