Arini melakukan gerakan yoga mulai dari yang paling mudah hingga yang tersulit. Tubuhnya yang seksi terlihat semakin seksi saat ia melakukan gerakan itu. Bi Mina hanya menggelengkan kepalanya melihat Nona mudanya itu. Ia pun segera pergi dan meninggalkan Arsen yang masih setia melihatnya.
"Gue mau nyoba kayang ah" Arini memposisikan dirinya di atas matras dengan baik. Ia berbaring di atasnya kemudian menekuk lututnya. Arini mengambil nafas yang dalam, ia harus bisa.
Demi menghilangkan lemak yang ada di tubuhnya. Dengan perlahan Arini mengangkat tubuhnya ke atas dengan dibantu dorongan kaki dan tangannya. Arini berhasil melalukan kayang.
Baju nya yang ketat sedikit tersingkap hingga ke perut ratanya. Bahkan tonjolan buah dadanya sangat terlihat jelas. Arini menggunakan waktu, ia akan melakukannya selama dua menit.
Perhatian Arsen bukan pada Arini lagi, melainkan pada tubuh Arini. Selama ini Arsen tidak benar benar memperhatikan Arini hingga ia baru menyadari kalau Arini memiliki tubuh sebagus ini. Ada satu bagian dalam dirinya yang bergejolak ketika melihat tubuh Arini.
Arsen memutuskan untuk masuk saja daripada ia harus mengintip seperti ini. Arsen membuka pintu kamar Arini dengan lebar lalu menutupnya kembali. Arini terlihat terkejut dengan kedatangan Arsen. Tapi dia tetap melanjutkan Kayangnya. Ia masih dapat 1 menit. Kurang semenit lagi dia akan selesai. "Daddy, ada apa?"
"Apa tubuh kamu tidak sakit melakukan gerakan aneh seperti itu?" Arini menggelengkan kepalanya. "Enggak Dad, ini cara paling efektif untuk menjaga tubuh daripada diet."
"Dan juga kenapa kamu harus memakai pakaian yang ketat? Apa tidak apa pakaian lain"
Arsen meneliti pakaian Arini. Matanya berhenti saat melihat kedua tonjolan itu. "Kalau Yoga lebih enak pake pakaian seperti ini Dad, lebih seru dan menantang gitu lho" Arini terkikik geli.
Arini tahu sedari tadi Arsen terus memperhatikan bagian tubuhnya, tapi ia tidak peduli. Orang lain saja ia bolehkan melihatnya apa lagi Daddy nya sendiri. Setelah dapat dua menit Arini menjatuhkan dirinya di matras.
Arsen duduk di samping matras itu. Kemudian Arini mengangkat kepalanya dan tidur di pangkuan Arsen. Sekarang Arsen bisa melihat dengan jelas, belahan dada Arini seakan menantangnya. "Daddy, umur Arini kan sekarang sudah dua puluh tahun nih. Arini pengen nikah muda deh Dad, pasti seru. Kayak Alicia sama Kak Ando itu"
Arsen menunduk dan menatap Arini dengan garang. "Belum waktunya kamu memikirkan pernikahan, kuliah dulu yang benar. Habis sarjana kamu boleh menikah" Arini mendongakkan kepalanya menatap Arsen. "Hmm ya udah, tapi kalau mau cari calonnya boleh kan Dad"
"Calon apa?"
"Calon suami lah Daddy. Masa calon istri. Arini tuh sebenarnya ada yang lagi disukai di kampus Arini. Tapi sayang, dia tidak tertarik dengan Arini. Hufft sungguh menyebalkan" Arsen tersenyum tipis lalu tangannya mengelus kepala Arini dengan sayang.
"Kan masih ada Daddy yang sayang sama kamu." "Iya tapi kan Daddy gak bisa diajak ciuman, masa ciuman sama Daddy sendiri" Arsen terbatuk batuk mendengar perkataan frontal Arini. Mulut Arini memang ceplas ceplos. Bahkan Arini pernah bertanya pada Arsen. Lebih enak Dada besar atau dada kecil. Arsen hanya mengatakan nya yang besar saja. Karena jujur saja, punya almarhum istrinya dulu
Tidak terlalu besar, tapi cukup buat Arsen pegang.
Arini memindahkan kepalanya kembali ke matras lagi. Ia berguling buling tidak karuan entah apa tujuannya. Arsen mengangkat sebelas alisnya dengan bingung, masalahnya Arini terlihat seperti cacing kepanasan.
