Hari ini Arini tidak memiliki jadwal kuliah jadi dia hanya bermalas malasan di rumah. Arini tidak bisa kemana mana karena semua fasilitasnya sudah disita oleh Arsen. Arini mengambil remot Tv dan menghidupkannya.
Pada saat Arini mengubah channel ia melihat berita kebakaran di club yang semalam ia datangi. Arini menutup mulutnya tak percaya. Arini teringat dengan perkataan Arsen semalam bahwa besok akan ada berita mengejutkan. Arini yakin ini pasti ulah Daddy nya.
Arini berlari ke ruang kerja Arsen, ia perlu menanyakan semua ini. Apa benar Arsen adalah pelakunya. "Daddy...Daddy where are you?" Arsen membuka kaca matanya dan menyandarkan tubuhnya di kursi.
Arsen menebak Arini sudah melihat dan mendengar berita itu. Arini mengetuk ruang kerjanya. "Masuk" Dengan pelan Arini membuka pintunya kemudian menutupnya kembali. "Kalau kamu mau menanyakan berita itu, itu emang ulah Daddy."
"Tapi kenapa harus dibakar Dad, Daddy tahu kan orang yang membuat club itu dulu bersusah payah untuk membuatnya. Dan sekarang malah Daddy bakar" Arini menatap Arsen yang terlihat tenang tenang saja.
Arsen menyilangkan kakinya di atas pahanya. "Sebelum Daddy menbakar club itu Daddy membelinya dengan harga dua kali lipat. Jadi otomatis Daddy membakar club Daddy sendiri"
Arini membuka mulutnya tak percaya, Daddy nya membeli club dengan harga dua kali lipat hanya untuk dibakar.
Arini berjalan mendekat ke arah Arsen dan duduk di salah satu pahanya. "Daddy buang buang uang aja."ucapnya. Arsen geleng geleng kepala dibuatnya. "Daddy buang buang karena siapa? Karena kamu kan. Bandel sih jadi anak"
Arini membalikkan tubuhnya dan menghadap Arsen. "Dad, hukumannya dikurangi ya? Arini gak betah kalau harus diam di rumah. Ini dilarang itu dilarang." Arsen mengambil sesuatu dari meja kerjanya dan memberikannya pada Arini.
"Apa ini?" "Buka saja" jawab Arsen. Arini membuka bingkisan itu lalu matanya berbinar cerah. Arsen membelikannya sebuah gelang berlian bermotif kupu kupu. Gelang itu hanya ada 3 di indonesia dan sekarang Arini memilikinya.
"Daddy tahu kamu menyukai gelang itu. Makanya Daddy belikan buat kamu. Gelang itu sebagai ganti dari hukuman kamu. Jika kamu berhasil menjalankan hukuman selama satu bulan, Daddy akan mengabulkan semua keinginanmu" Arsen tersenyum melihat Arini sangat menyukai gelang itu.
"Really Dad? Daddy akan mengabulkan semua keinginanku?" Arsen mengangguk. Arini langsung memeluk Arsen dengan erat, ia bahkan tidak peduli jika ia duduk di paha Arsen. "Thank you Daddy, i miss you so much"
Arsen menguraikan pelukannya lalu memgecup kening Arini singkat. "Jangan nakal lagi, Daddy tidak suka." Arini mengangguk. Lalu ia turun dari pangkuan Arsen. "Kalau gitu Arini mau ke kamar dulu, Aku mau nunjukin kalau aku sudah punya gelang ini, Bye Dad"
Setelah Arini keluar dari ruang kerjanya, Arsen tersenyum. Semakin dewasa Arini bukannya semakin mandiri tapi semakin manja. Arsen tahu, selama ini Arini disukai oleh banyak pria di kampusnya. Bahkan mereka menembak Arini secara terang terangan di hadapannya.
Arsen memutuskan untuk keluar dari ruang kerjanya. Dengan langkahnya yang lebar Arsen berjalan melewati kamar Arini. Memang kamar Arini dan ruang kerja Arsen berdekatan. Jaraknya hanya dua ruangan saja saja dari kamar Arini.
"Iya dong, pokoknya gue sayang banget sama Daddy gue. Tanpa gue minta dia aja udah belikan gue gelang mahal."
.
"Gue jadi iri sama lo? Coba Bokap gue kayak Daddy lo. Uh gue pasti bahagia banget. Tukeran kuy" ucap Shila. Shila adalah orang yang mengadakan pesta waktu itu. Shila dan Arini berteman sejak pertama kali mereka masuk perkuliahan.
"Gak mau ah. Daddy gue cuma buat gue aja. Harusnya lo tuh bersyukur punya bokap kayak Om Heru, orangnya sabar banget. Lo ke club aja bukannya dimarahin malah dinasehatin doang. Coba gue yang ada di posisi lo, gue malah diomelin sampai gue benar benar kapok."
