Sebelumnya di episode anu.
Untuk beberapa saat Fabian menikmati pergulatannya di atas bibir Renata namun kemudian dengan perlahan Fabian memisahkan tautan bibir mereka.
Kini dahi dan hidung Fabian saling bersentuhan dengan milik Renata. Matanya saling bertatapan dan kedua tangan Fabian menahan kepala Renata agar tidak menjauh.
Tepat di atas bibir Renata,
Fabian berbisik lirih :
"Aku jatuh cinta padamu,Renata."
Renata tertegun untuk beberapa saat. Menatap dalam kedua bola mata Fabian. Terlihat tatapan Fabian yang begitu mendamba dan menanti sebuah jawaban.
Akal sehatnya mencoba mencerna apa yang terjadi. Hatinya menghangat dengan pengakuan Fabian.
Renata menjinjit kan kakinya, meraih bibir Fabian dengan bibir ranumnya. Ciuman dibawah hujan ini menjadi jawaban atas pernyataan cinta Fabian.
Fabian membalas ciuman itu dengan suka cita dan memeluk Renata erat.
"Terimakasih," bisik Fabian ditelinga Renata.
***
"Kamu pasti kedinginan," ujar Fabian.
"Maaf membuat mu basah seperti ini." Fabian terlihat sedikit menyesal karena telah membuat Renata kehujanan.
Bila dengan kehujanan Renata mendapatkan hal semanis ini maka ia rela untuk berada dibawah guyuran hujan.
Bayangkan saja ciuman pertamanya Renata dapatkan dibawah hujan. Sungguh romantis seperti adegan di film yang pernah Renata tonton. Hal yang selama ini hanya hayalan kini menjadi kenyataan
"Gak apa-apa," ucap Renata untuk menenangkan Fabian.
Kini mereka telah berada didalam mobil yang tengah membelah jalanan ibu kota. Untunglah jalanan mulai lenggang sehingga tak butuh waktu lama sampai di apartemen Renata.
Fabian menautkan jari jarinya yang dingin diantara jari Renata. Mengantarkan wanita itu sampai pintu apartemennya.
"Masuklah dan segera tidur," ucap Fabian sambil merapikan rambut di sekitar dahi Renata.
"Besok aku jemput makan siang ya."
Fabian menundukkan kepalanya kemudian mencium kening Renata dalam dan beralih melabuhkan bibirnya diatas bibir Renata.
"Good night, nice dream," ujarnya berpamitan tapi seakan enggan meninggalkan.
"You too," balas Renata dengan dada berdebar. Dan akhirnya mereka pun berpisah
Renata membersihkan dirinya, mengganti pakaiannya dengan piyama tidur dan segera bergelung dibawah selimut.
Tangannya terus menyentuh bibir yang tadi telah Fabian cium. Merasa tak percaya dengan apa yang telah terjadi.
Dadanya dipenuhi euforia ciuman pertama.
Tak lama Renata terlelap dalam tidurnya dengan perasaan bahagia.
***
Matanya terbuka tatkala ponselnya bergetar dan notifikasi pesan masuk berbunyi.
Renata tahu siapa yang mengirim pesan karena memang sering dia terima pesan serupa setiap pagi beberapa Minggu terakhir ini.
Fabian : Selamat pagi sayang. Nanti siang aku jemput makan siang ya. Cant hardly wait yo see you love. ( Tak sabar ingin segera bertemu denganmu cinta).
Renata tersenyum bahagia membaca pesan singkat itu. Ada yang berbeda dari pesan yang ia terima saat ini. Kini Fabian memanggilnya sayang. "Ternyata seindah ini jatuh cinta," batin Renata.
Renata : Pagi juga sayang, jangan lupa sarapan. Cant hardly wait to see you too.
Dan pesan pun terkirim.
Renata bangkit dari tidurnya, meregangkan tubuh yang dirasakannya kaku dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Renata merasakan sedikit pening di kepalanya pasti karena efek kehujanan tadi malam.
***
Ketiga temannya berteriak heboh ketika Renata bercerita tentang ikatan cinta yang sudah terjalin antara dirinya dan Fabian.
Bagaimana tidak berteriak, ketiga temannya begitu terkejut dengan berita ini karena selama ini Renata tidak pernah mempunyai hubungan spesial dengan lelaki mana pun.
Mereka ikut berbahagia dan mendoakan agar Renata terus bahagia bersama Fabian.
Makan siang romantis bersama Fabian pun gagal karena ketiga temannya meminta jatah traktiran hari jadian. "Ya ampun kaya anak sekolahan aja, minta ditraktir segala," batin Renata mentertawakan ketiga temannya.
Meskipun begitu Renata dan Fabian merasa bahagia dapat menghabiskan waktu makan siang ini dengan teman-teman Renata, bahkan pak Chandra pun ikut makan siang bersama mereka.
***
Sore ini Renata pulang sendiri ke apartemennya tanpa diantar Fabian. Fabian harus menghadiri briefing di perusahaannya.
Renata merasakan kepalanya yang semakin pusing, hidungnya kini mulai terasa mampet dan badannya demam. Sepertinya flu mulai menjangkiti dirinya.
