Arini dan Max sedang berkumpul di ruang keluarga. Sedangkan Arsen masih di ruang kerjanya. Max memberikan Arini dua koper hadiah yang entah apa isinya. "Nih Uncle bawain oleh oleh" Max duduk di samping Arini.
"OMG ini serius oleh oleh buat Arini dua koper?" Max mengangguk. Kemudian ia mengambil koper yang berwarna pink dan memberikannya pada Arini. "Coba kamu buka yang ini dulu"
Arini membuka kopernya dengan pelan pelan sembari menebak isi kopernya. Saat Arini sudah membukanya. "UNCLE INI BANYAK BANGETT YA AMPUN..PERHIASAN, TAS SEPATU, BAHKAN PIGURA BUNGA SAKURA." Arini memeluk Max dengan kencang hingga membuat Max terkekeh pelan. Meskipun umurnya 20 tahun, keponakannya ini masih sering kekanak kanakan.
"Kamu suka?" Tanya Max. Arini mengangguk dengan antusias kemudian melerai pelukannya. "Coba buka koper yang satunya lagi" Max menarik koper yang berwarna biru dan menaruhnya di depan Arini. Arini yang tidak sabaran langsung membukanya. Saat itu juga nafasnya berhenti.
Arini menatap mata Max dengan datar lalu tersenyum. Kalau tadi Arini hanya memeluk Max sekarang Arini melompat ke arahnya hingga tubuhnya menindih tubuh Max. Max memegang pinggang Arini agar tidak jatuh. "Kok Uncle tahu sih kalau sekarang Arini suka boneka minion?"
"Apa sih yang uncle gak tahu. Semua tentang kamu uncle tahu." Max menjedanya sesaat. "Termasuk rahasiamu dengan istri Daddymu" DEG Arini terkejut karena Max mengetahui rahasianya. Padahal selama ini ia menutupnya dengan rapat rapat.
Max yang berada di bawah Arini memilih merapikan poni Arini yang berantakan. "Kamu harus mengatakannya pada Daddy mu Arini, kalau tidak uncle yang akan mengatakannya." Batin Max. Arini menepis pikiran buruknya ia memegang wajah Max dan mengecup semua bagian wajahnya kecuali bibir. "Sayang uncle selamanya"
Arsen yang baru saja keluar dari ruang kerjanya
merasa heran karena tak menemukan Arini dan Max di ruang keluarganya. Arsen berjalan ke ruang keluarga dan menemukan Arini dan Max yang sedang bertindihan. "ARINI" bentak Arsen.
Arini yang saat itu sedang bercanda dengan Max tentu saja kaget, apalagi ia melihat tatapan kemarahan dari Daddy nya. Buru buru Arini turun dari atas Max begitu pun dengan Max ia segera memperbaiki posisinya.
"Apa yang kalian berdua lakukan? Pantas kah kalian melakukan hal seperti ini." Mata Arsen masih berapi api, ia sungguh marah dengan Arini. "Jangan salah paham, tadi Arini hanya senang dengan oleh oleh yang kuberikan padanya, kamu tahu sendiri kan kalau putrimu sudah senang ia pasti agresif. Oh Atau jangan jangan kamu memang tidak tahu karena selama ini sibuk dengan pekerjaanmu dan melupakan Arini" sindir Max.
Max tahu selama ini Arsen begitu menyayangi Arini tapi Arsen kadang kadang melupakan dan meninggalkan Arini karena urusan pekerjaannya. Dan itu sebabnya Arini menjadi nakal dan liar seperti ini. Sepertinya disini hanya Max yang tahu semuanya. Meskipun Max berada di jepang, ia tetap memantau Arini dari orang orang kepercayaannya.
"Apa maksud kamu bicara seperti itu? Arini itu putriku. Aku yang lebih tahu tentang dia" Max mendengarnya dengan malas, ia berdiri kemudian mendekati Arsen. "Lalu apa yang kau ketahui tentang Arini? Apa kamu tahu apa bakat Arini? Apa kamu tahu apa yang disukai Arini? Dan apa kamu tahu semua hal yang dibencinya?"
Arini menunduk di tengah tengah perdebatan kedua orang itu. "Arini itu di cap bodoh oleh semua orang di kampusnya, tapi Arini sebenarnya tidak bodoh. Arini punya bakat yang tidak diketahui oleh semua orang. Termasuk kamu, Daddy nya sendiri" Max mendorong Arsen lalu pergi meninggalkannya.
"Maafin Arini Daddy" ucap Arini. Arini takut Arsen kecewa dengannya atau lebih parahnya Arsen marah padanya. Arsen mengepalkan tangannya dengan kuat, bagaimana bisa ia mengabaikan putrinya selama ini. Meskipun ia perhatian pada Arini tapi Arsen belum mengetahui semua tentang Arini.
