Eps sebelumnya di kisah cinta aku dan dirinya.
Eh Renata dan Fabian.
Happy Reading ❤️
Tiba tiba notifikasi pesan masuk berbunyi. Dengan malas Renata mengambil ponsel yang tergeletak di meja dan nampak nama Fabian sebagai pengirim.
Berkerut alis bertanya tanya kenapa tiba-tiba Fabian menghubunginya lagi. Dengan perasaan ragu Renata membuka pesan itu.
Fabian : Renata, bolehkah aku merasa cemburu sama kamu ?
Renata membaca pesan itu berulang ulang. Berfikir apakah Fabian salah mengirim pesan ?. Tapi di pesan tertulis namanya.
Renata mengucek matanya, dia takut apa yang dia baca hanya halusinasi. Balasan apa yang harus dia berikan pada Fabian. Karena Renata tidak mengerti maksud dari pesan tersebut. Renata berfikir sejenak.
Ketika jarinya akan mulai mengetik balasan pesan tiba tiba bel pintu apartemennya berbunyi.
Dengan langkah malas Renata membuka pintu apartemennya.
Buket bunga mawar putih yang indah menyambut Renata ketika membuka pintu. Wajah sang pengirim bunga terhalang oleh buket bunga tersebut.
...
...
Perlahan lahan buket bunga itu bergerak menurun dari wajah si pengirim dan terlihat lah wajah Fabian dibaliknya.
Untuk sesaat mereka beradu pandang.
"Untuk mu." Ucap Fabian seraya menyerahkan buket bunga tersebut pada Renata. Mawar putih memang bunga favorit Renata.
Renata menerima buket bunga tersebut dan menghirup dalam aroma khas bunga mawar ditangannya.
"Terimakasih." Ucapnya.
"Boleh aku masuk?"
"Oh sure, ayo masuk Fabian." Renata mempersilahkan Fabian masuk.
Untuk pertama kalinya Fabian masuk kedalam apartemen Renata. Meskipun sederhana tapi sangat rapi. Apartemen bernuansa pastel ini sangat cocok dengan kepribadian Renata yang lembut dan penurut.
Renata meletakkan buket bunga tersebut di meja di ruang TV, dan mempersilahkan Fabian untuk duduk.
Renata meninggalkan Fabian untuk menyediakan minuman.
Mata Fabian kini hanya tertuju pada wanita yang baru saja meninggalkannya. Renata terlihat cantik meski dengan tampilan seperti ini dan tanpa make up. Sejenak Fabian memperhatikan kaki jenjang Renata yang hanya memakai celana sejengkal tangan.
Naluri ke-lelakiannya bangkit. Fabian dengan susah payah menelan Salivanya. Berusaha meredam hasrat yang tiba tiba muncul. "Damn." Makinya dalam hati.
Renata datang dengan membawa satu cangkir teh hangat.
Fabian berusaha mati matian agar kewarasan nya tetap pada tempatnya.
Hening...
"Maafkan aku Renata." Ucap Fabian memecah keheningan.
"Buat?"
"Aku yang tidak memberikan mu kabar."
"Juga aku yang dengan lancang merasa cemburu padamu."
"Aku gak ngerti kenapa kamu cemburu?"
"Katakan lah aku bodoh Renata, aku cemburu melihat mu makan siang dengan atasanmu." Jawab Fabian dengan kepala tertunduk.
"Tapi kita.."
Fabian sudah memotong pembicaraan Renata yang belum selesai.
"Aku tak suka lihat kamu dekat dengan lelaki lain meskipun aku tahu dia hanya sebatas teman ....." Belum juga kalimat Fabian selesai diucapkan, terdengar bunyi perut yang meminta diisi.
"Kruuukkk." Perut Renata berbunyi. Membuat Fabian tersenyum geli.
Renata menundukkan wajahnya karena malu. Sungguh tidak tau diri cacing cacing di perutnya.
"Apa perlu aku minum combantrin ?"
"Merusak suasana saja," batin Renata dalam hati.
"Ayo makan dulu."
"Kita bicara lagi nanti."
