Lagi pengen update 😂😂😂
Happy reading ❤️
Dua Minggu berlalu setelah kembalinya fabian dan Renata dari Semarang.
Saat ini Renata sedang berada di apartemen Fabian. Untuk pertama kalinya Renata menginjakkan kakinya di apartemen kekasihnya itu.
Sudah 2 hari ini Fabian tak masuk kerja karena sakit maag yang dideritanya. Makan yang tidak teratur menjadi salah satu faktor penyakitnya kambuh.
"Apa aku harus sakit terus ya biar kamu mau datang. Ini aja udah 2 hari sakit kamu baru mau kesini," ucap Fabian manja.
Renata terkekeh mendengar keluhan Fabian. Bukannya tak ingin segera datang tetapi karena EOM ( End of Month ) membuat volume pekerjaan Renata bertambah.
Tidak seperti Fabian yang langsung datang ketika Renata sakit. Sebenernya Renata pun merasa bersalah tapi bagaimana lagi ,dia hanya seorang karyawati biasa yang harus patuh dengan peraturan dikantornya.
Tatapan mata Renata berkeliling, memindai keadaan apartemen Fabian yang sangat mewah meski tampilannya minimalis. Di dominasi warna abu putih dan sedikit warna hitam terlihat begitu maskulin.
Sofa yg besar, tv layar lebar, beberapa lukisan, malah ada bar pribadi disana. Semua furniture pun terlihat serasi. Renata begitu takjub. Selera Fabian memang sebagus itu.
"Tunjukkan aku dimana dapurnya Fabian."
Fabian menarik tangan Renata untuk mendekat. Bukannya membawa wanita itu ke dapur, Fabian malah membawa Renata ke pelukannya.
Fabian merebahkan tubuh Renata di atas sofa empuk di ruang TV nya. Untuk sesaat tatapan mata meraka saling bertemu.
Tanpa aba - aba Fabian membenamkan bibirnya diatas bibir Renata. Mengecap, menikmati kelembutan bibir ranum kekasihnya. Fabian melakukannya dengan lemah lembut seolah-olah mengajarkan bagaimana caranya berciuman pada Renata.
Renata membalas ciuman itu dengan susah payah. Mencoba memberikan apa yang Fabian inginkan. Mulutnya terbuka ketika Fabian berusaha mengeksplorasi lebih dalam lagi. Lidahnya membelit, menggelitik mengecap kenikmatan yang saling diberikan.
Seolah tak dapat menahan diri , tangan Fabian mulai memberikan sentuhan sentuhan halus pada tubuh Renata. Nafasnya makin memburu, tanpa memisahkan tautan bibir mereka Fabian terus berusaha menggiring nafsu Renata.
Tanpa Fabian sadari tangannya telah meremas gemas 2 benda kenyal milik Renata.
Renata terkesiap dan bergerak gelisah. Tubuhnya menikmati tapi tidak dengan akal sehatnya. Dengan sekuat tenaga berusaha mendorong dada Fabian untuk memisahkan diri.
Fabian tersadar dengan apa yang dia lakukan. Renata bukan wanita seperti itu. Tentu saja Fabian merasa malu.
"Sayang maafkan aku. Aku, hampir saja tak bisa menahan diri." Ucap Fabian benar benar merasa menyesal, seraya menarik dirinya dari atas tubuh Renata.
Renata menundukkan kepalanya malu. Dia malu pada dirinya sendiri, untuk sesaat dia pun menginginkan lebih. "Jadi tak semua salah Fabian," ucap Renata dalam hati.
Fabian mengangkat dagu Renata menatap bola mata coklat karamel itu.
"Hei, sayang aku benar benar minta maaf, aku menyesal" ucapnya lembut. "Bibirmu sampai bengkak begini, maaf." Lanjutnya sembari mengusap bibir Renata yang membengkak karena ulahnya.
"Damn ! Fabian tahan dirimu." Maki Fabian dalam hati.
"Its oke, mmm maaf Fabian aku ga bisa kasih apa yang kamu mau. A.. aku belum siap," ujar Renata terbata.
Dalam keadaan gugup pun Renata terlihat menggoda. Bersusah payah Fabian menahan gairahnya.
"Yuk aku tunjukkan dimana dapurnya." Fabian berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
***
Renata terlihat begitu asik memasak di dapur Fabian.
Fabian duduk di bangku memperhatikan. Terlintas di pikirannya bagaimana setiap pagi Renata akan memasak di dapurnya.
Seorang anak perempuan dan anak laki laki yang lebih muda berebut makanan dan mengadu padanya. Anak perempuan ini manja namun menggemaskan, anak lelaki itu begitu jahil namun terlihat lucu.
Belum lagi seorang anak yang duduk dipangkuan nya terus bergumam karena belum lancar bicara menarik narik dasinya.
