Untuk suamiku tersayang Arsen
Hari ini tepat dua tahun aku meninggalkanmu. Apa kamu masih baik baik saja? Aku harap kamu bahagia bersama Arini. Kamu ingat kan aku pernah memberimu wasiat untuk menikah lagi? Aku harap kamu mau menerima wasiat keduaku. Namun ini bukan untukmu melainkan untuk Arini putri kita.
Menikahlah dengan Arini, Arini adalah anak yang baik. Aku yakin dia bisa membuatmu bahagia setelah aku tiada. Aku bahkan menyuruhnya untuk jatuh cinta denganmu dua bulan sebelum kematianku. Ini bukan hanya wasiat saja Mas, tapi ini juga permintaanku. Aku harap kamu tidak menolak"
Sampai akhirnya tiba, Arini mengatakan padaku bahwa dia sudah jatuh cinta padamu, walaupun usia nya masih remaja. Tapi Arini sudah mengenal kata cinta dan cinta pertamanya adalah Kamu, Daddy tersayangnya.
Saat tahu hidupku tidak akan bertahan lama, aku masih baik baik saja. Tapi bagaimana denganmu? Aku takut kamu hancur karena diriku. Maafkan aku Mas karena tidak bisa menemanimu sampai akhir hayat. Yang perlu kamu kamu lakukan saat ini adalah menikahi Arini, aku memintanya memberikan surat ini selang 2 tahun aku meninggal. Karena usianya akan mencapai 20 tahun saat ia menyerahkan surat ini.
Menikah lah dengan Arini, itu permintaanku. I love you"
Arsen meremas surat itu dengan kuat, bagaimana semua orang bisa membohonginya. Max, Arini bahkan Bi Mina juga ikut andil dalam hal ini. Sekarang siapa yang akan ia salahkan. "Jadi ini alasan kamu menyembunyikan semuanya dari Daddy?"
Arini tidak menjawab, ia memeluk lengan Max. Khawatir Arsen akan marah padanya. "JAWAB DADDY ARINI!" Arsen mengambil Vas bunga yang ada di meja dan melemparkannya hingga pecah berkeping keping. Max memeluk keponakannya dengan erat, jangan sampai Arini menjadi korban emosi Arsen.
"Apa gunanya kamu marah Arsen? Ini adalah permintaan istrimu sendiri. Dia yang menyuruh Arini melakukannya. Apa menurutmu itu salah?" Arsen menatap Max dengan tajam. "Tentu saja salah karena kalian semua membohongiku, bertahun tahun aku diam layak orang bodoh. Sedangkan kalian malah hidup tenang seperti ini."
"Uncle...Arini..tidak bermaksud menyembunyikannya dari Daddy, ini adalah amanat dari Bunda" Arini semakin mengeratkan pelukannya. Max mengelus punggung Arini dan menenangkannya. "Uncle tahu, Uncle juga yang menjadi saksinya kan. Sekarang kamu tenang ya, biar uncle yang ngomong sama Daddy kamu"
Max melepaskan pelukan Arini kemudian ia berjalan menghampiri Arsen. "Lalu sekarang kamu mau apa? Setelah mengetahui surat ini bukan kah kamu harusnya berpikir. Istrimu tidak akan menulis surat ini jika dia masih hidup"
"Tapi kenapa dia harus menyuruhku menikahi Arini yang jelas jelas menjadi putriku, dan apa katanya? Arini jatuh cinta padaku?" Arsen tertawa sumbang. "Itu hanya perasaan biasa yang tidak ada artinya, berbeda dengan cinta istriku padaku"
Arini merasa tertohok saat Arsen mengatakan itu hanya perasaan biasa. Arini mengusap air matanya dengan kasar. Ia tidak boleh cengeng di hadapan Daddy nya. Arini harus menjelaskan semuanya. "Tapi Arini benar benar jatuh cinta sama Daddy, apa itu salah?"
Arini berjalan mendekat ke arah mereka.
Max dan Arsen yang saling berdebat menolehkan kepalanya ke arah Arini. "Kamu itu putri Daddy, tidak sepantasnya kamu mencintai Daddy."
"DAD INI BUKAN HANYA TENTANG CINTA ARINI TAPI JUGA TENTANG PESAN BUNDA" Arini berteriak di hadapan Arsen dengan nafasnya yang menggebu gebu. Seandainya Arini boleh egois ia akan mengabaikan pesan Bunda nya ini, tapi Arini masih mengingat kebaikan Bunda nya jadi dia mau memberikan suratnya hari ini.
"Terserah, yang pasti Daddy tidak akan menikah denganmu. Daddy akan menikahi wanita lain. Sampai kapan pun kamu adalah putri Daddy jadi jangan berharap Daddy akan menikahimu" Max yang merasa geram dengan Arsen langsung menarik kerah bajunya. "Sadar gak, ucapan kamu itu bisa menyakiti hati Arini"
Arsen melepaskan tangan Max dari kerah bajunya dengan kasar. "Aku tidak peduli" Arsen meluyur pergi tapi sebelum ia melewati Arini Arsen sempat mengatakan sesuatu.
