"Aku tak sebaik itu Renata, percayalah."
"Tapi aku akan berusaha menjadi yang terbaik hanya untukmu."
Jawab Fabian sembari memasukkan anak rambut Renata kedalam lengkungan daun telinganya dan dengan tatapan mendalam yang sangat sulit Renata artikan.
***
Semenjak kepergian Fabian dari apartemennya, kata - kata pria itu selalu terngiang di telinganya. "Aku tak sebaik itu Renata, percayalah. Tapi aku akan berusaha menjadi yang terbaik hanya untukmu."
Pria seperti apa sebenarnya Fabian, meski belum lama mereka berkenalan dan memutuskan menjalin kasih, Fabian selalu bersikap baik dan memperlakukan nya seperti seorang ratu. Pernah satu waktu pria itu bersikap dingin adalah ketika ia cemburu. Bukannya cemburu menandakan bahwa Fabian benar mencintainya ?
Seperti Renata yang benar benar sudah jatuh cinta. Renata hanya berharap pada Tuhan agar Fabian mencintai dirinya, seperti dia mencintai Fabian. Setiap tak ada Fabian hatinya merasa sepi.
Kenapa mudah sekali baginya jatuh cinta pada pria yang baru ia kenal.
***
Siang itu sesuai janji Fabian menjemput Renata, meluangkan sedikit waktunya disela sela kesibukan yang dia jalani.
Sebenernya Renata telah menolak, reaksi Fabian terlalu berlebihan hanya karena dia terserang flu.
Tapi meyakinkan Fabian sepertinya sangat sulit. Tak ingin berdebat Renata akhirnya menuruti saja.
Kini mereka sedang menunggu giliran panggil di sebuah Rumah Sakit ternama di daerah bilangan Jakarta Selatan.
Entah kenapa Fabian terlihat lebih ceria tersenyum sendiri. "Apa Fabian gila ?" Batin Renata dalam hati. "Jangan sampai ya Tuhan....."
"Sayang, kenapa kamu senyum senyum sendiri ? Kamu ga stress kan ?"
Fabian menoleh pada Renata, terkejut dengan apa yang wanita itu tanyakan.
"Kamu pikir aku gila, Sayang ? Tentu tidak pacarmu ini sehat lahir batin." Jawab Fabian tak terima dengan pertanyaan yang Renata lontarkan.
"Terus kenapa ketawa sendiri melulu?"
"Kamu lihat sayang, dari tadi orang orang melihat kita. Mungkin mereka kira kita ini pengantin baru yang sedang mengantri ke dokter kandungan." Katanya terkekeh.
"Dan aku menyukai itu. Aku sedang melakukan cosplay jadi suami idaman."
"Perhatikan ini," ucapnya
"Sayang apa kamu masih mual ? Mau aku ambilkan minum atau memijat pundakmu ?" Ucap Fabian dengan meninggikan suaranya. Sontak orang orang sekitar mereka menoleh dan tersenyum melihat kemesraan suami istri palsu ini.
"Istri saya sepertinya hamil." Ucap Fabian. Dan demi apapun wajah Renata merona merah menahan malu.
"Fabian apa kamu gila?
"Kenapa harus malu, ternyata se - menyenangkan ini jadi suami." Kekehnya.
Tak lama mereka pun dipanggil ke dalam ruangan periksa. Seperti yang Renata rasakan ia hanya flu biasa. Hanya saja Fabian terlalu lebay menanggapinya.
Keluar dari ruangan pemeriksaan, kembali Fabian memperlakukan Renata seperti wanita ringkih yang butuh perhatian. Ya dia sedang menikmati cosplay nya menjadi suami.
***
Dalam waktu seminggu Renata telah kembali sehat, sudah bekerja seperti biasa dan hubungan nya dengan Fabian semakin dekat.
Tak ada satu hari pun yang terlewatkan untuk bertemu. Walaupun jadwal kerja Fabian yang padat, pria itu selalu meluangkan waktu untuk bertemu meski hanya sekedar makan siang.
Seperti siang ini mereka habiskan waktu bersama untuk makan siang di restoran yang terletak dekat area perkantoran mereka.
"Mmm, Sayang pekan ini mami papi ku pulang ke Jakarta. Kalau kamu gak keberatan aku ingin ajak kamu ketemu kedua orang tuaku."
"Pppfft," seketika Renata menyemburkan minuman yang ada di mulutnya karena kaget.
"A...a...Apa kamu yakin ? Kita kan baru berkenalan 2 bulan ini. Apa gak terlalu cepat?" Tanya Renata pada Fabian dengan tergagap dan cemas.
"Aku gak pernah seyakin ini. Kedua orang tuaku pasti akan sangat menyukaimu. Kamu jangan khawatir."
" Kebetulan kakakku dan keluarganya akan hadir juga jadi bisa sekalian berkenalan."
"Please mau ya?" Fabian berusaha meyakinkan Renata.
Renata nampak berfikir untuk sesaat menimbang nimbang apa ini keputusan tepat bertemu keluarga Fabian secepat ini dan apakah mereka dapat menerima dirinya yang hanya orang biasa saja.
"Ini pun sebagai bukti bila aku memang serius padamu Renata."
Renata tak menjawab hanya mengangguk an kepalanya tanda setuju.
Fabian meraih tangan Renata dan mencium punggung tangannya. "Terimakasih," ucapnya pada Renata.
***
Hari Minggu telah tiba, sesuai anjuran teman temannya Renata membuat kue brownies untuk dibawa sebagai buah tangan untuk kedua orang tua Fabian.
