Kembali ke rumah sakit dimana Fabian berada dengan setengah jiwaku melayang entah kemana.
"Mami, ayo beristirahat di hotel."
"Ada aku yang akan menunggu disini, " ucapku .
"Mami tak akan tinggalkan Fabian." Tolaknya keras kepala.
Tak ingin berdebat kami semua menunggu disini kecuali Kirana yang kembali ke hotel untuk ikut menemani Celia.
"Maaf Ren, besok aku kembali ke Jakarta."
"Banyak pekerjaan yang harus aku lakukan."
"Tugas Fabian pun aku yang handle."
"Nanti hendrik dan beberapa orang akan ku suruh untuk berjaga disini," ucap Ka Sakti.
Aku hanya menganggukan kepala tanda setuju. Sudah tak ada tenaga untuk apapun.
"Mami harus bicara sama kamu Renata."
Mami menuntun aku ke tempat yang agak jauh dari ka Sakti.
"Renata, tentu kamu tau ada wanita lain yang ikut jadi korban bersama Fabian."
" Sakti sudah jelasin bukan siapa Lea ?"
Aku hanya menganggukan kepala tanpa bicara apapun.
"Mami harap kamu tidak menceritakan ini pada siapa pun termasuk papi ( ayah Fabian) dan orang tuamu."
"Mami ga mau menambah beban mereka."
"Kamu ngerti kan ?" Pertanyaan itu mengakhiri percakapan ini, tanpa jawaban apapun dari mulutku.
***
Hari ke 2 pasca kecelakaan orang tuaku datang dari Semarang. Ibu memeluk ku erat dan meminta ku untuk banyak berdoa dan bersabar. Tentu saja itu yang selalu ku lakukan.
Ka Sakti dan istrinya telah kembali ke Jakarta. Rencananya sore ini ibu mertuaku juga kembali ke Jakarta bersama Celia dan kedua orang tuaku.
Celia tak bisa meninggalkan sekolah terlalu lama dan kasian juga Celia disini melihat daddy nya dalam keadaan seperti ini pasti membuat nya sedih.
Cih daddy, perasaan ketidaksukaan ku pada Fabian mulai muncul.
Keadaan Fabian dan wanita itu yang aku menyebut namanya saja tidak sudi belum ada perkembangan berarti. Masih sama seperti hari kemarin.
Aku menunggu dan menanti dengan perasaan yang hampa.
Tepat jam makan siang mami menghampiri ku dengan seorang dokter spesialis kerabat dari Fabian. Seperti nya dia yang akan menangani Fabian selanjutnya.
"Renata, kenalin ini dokter Jamie yang selanjutnya akan ikut menangani Fabian".
Tepat seperti dugaanku.
"Jamie." Sapanya hangat dan mengulurkan tangan untuk bersalaman.
"Renata, istri Fabian." Ku sebut kata istri dengan perasaan jijik.
" Tanganmu dingin sekali, are you oke Renata ?"
"Sudah makan ?"
"Kamu juga harus jaga kesehatan loh" kaatanya ramah.
"Mmm bagaiman kalau kita makan siang dulu, sambil ngobrol." Ajak mami
"Toh Fabian ada orang tuamu yang jaga."
Lagi lagi aku hanya menganggukan kepala tanda setuju.
Jujur saja aku merasa lelah atas semua ini rasanya tak ada tenaga bahkan untuk bicara sekali pun.
Kami bertiga duduk di sebuah cafetaria yang terletak tak jauh dari rumah sakit.
"Makan ya Renata, jangan sampai nanti sakit," ucap Jamie.
Jamie memang orang yang ramah.
"Ya tentu," Kataku
"Kita pertama kali bertemu ketika kamu dan Fabian menikah."
"Tentu kamu tidak akan ingat, sudah lama sekali".
"Dan setelah pernikahan kalian, aku kembali ke Jerman dan menetap disana."
"Jamie ini anak tante Lily sepupu jauh papi Fabian". jelas mami
Aku hanya ber oh ria. Tak tau harus menanggapi apa.
"Jamie ini studi kedokteran di Jerman dan kebetulan sedang ada di Jakarta makanya mami minta tolong Jamie untuk membantu."
"Renata, mami lihat kamu ini seperti mayat hidup."
"Tak ada semangat."
"Bersedih boleh, kecewa boleh."
"Tapi kamu harus sadar lelaki tampan dan kaya seperti Fabian wajar bila mempunyai perempuan lain."
"Disinilah kita sebagai wanita harus kuat."
" Bukan begitu Jamie ?".Tanya ibu mertuaku pada Jamie untuk mencari pembenaran dengan apa yang dia katakan.
Jamie hanya memberikan tatapan dalam dan teduh ke arahku tanda dirinya ikut prihatin dengan apa yang aku rasakan.
"Apa mami pernah merasakan apa yang aku rasakan?"Tanyaku.
"Ti.. tidak, mami tak pernah merasakannya."
"Karena papi tidak pernah seperti ini," jawab nya
"Well.. mami ga akan pernah mengerti apa yang aku rasakan." Jawabku dengan air mata yang lancang lolos dari mataku.
"Tapi tetap saja kamu harus kuat, apalagi kondisi Fabian seperti ini."
"Fabian akan sangat membutuhkan mu."
"Jadi kesamping kan dulu segala rasa sakit hatimu."
Ingin rasanya aku berteriak pada mami Fabian untuk menumpahkan segala rasa di dada tapi aku tak bisa. Kukepalkan kedua tanganku dengan kuat dibawah meja untuk mengurangi segala rasa kesal, kecewa sedih yang kurasakan sendiri.
"Saat ini Fabian butuh dukungan dan doa dari orang orang terdekatnya agar dapat bertahan."
"Terutama darimu dan anak kalian."
"Jadi ku harap kamu kuat lalui ini semua," ucap jamie berusaha untuk menenangkan aku.
"Terimakasih atas masukannya," ucapku dengan pandangan kosong ke sembarang arah.
Dan makan siang pun dilalui dengan sunyi tak ada obrolan lainnya.
Ya Tuhan kuharap badai ini segera berlalu.. doaku dalam hati
TBC....
Jangan lupa like dan komen ya genks
its mean a lot 😍😍😍
Much love 😘❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Alfi Fatmayani
jadi selama ini mertuanya tau perselingkuhan anaknya
2023-10-29
1
Alfi Fatmayani
belum apa2 udah sebel aja sama mertuanya...
2023-10-29
0
Dewi Nurmalasari
wow secara g langsung mertuanya mentolerir anaknya selingkuh
2023-09-30
1