"Tapi aku baik baik aja ga lapar"
Fabian tertawa
"Boong banget," ujarnya terkekeh.
"Cepet ganti baju."
Renata menggati bajunya dengan skinny jeans warna biru navy dan sweater hitam serta sepatu flat warna peach. Sedikit polesan make up membuat Renata terlihat cantik.
Tak lama mereka sudah berada didalam mobil Fabian menuju tempat makan yang diinginkan Renata.
Inilah salah satu hal yang disukai Fabian. Renata selalu bisa menentukan dimana ia ingin makan tanpa memberikan kode kode yang sulit Fabian artikan.
Pilihan kali ini adalah cafe yang menyediakan olahan daging steak yang cukup terkenal di Jakarta.
Mereka duduk di sebuah kursi dengan letak yang cukup terpisah dari kursi lain sehingga lebih terasa private.
Kali ini Renata memesan tenderloin steak saus lada hitam dan mojito leci sebagai minumannya. Fabian memesan makanan yang sama dengan iced coffee sebagai pendamping nya.
"Mmm," Renata bergumam, berusaha membuka pembicaraan.
"Apa yang kamu lakukan selama di Bandung ?"
"Beberapa kali aku hubungi tetapi tidak bisa, bukannya ingin mencampuri urusan pribadimu. Aku hanya khawatir saja," ucap Renata dengan lembut berusaha mencari tau kenapa Fabian menghilang. Tanpa menunjukkan bahwa sebenarnya Renata merasa putus asa dengan menghilangnya Fabian.
Tetiba hati Fabian menghangat ketika mengetahui Renata mengkhawatirkannya. Namun rasa hangat itu hilang seketika, mengingat alasan sebenernya mengapa ia menghilang. Untuk sejenak dadanya terasa sesak dan menarik nafas dalam untuk menenangkan diri.
Fabian memiliki sesuatu yang dia sembunyikan dan teramat sangat takut apabila Renata mengetahui nya.
"Aku ada acara keluarga," jawab Fabian sedikit terbata.
"Karena jarang ikutan jadi aku matikan ponselnya."
"Biasalah keluarga suka protes, bila aku berkutat dengan ponselku."
"Oh, begitu," Matanya menatap mata Fabian mencari kebenaran disana. Tetapi tatapan mata Fabian terlalu sulit untuk diartikan.
Renata mengiyakan alasan Fabian walaupun Renata sebenarnya tidak begitu yakin dengan alasan yang Fabian berikan.
Seperti yang dia pikir sebelumnya dia tak ada ikatan apapun pada Fabian. Sehingga tidak bisa menuntut penjelasan.
"Kemarin itu pak Chandra memintaku menemaninya minum kopi." Lanjutnya
"Dia lagi bingung karena suka sama temen aku,Rindu."
"Kamu udah kenal Rindu juga kan?" Jelas Renata agar Fabian tidak salah sangka.
"Aku gak mau kamu berpikiran bahwa aku bisa dengan mudah pergi dengan sembarang lelaki. Aku bukan perempuan seperti itu."
"Maaf," ujar Fabian pada Renata dan menggenggam tangganya. "Maaf aku yang merasa cemburu."
Dapat Fabian lihat dengan jelas bagaimana wajah Renata yang merona.
Tak lama semua pesanan datang. Dengan cekatan Fabian mengambil alih piring steak Renata dan mulai memotong - motong daging steak tersebut hingga menjadi bagian-bagian kecil yang siap dimakan.
Renata selalu terkejut dengan hal hal kecil tapi manis yang Fabian lakukan padanya.
Renata selalu merasa dilayani, merasa dirinya menjadi ratu. Ini yang membuat Renata terjebak dalam cinta sendiri pada Fabian. Cinta ? Ya tanpa Renata sadari dirinya telah jatuh cinta pada pesona Fabian Nugraha. Padahal dirinya baru mengenal Fabian beberapa Minggu terakhir saja.
Fabian menyerahkan piring steak yang telah ia potong.
"Fabian, aku juga bisa melakukannya." Renata protes terhadap apa yang Fabian lakukan, tapi Fabian tidak menggubrisnya.