"Oh my God," Fabian mendesah. Baru saja ia membayangkan Renata, dirinya dan anak mereka di dapur bersama. Walaupun yang terbayang hanya hal sederhana tapi begitu manis.
Tak pernah Fabian membayangkan hidup bersama seorang wanita kecuali Renata.
Fabian bangkit dan meninggalkan Renata sendiri di dapur. Berdiam diri disana membuat otaknya berfikir terlalu jauh.
Menyalakan Televisi yang menampilkan acara olahraga favorit nya. Fabian berusaha mengalihkan pikirannya dari khayalannya bersama Renata dan anak mereka.
Nanti dirinya akan berebut remote tv bersama kedua anaknya yang telah beranjak besar, Renata memangku anak yang belum jelas berbicara itu dan membawa cemilan untuk dinikmati.
"Damn Fabian kenapa lo bayangin itu lagi," Fabian bicara pada dirinya sendiri.
Fabian menutup wajahnya dengan kedua tangannya berusaha menghilangkan bayangan bayangan manis itu.
Bagaimana mungkin dia bisa membayangkan itu. Padahal dia sadar saat ini posisinya sangat sulit.
Fabian mengacak rambutnya frustasi.
"Aaarrrgggggghhhh," teriaknya tertahan.
***
"Fabian sayang ayo bangun, makanannya udah siap." Renata berusaha membangunkan Fabian yang tertidur di sofa.
Fabian membuka matanya, hal pertama yang ia ingat adalah bayangan bayangan manis itu. "Ah ternyata hanya mimpi," gumam Fabian. Dan mereka pun berjalan menuju ruang makan.
Mereka tengah menikmati makan malam yang disajikan Renata. Meskipun sedang menikmati makan malamnya tapi pikiran Fabian kembali pada bayangan dia, Renata dan anak anaknya. Di satu sisi dia sangat menginginkan itu semua namun di sisi lain Fabian tak bisa melakukan nya.
Fabian hanya mengaduk adukan makanannya sembari sesekali mencuri pandang pada Renata.
"Apa makanannya ga enak ? Kamu ngelamun terus."
"Ini enak banget, sampai speechless aku." Fabian mengelak dan dengan segera menghabiskan makanannya.
***
Renata membersihkan peralatan makan yang tadi digunakan. Rambutnya yang dicepol menyisakan anak-anak rambut yang terlihat berantakan tapi menggoda.
Fabian terus menatap Renata dari tempat duduk yang letaknya tak jauh dari Renata berdiri. Pikirannya selalu dihantui bayangan-bayangan yang terus melintas tentang dirinya dan Renata dalam ikatan cinta pernikahan.
Batinnya gamang, merasa berada di persimpangan antara ingin memiliki Renata seutuhnya di sisi lain tak mungkin melakukannya. Fabian memiliki rahasia dalam hidupnya.
Tapi hati dan pikirannya tak lagi sinkron. Fabian berjalan menuju dimana Renata berdiri sambil merapikan piring dan sendok yang telah dibersihkan.
Dengan lembut Fabian melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping Renata. Memeluk wanita itu dari belakang.
Renata terkesiap
"Biarkan aku tetap seperti ini. Please...." Fabian berbisik di telinga Renata.
Renata membiarkan Fabian memeluk nya, dan tak lama Fabian menundukkan kepalanya. Menghirup aroma khas tubuh Renata, membuat Renata meremang seketika.
"Menikahlah denganku, Renata.."
Renata begitu terkejut. Belum juga menjawab, Fabian telah kembali berbicara.
"Semenjak pertama kali aku melihatmu, hanya kamu yang ada di hati dan pikiranku. Tak pernah aku menginginkan seorang wanita seperti aku menginginkanmu."
"Aku ingin kamu yang pertama kali aku lihat ketika aku membuka mataku di pagi hari, dan aku ingin kamu yang terakhir aku lihat ketika aku menutup mataku dimalam hari sebelum aku tertidur."
"Aku ingin kamu menjadi istriku, ibu dari anak-anakku dan berbagi bahagia denganku. Aku berjanji bahagia mu akan menjadi yang utama diatas segalanya.."
"Renata Oktalia, will you marry me ?"
Hening....
Dan setetes air mata pun jatuh membasahi lengan Fabian yang melingkar di perut datar Renata.
TBC....
Part sebelumnya untuk maduku Nurul 😚😚😚
makasih udah bantu 😂😂😂
Makasih yang udah baca ❤️❤️❤️
Much love 😘😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Aysana Shanim
Sulit sekali,, suliiitt kalo jadi fabian. 🥺
2024-03-20
0
Dewi Nurmalasari
jadi yg utama tpi diduain bertahun2 sm penipu
2023-09-30
0
Dewi Nurmalasari
klo g bisa jalanin napa kasi harapan,, kasian renata
2023-09-30
0