Arsen duduk di sebelah Arini. "Sebenarnya apa yang Daddy tidak ketahui tentang kamu?" Arini hanya diam, ia tidak mau menjawabnya. Bahkan meskipun itu Daddy nya sendiri yang bertanya. "Jawab Daddy, apa selama ini Daddy melewati semuanya?"
Arini memberanikan diri untuk menatap wajah Arsen. Arini menggeleng pelan. "Tidak ada yang Daddy tidak ketahui, Daddy mengetahui semuanya tentang arini. Daddy kan ayah terbaik bagi Arini" ucap Arini berusaha menutupi sesuatu yang mencurigakan dari dirinya.
"Lalu kenapa Max bilang seperti itu? Daddy tahu Max bukan tipe orang yang suka bohong. Apalagi sampai marah seperti tadi. Bisa kamu jelaskan semuanya pada Daddy?" "Arini lupa harus mengerjakan tugas untuk besok, Arini ke kamar dulu ya Dad"
Arsen pergi ke kamar Max, kalau Arini tidak bisa memberitahu nya maka Max pasti tahu semua jawabnnya. Arsen akan memaksa Max untuk memberi tahunya semuanya. Tentang apa yang ia tidak ia ketahui selama ini.
Arsen membuka pintu kamar Max, Max terlihat sedang memegang kertas seperti sebuah surat tapi ketika Arsen datang Max dengan cepat menyembunyikannya. "Kamu membaca apa?" Tanya Arsen. Max menyembuyikan suratnya di bawah bantal.
"Tidak ada, ini hanya sebuah kertas yang tidak berguna" jawabnya dengan gugup. Arsen tidak boleh melihat surat itu selama Arini belum ingin menunjukkannya. "Ada apa kamu kesini?" Tanya Max mengalihkan pembicaran.
Arsen menghela nafasnya dengan kasar, kemudian ia duduk di samping Max. "Tolong jelaskan apa maksud semua perkataanmu tadi.
Aku benar benar tidak mengerti" Max meremas selimut kasurnya dengan erat, ia berusaha mengontrol kemarahannya.
"Kamu tahu Arini pintar melukis?" Tanya Max dengan pelan. "Melukis? Yang benar saja. Arini tidak suka dengan sesuatu yang berhubungan dengan hal hal itu. Dia hanya suka bermain ke club, membeli pakaian kurang bahan dan membuat onar di kampusnya"
Max menggelengkan kepalanya, pantas saja Arini tidak memberi tahukan Arsen. Arsen saja tidak memberi Arini kesempatan. Jika saja Arsen mempercayai Arini pasti Arini akan memberi tahunya. "Kamu tidak akan percaya ini" Max mengambil ponselnya dan membuka salah satu gambar.
"Lihatlah, ini adalah lukisan Arini. Bahkan lukisannya di pajang di beberapa negara, seperti perancis, Italia dan london. Banyak orang yang menyukai dan mengagumi lukisannya. Aku yakin kamu pasti tidak tahu."
Arsen mengambil ponsel Max dan melihatnya
secara jelas. Hatinya tersentil karena ia tidak mengetahui bakat putrinya sendiri. "Sejak kapan dia melukis?" Max menatap Arsen dengan datar. "Sejak umurnya 15 tahun, berarti 5 tahun yang lalu. Bukankah di waktu itu kamu sering bepergian ke luar negeri selama berbulan bulan dan meninggalkan Arini bersama Bi Mina di rumah ini."
"Kamu tahu, Arini sangat menyukai boneka minion. Dia selalu menelfonku untuk membelikannya boneka minion." Max tersenyum sendu. "Kamu harus bangga dengan putrimu Sen, di usianya yang ke 15 tahun dia sudah menjadi pelukis terkenal."
Arsen tidak bisa mendengar apapun lagi, dia benar benar ayah yang jahat. Arsen pikir dengan memberikan perhatian dan fasilitas akan membuat Arini bahagia, nyatanya tidak.
"Selain itu, apa ada lagi?" Tanya Arsen. Arsen akan memperbaiki semuanya, selagi semuanya belum terlambat. "Ada, tapi aku tidak bisa memberi tahunya. Arini tidak ingin kamu mengetahuinya."
Arsen keluar dari kamar Max tanpa bicara apapun lagi. "Cepat beri tahu Daddy mu Rin, kalau tidak kamu akan semakin tersiksa dengan itu semua." Max kembali mengambil surat itu dan membacanya berulang ulang. Entah apa yang akan Arsen lakukan jika ia mengetahui semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Abor Cipenk
ngeri ngeri sedap ceritanya😁
2022-11-22
0
Berdo'a saja
rahasia appa sih pinisirin
2022-06-08
1
Susi Ismi
apa rahasia arini 🤔 jadi makin penasaran
2022-05-22
1