Shila tertawa renyah. "Intinya bokap gue dan Daddy lo punya kelebihan dan kekurangannya masing masing" ucap Shila. "Nah tuh tau" timpal Arini. Arsen mendengar semua pembicaraan mereka yang membicarakan tentang dirinya.
"Eh Rin, Kita shoping yuk. Gue gabut nih di rumah sendirian. Ortu gue lagi ke luar negeri." Shila mengajak Arini untuk pergi shoping. Namun sayang seribu sayang Arini menolaknya. "Gue gak bisa shil, lo kan tahu sendiri gue lagi dihukum sama Daddy. semua fasilitas gue disita sama Daddy termasuk ponsel. Ini aja gue nelfon lo pake ponsel Bi Mina. Ponsel gue disita sama Daddy"
"Uluh uluh kacian, ya udah deh gue nunggu lo selesai dihukum. Kira kira kapan selesainya?" Arini menjawab dengan ragu. "Satu bulan lagi"
Shila yang semula berbaring di kasur langsung menegakkan tubuhnya saat mendengar hal itu. "Lo seriusan dihukum 1 bulan?"
"Iya, gara gara gue nekat datang ke pesta ulang tahun lo itu." Arini memukul bonekanya dengan tangannya sebagai pelampiasannya. Rasa kesalnya memang berkurang karena Arsen membelikannya gelang. Namun tetap saja satu bulan itu adalah waktu yang lama untuk menjalani hukuman.
Hukuman yang diberikan Arsen ada dampak positif dan negatife nya. Dampak positif nya adalah Arini bisa meminta semua permintaan pada Arsen yang pasti dikabulkan. Dan negatifnya adalah Arini akan mati kebosanan di rumah.
"Ya udah selamat menikmati hukuman Beb, gue mau ngajak Via sama Gabriel shoping dulu. Bye" Arini menaruh ponsel Bi Mina di samping nakasnya. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Arsen masih terus memperhatikan Arini.
Arini memutar otaknya, ia tidak akan membiarkan dirinya ngenes hanya karena kebosanan. Tiba tiba Arini mendapat sebuah ilham, Arini tersenyum. Ia mengambil sesuatu dalam lemarinya kemudian pergi ke kamar mandi.
Arini keluar dengan menggunakan pakaian yang super ketat hingga bentuk tubuhnya sangat menonjol. Arini memperhatikan tubuhnya sendiri di depan cermin. Pantas saja banyak pria yang suka dengannya, Body nya aja seperti gitar spanyol.
"Cuma ini yang bisa gue lakuin buat ngusir kebosanan" Arini menghela nafasnya lalu mengambil kaset yang dulu ia beli. Arini memasukkannya pada Dvd yang disambungkan dengan televisi dan mulai menikmati acaranya.
Arini menonton senam yoga. Ia pernah mendengar dari orang orang kalau senam yoga bisa mengecilkan perutnya dan menghilangkan lemaknya. Arini ingin mencobanya. Minggu lalu berat badannya naik 3 Kg karena Arini tidak menjaga pola makannya.
Sedang asyik memperhatikan putrinya, seseorang menepuk bahunya. "Tuan sedang apa disini? Kenapa tidak masuk saja?" Itu adalah suara Bi Mina yang kebetulan lewat.
"Saya lagi melihat Arini bi, saya penasaran apa yang ia lakukan" Bi Mina tersenyum, selama bertahun tahun bekerja dengan Arsen, ia selalu melihat betapa sayangnya Arsen dengan Arini. Meskipun Arini bukan putri kandungnya. Terkadang Bi Mina khawatir salah satu di antara mereka mempunyai perasaan yang lebih. Tapi jika itu benar, Bi Mina tidak bisa melakukan apa apa.
"Tuan, mengenai wasiat yang nyonya katakan dulu apa tuan sanggup menjalankannya, bukan maksud saya untuk lancang. Tapi Nyonya mungkin akan bahagia jika tuan melakukan wasiatnya"
Arsen mengembuskan nafasnya pelan, ia menatap Bi Mina yang sudah seperti ibu kandungnya. "Saya pasti akan melakukannya Bi, tapi tidak sekarang. Saya masih belum menemukan wanita yang tepat untuk saya. Dan saya juga khawatir Arini tidak menyukainya. Karena dia sendiri pun tidak tahu tentang wasiat itu"
Bi Mina mengangguk pelan, ia mengikuti arah mata Arsen dan melihat Arini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 273 Episodes
Comments
Berdo'a saja
suka sama anak angkat
2022-06-08
0
Dewi Zahra
lanjut kak
2022-02-08
0
Bidadarinya Sajum Esbelfik
bakar club 1 masih banyak club yg laen kan 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-01-19
0