"Arini kebelet pipis Dad" Arsen menepuk kepalanya. "Ya udah ngapain masih tiduran, sana ke kamar mandi.
tanpa disuruh lagi Arini langsung berlari ke kamar mandi. Pipisnya sudah di ujung tanduk, seandainya ia terlambat sedikit mungkin Arini sudah kebablasan pipis di celana. Arini bernafas lega setelah membuang air kecilnya.
kemudian ia mengintip keluar dan melihat Arsen yang sudah pergi dari kamarnya.
Keesokan harinya, setelah membangunkan Arini. Arsen langsung pergi ke kantornya. Beberapa hari yang lalu ia tidak pergi ke kantor dan mengerjakan semua pekerjaan di rumah. Mobil Arsen mulai memasuki area kantornya. Arsen langsung disambut oleh dua orang kepercayaannya. Dani dan Doni.
Doni membukakan pintu mobil untuk Arsen, Arsen turun dari dalam mobil dengan memberbaiki jas nya. "Selamat pagi tuan, saya harap tuan selalu bahagia" ucap Doni dan Dani bersamaan. Arsen selalu mendengar kalimat itu dari kedua saudara kembar itu.
Doni dan Dani memang saudara kembar. Wajah mereka kembar identik. Meskipun begitu Arsen bisa membedakan mereka. Doni mempunyai tahi lalat kecil di bagian pipinya sedangkan Dani tidak. Umur mereka juga jauh dari umur Arsen, kalau dihitung dari tahun lahir Dani dan Doni berumur 28 tahun.
"Bagaimana keadaan kantor selama saya tidak ada?" Doni menundukkan kepalanya, terlalu segan untuk menatap wajah tuannya itu. "Semuanya aman Tuan, Rocky mengerjakan tugasnya dengan baik" Rocky adalah sekretaris Arsen.
Arsen mengangguk lalu menepuk kedua bahu saudara kembar itu dan masuk ke dalam kantor. Setiap kali Arsen masuk ke dalam kantornya ia menjadi pusat perhatian semua wanita yang ada di kantornya. Meskipun Arsen seorang Duda tapi masih banyak wanita yang sangat menginginkannya. Bahkan mereka rela menyerahkan tubuhnya hanya untuk Arsen.
"Selamat pagi" sapa Arsen ketika melewati mereka semua. Semuanya tersenyum mendengar sapaan hangat dari Ceo mereka. "Pagi pak" jawab mereka. Arsen mengangguk dan berjalan lurus menuju ke ruangannya.
Arsen masuk ke dalam ruangannya kemudian membuka jas nya dan menyandangkannya pada kursinya. Untung saja semua pekerjaannya yang kemarin sudah ia selesaikan. Suara ketukan pintu menyadarkan Arsen.
"Masuk" Pintu pun terbuka. Seorang laki laki datang menghampirinya dengan membawa beberapa berkas. "Ada apa Rocky?" Arsen menegakkan tubuhnya dan menatap sekretarisnya selama beberapa saat.
"Ada beberapa berkas yang menunggu persetujuan dari bapak, bapak bisa membacanya terlebih dahulu. Dan juga hari ini bapak tidak ada jadwal apapun kecuali makan siang dengan Bu Linda, Ceo dari perusahaan Love Entertainment.
"Untuk berkasnya saya akan membaca dan memikirkannya. Saya tidak mau memberikan tanda tangan jika saya tidak mau. Dan untuk makan siang itu, suruh Dani saja yang menggantikannya. Saya tidak punya waktu"
Bukan pertama kalinya Arsen menolak makan siang, apalagi dengan seorang wanita. Setiap kali Arsen makan dengan seorang wanita pasti ujung ujungnya ia akan digoda. Arsen tahu, Makan siang adalah modus Linda untuk bertemu dengannya. Wanita itu benar benar tidak tahu malu, sudah ditolak beberapa kali namun tetap kekeuh mengejarnya.
"Baik pak, kalau begitu saya akan menemui Dani terlebih dahulu"
Arsen hanya menganggukkan kepalanya kemudian mulai berkutat dengan berkas berkas itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 273 Episodes
Comments
alis ada sebelas?
2024-06-08
0
Tika Putri
kalo aku ga bisa punya bapak kaya daddy arsen,nanti suamiku aja deh yg kaya daddy arsen, pesen satu ya, ya Allah wkwkwkwk
2022-08-01
0
Berdo'a saja
👍👍👍👍👍👍❤️❤️❤️
2022-06-08
0