Brownies coklat dan brownies keju telah dikemas dengan cantik dan dia pun bersiap-siap.
Pukul 11 siang Fabian telah datang menjemput. Serangan panik mulai melanda jari jemarinya mulai terasa dingin , perutnya terasa mulas padahal belum juga bertemu.
Renata mengenakan celana hitam model straight, blouse peach lengan panjang dan sendal wedges berwarna mocca. Hari ini ia ingin terlihat sopan saat pertama bertemu dengan orang tua Fabian.
Dengan dua dus brownies buatannya mereka pun berangkat.
"Kamu akan baik-baik saja. Percayalah." Ucap Fabian sambil mencium gemas pucuk kepala Renata.
***
Tak membutuhkan waktu lama, kini mobil yang mereka tumpangi sudah memasuki gerbang utama rumah orang tua Fabian.
Terlihat rumah atau yang lebih pantas disebut mansion dengan nuansa putih dan emas. Benar benar memperlihatkan kemewahannya.
Renata semakin cemas dengan kedua tangannya yang berkeringat dan saling meremas. Tentu saja Fabian menyadari kecemasan Renata.
Fabian membantu melepaskan sabuk pengaman Renata. Kemudian mengecup bibir Renata sekilas. "Kamu pasti akan sangat diterima,Sayang. Jangan cemas."
Dan mereka pun keluar dari mobil dengan tangan bergandengan.
Pintu rumah dibuka oleh seorang pelayan berseragam putih hitam. "Anda , sudah ditunggu di ruang makan utama Tuan," ucapnya dan kemudian menundukan kepala pada Renata sebagai tanda penghormatan.
"Baiklah, terimakasih."
Rumah bergaya Eropa ini sungguh luar biasa, dengan sofa besar khas Italia, beberapa lukisan , guci guci pajangan dan furniture yang melengkapi kemewahannya. Mata renata terpesona dengan semuanya.
" Ini kah gadis yang bernama Renata?" Tanya seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat sangat cantik.
Untuk sesaat Renata terkesiap. Melihat Fabian yang segera memeluk wanita itu hangat, Renata yakin itu adalah ibunya.
"Ayo masuk Sayang. Kami sudah menunggumu dari tadi."
"Kenalin , aku maminya Fabian." Ucapnya ramah.
"Fabian sering banget omongin kamu dan senang akhirnya kita bisa ketemu."
"I..i ya Tante, senang berkenalan dengan tante. Saya bawa brownies untuk tante." Ucap Renata seraya menyerahkan 2 bungkusan kue tersebut.
Mami Fabian menyambut Renata dengan hangat bahkan memberikan sebuah pelukan. Sedikit hilang kecemasan Renata.
Mereka berjalan beriringan menuju ruang makan. Disana telah menunggu ayah Fabian. Kakaknya beserta anak - anak dan istrinya.
Ayah Fabian menyambut Renata dengan terbuka dan hangat, begitu juga kakaknya yang bernama Sakti. Istri Sakti yang bernama Kirana begitu ramah, dia bercakap-cakap dengan Renata seolah-olah telah lama saling mengenal.
" Kamu tahu, Renata ? Fabian selalu membicarakan mu," ucap Kirana.
"Betulkah kak ? Apa yang dia bilang?"
"Katanya dia (Fabian) punya pacar yang sangat luar biasa. Dan benar benar-benar mencintainya."
Renata merasa terkejut dan senang dalam waktu bersamaan.
Mereka makan siang dalam suasana yang hangat penuh kekeluargaan. Sesekali ayah Fabian bertanya tentang latar belakang Renata, dan renata menjawab semua pertanyaan dengan jawaban yang sesuai kenyataan.
Bahwa ia berasal dari keluarga dengan status ekonomi menengah. Ayahnya seorang pegawai swasta, ibunya hanya ibu rumah tangga. Dan banyak hal lainnya yang Renata jelaskan.
Secara jelas kedua orang tua Fabian menerima Renata dengan tangan terbuka. Yang penting bagi mereka adalah Renata seorang wanita baik baik. Dengan asal usul yang jelas. Karena kedua orang tua Fabian pun tidak terlahir langsung menjadi sultan tapi dengan kerja keras dan doa mereka bisa menjadi sukses. Renata sangat bersyukur dengan semua ini. Yang ia khawatir kan soal penolakan ternyata tidak terjadi, bahkan kedua keponakan Fabian pun tak segan untuk bermanja-manja pada Renata.
Selama perjamuan makan siang ini dengan tak malu-malu Fabian bersikap manis pada Renata.
Renata yang merasa malu, protes terhadap Fabian. "Gak apa-apa sayang aku lagi latihan cosplay jadi suami." Kedua orang tua Fabian tertawa. "Semoga secepatnya jadi suami beneran bukan cuma sekedar cosplay," Sakti menimpali. Dan ya wajah Renata merona karena bahagia.
TBC
*Cosplay :
Berasal dari singkatan Costume dan Play, bisa saja berkembang menjadi "Costume Player", yang artinya adalah istilah untuk meniru dan menggunakan costum atau pakaian pada tokoh-tokoh Anime, Game Online, Film favorit atau tokoh lainnya yang ingin diperankan.
Sumber : Mbah gugel 😂
Thank you for reading ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Dewi Nurmalasari
yang terbaik,, tapi bertahun2 nipu 2 cwe gila
2023-09-30
0
Windarti08
iya... kamu emang suami idaman sebelum negara api menyerang 😬
2023-08-14
0
Nartadi Yana
ternyata memang Febian jadi cosplay suami sampai akhirnya kecelakaan bersama wanita lain
2023-07-26
0