"Jangan berharap pada Daddy, cari lah laki laki lain yang lebih baik dari pada Daddy" Arini berusaha untuk tersenyum walau rasanya menyakitkan. Max yang melihatnya tahu bahwa Arini tidak baik baik saja. "Kamu tidak apa apa?" Arini menggelengkan kepalanya. "Aku sudah tahu reaksi Daddy akan seperti ini makanya Arini terus menunda nunda untuk memberi tahunya"
Max memeluk keponakannya, dalam hati kecilnya ia menyumpahi Arsen. Arsen melampiaskan kemarahannya dengan datang ke club, ia meneguk beberapa botol alkohol sambil melirik wanita yang sedang menari erotis. Arsen tidak dapat menjernihkan pikirannya.
Via masuk ke dalam club untuk mencari kakaknya, ia disuruh kakaknya untuk kesana. Karena Via sudah terbiasa dengan suasana club jadi dia santai saja. Via menemukan kakaknya yang sedang memangku wanita. Ia mendumel karena kakaknya enak enakan sementara dia harua bersusah payah untuk datang kesini.
Via berjalan menghampiri Geri, Kakaknya. "Kak" panggilnya. Geri langsung menoleh dan menemukan adiknya sedang berdiri di hadapannya. "Sini, duduk di pangkuan kakak" Geri menepuk paha sebelah kanannya.
Via menoyor kepala Geri dengan kuat. "Aku ini adik kakak bukan jalang yang suka duduk dipangku" sindirnya pada wanita yang bersama kakaknya saat ini.
"HEH APA LO BILANG, MEMANGNYA SIAPA LO BERANI BERANINYA NGATAIN GUE JALANG" teriak wanita itu. Karena kesal Via menjambak rambut wanita itu dengan kuat. "Gue adiknya orang yang lo duduki saat ini" wanita itu meringis kesakitan kemudian balik menjambak Via dengan kuat.
Geri berusaha memisahkan mereka, dua duanya tidak ada yang mau mengalah. Via semakin brutal menjambak wanita murahan itu. Hingga akhirnya, PLAK Geri mendapatkan tamparan di pipi sebelah kanan dan kirinya. "Lah, kok lo nampar kakak gue"
"Lo juga kali" Geri memegang kedua pipinya yang membekas cap lima jari. Dengan kasar akhirnya ia mendorong wanita itu dengan kasar. "Enyah kau dari sini, aku sudah tidak membutuhkanmu" Via tersenyum meledek, ia menjulurkan lidahnya pada wanita itu sambil bersedekap dada.
Wanita itu mendelik kesal. "Ish kamu kok gitu sih sayang" Geri memutar bola matanya malas. "Jijik, cepat pergi dari hadapanku" setelah mengusir wanita itu pergi Geri kembali menghadap Via. "Kakak ngapain sih nyuruh aku club?" Tanya Via.
"Kakak kesepian disini, makanya nyuruh kamu kesini."
"Kesepian apanya, tadi aja kakak digoda sama tante tante girang mau mau aja tuh. Awas aja kalau nanti kakak sampe ngehamilin orang, aku aduin papa sama mama, Mampus nanti" Geri terkekeh lalu mengacak acak rambut adiknya dengan gemas.
Saat Via menoleh ke belakang, Via seperti melihat seseorang yang dikenalnya. Matanya menyipit untuk memastikan siapa yang ia lihat. "Om Arsen? Ngapain dia ada disini"
"Kak, aku mau ke toilet bentar" Geri mengangguk. Dengan cepat Via berjalan ke arah Arsen, Arsen sudah mabuk berat. Bahkan ia meracau tak jelas. Banyak wanita yang memanfaatkan situasi itu dengan meraba raba Arsen. Via segera mengusir semua wanita itu dengan sekali gertakan.
"Om,Sadar Om. Ini Via, temannya Arini"
"Arini? Arini yang suka padaku?" Racaunya.
"I..iya..Om sudah sangat mabuk, lebih baik Via antar pulang" Arsen tidak menjawab lagi. Via membantu Arsen berdiri dan membawanya ke mobilnya. Ia akan mengantar Arsen pulang. "Arini...Arini menyukaiku haha omong kosong..."
Via tidak mempedulikan racauan Arsen, yang ia pikirkan saat ini adalah bagaimana cara membawa Arsen ke mobilnya. Tubuhnya yang kecil tidak bisa menopang tubuh Arsen dengan baik. Sampai akhirnya, Via teringat sesuatu. Via akan meminta bantuan orang itu untuk mengantar Arsen pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Berdo'a saja
heemmmm
2022-06-08
0
Kak Ita
Sangkut lg
2022-05-10
0
Dewi Zahra
max
2022-02-09
0