"Aku bisa menyuapi mu, bila kamu mau."
"Akan aku lakukan dengan senang hati." Ucap Fabian dengan menatap dalam mata Renata dan menggenggam tangannya.
Fabian bisa dengan mudah membuat hati seorang Renata luluh lantak. Padahal sebelumnya Renata sudah menata hati untuk berpisah dari hubungan tak jelas ini.
Baru saja siang tadi Fabian bersikap seperti singa yang menyeramkan, malam ini tingkahnya seperti anak kucing yang menggemaskan. "Sungguh lemah hati ini," gumam Renata.
Renata menarik genggaman tangannya secara halus, dan mulai memakan tenderloin steak yang tersaji.
Fabian dan Renata pun menikmati makan mala yang pertama kali mereka lakukan.
Mereka berbincang di sela kegiatan makan malam itu. Keadaan yang sebelumnya sempat menegang kini telah mencair.
Tak terasa hampir 2 jam mereka habiskan waktu bersama. Sudah hampir pukul setengah sebelas malam. Cafe pun sudah mulai sepi ditinggalkan para pengunjung nya. Hanya beberapa orang saja yang masih bertahan.
"Kita harus pulang sekarang, besok harus kerja kan?" Renata mengajak Fabian untuk pulang.
"Ayo sebentar aku bayar dulu."
Fabian dan Renata melangkah kan kaki mereka keluar dari cafe tersebut.
Hujan rintik rintik menyambut kedatangan mereka.
"Kita lari saja, gimana?"
"Nanti aku tutupin kepala kamu pakai jaket." Ucap Fabian seraya membuka jaket yang ia kenakan.
"Baiklah."
Fabian menutup kepala Renata dan dirinya dengan jaket. Berlari kecil menuju mobil yang terparkir.
Aroma shampo wangi bunga menguar dari rambut Renata dan memanjakan indra penciuman Fabian.
Fabian menantikan momen sedekat ini dengan Renata. Tak bisa Fabian sangkal, ia sangat merindukan wanita yang ada dalam lindungan nya ini.
Sudah hampir sampai di pintu mobil. Dengan refleks Fabian memutar badan Renata agar menghadapnya.
Fabian tenggelam dalam tatapan iris mata Renata yang berwarna coklat karamel. Tak perduli dengan hujan yang turun membasahi. Dengan tatapan penuh damba Fabian membenamkan bibirnya ke atas bibir Renata yang lembut.
Renata membulatkan matanya terkejut. Ini pertama kali bagi Renata berciuman.
Renata tak menolak tak juga membalas, tetapi sentuhan manis di bibirnya itu bergetar sampai ke hati dan membuat tubuhnya melemah.
Fabian terus mencumbu bibir ranum Renata. Dan kedua tangannya mendekap erat tubuh Renata, sadar bahwa tubuh yang ada di dalam dekapannya lemas seolah tak bertulang.
Untuk beberapa saat Fabian menikmati pergulatannya di atas bibir Renata namun kemudian dengan perlahan Fabian memisahkan tautan bibir mereka.
Kini dahi dan hidung Fabian saling bersentuhan dengan milik Renata. Matanya saling bertatapan dan kedua tangan Fabian menahan kepala Renata agar tidak menjauh.
Tepat di atas bibir Renata,
Fabian berbisik lirih :
"Aku jatuh cinta padamu,Renata."
TBC...
Semoga suka part ini ya
Terimakasih yang sudah baca 😘😘
Jangan lupa like nya yaa 👍🏻👍🏻
Ketjuuuuup basah dari aku yang gaje ini sebagai tanda terimakasih kwkwkkwkwkw
💋💋💋💋💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Aysana Shanim
Steak plus mojito adalah perpaduan yang yahuuud 😋
2024-03-18
0
Dewi Nurmalasari
tukang tipu, buaya,, apapun alasan lu,, kesalahan terbesar kasi harapan k dua cwe sekaligus
2023-09-30
0
Dewi Nurmalasari
tukang tipu dari awal,,
2023-09-30
0