Renata mengganti bajunya dengan setelan training dan membalutkan selimut ke tubuhnya. Tak lama Renata tertidur.
Ponsel Renata yang berbunyi terus menerus dan bergetar membangunkannya. Tangan Renata menggapai telepon dan menjawab panggilan.
Fabian : "Sayang kok lama angkat telepon nya?".
"Kamu dimana ?"
Renata : "Maaf aku ketiduran." Menjawab pertanyaan Fabian dengan suara parau.
Tak lama Fabian mengganti panggilan nya ke mode video call.
Terlihat wajah Renata yang memerah dan bergelung dibawah selimut memenuhi layar ponselnya.
Fabian : "Kamu sakit?"
Renata : "Ah cuma pilek doang, aku gak apa apa."
Fabian : "Udah makan ?" "Udah minum obat?"
Renata : "Udah."
Jawab Renata bohong. Ia tak mau Fabian merasa khawatir. Terlebih lagi Fabian terlihat masih di kantor dengan wajah lelah dan baju yang tak lagi rapi. "Pasti Fabian sedang sibuk," batin Renata.
Fabian : "Mmm ya sudah kalau begitu. Istirahat ya, semoga cepat sembuh."
"Besok pagi aku akan melihat keadaan mu."
Renata : "Makasih, jangan khawatir Fabian aku beneran gak apa-apa."
Fabian : "Baiklah, love you."
Renata : "Love you too."
Dan mereka pun mengakhiri panggilan video itu.
***
Bel pintu berbunyi dan Renata masih berkutat dibawah selimut di kamarnya.
Bel pintu berbunyi lagi. "Tunggu," Renata berucap sambil melangkahkan kakinya menuju pintu.
Melihat sekilas ke arah jam ternyata sudah menunjukkan pukul 21.20 "Siapa yang datang?" Tanya Renata dalam hati. Tak mungkin Fabian kan ? Pria itu sudah berjanji akan datang besok pagi.
Renata membuka pintu dan terkejut melihat Fabian berdiri didepannya membawa papper bag dan cup makanan. Fabian juga telah berganti pakaian kerja nya.
"Aku yakin kamu belum makan," ucap Fabian sembari menerobos masuk kedalam apartemen Renata.
Fabian meletakkan barang bawaannya dan mengeluarkan nya satu persatu di meja makan di dapur apartemen Renata.
Bubur ayam, madu, susu, minyak ekaliptus (minyak kayu putih) dan sepasang kaus kaki. Barang barang yang fabian bawa
"Kamu duduk aja," teriak Fabian dari arah dapur.
Renata hanya menurut, rasanya tak ada energi berlebih untuk membalas teriakan Fabian.
Fabian membawa bubur ayam, secangkir air madu hangat di nampan. Kaus kaki dan minyak ekaliptus dia masukan kedalam saku celananya.
"Fabian bukannya kamu sibuk," tanya Renata.
"Hmm, sedikit,"
"Tapi aku yakin kamu belum makan."
"Pulang ke apartemenku sebentar lalu aku mencari tukang bubur."
"Mau ku suapi?" Fabian menyodorkan semangkuk bubur hangat.
"Gak usah aku bisa makan sendiri." Renata mengambil alih mangkok bubur tersebut. Akan sangat malu bila dia disuapi. Pikir Renata.
Fabian terus memperhatikan Renata makan. Ingin memastikan bahwa Renata benar benar memakan bubur nya.
Merasa puas ketika Renata benar benar menghabiskan bubur itu.
"Good girl," pujinya pada Renata.
"Setelah ini minum air madu nya ya, besok kita dokter."
"Aku hanya flu Fabian jangan berlebihan."
Fabian mengoleskan minyak ekaliptus di telapak kaki Renata yang terasa dingin kemudian memakaikan kaus kaki yang ia bawa.
Renata tertegun melihat yang Fabian lakukan. Tidak protes tidak juga menolak.
Fabian mendekatkan dirinya pada Renata, meraih kepala perempuan itu untuk bersandar di dadanya.
Renata menuruti saja, dan dekapan Fabian memang senyaman itu.
"Tidurlah, aku akan menemanimu."
Renata mendongakkan kepalanya menatap Fabian.
Fabian terkekeh "Tenang aku gak akan ngapa ngapain." Kemudian mencium kening Renata dengan penuh rasa sayang. Tak lama Renata terlelap memasuki alam mimpinya.
***
Renata terbangun ketika sentuhan sentuhan seringan bulu menjalar di pipinya.
"Sayang, bangun."
"Aku pulang dulu ya, harus siap siap pergi ke kantor."
"Aku buatin bubur oatmil dan air madu hangat untuk sarapan, nanti siang aku jemput. Kita pergi ke dokter," ucap Fabian lembut sembari mengusap ngusap kepala Renata.
"Apa semalaman kita tidur di sofa?"
"Iya tentu saja, apa kamu berharap aku membawamu ke atas ranjang ?" Goda Fabian.
Seketika wajah Renata memerah. Fabian tertawa.
Untuk sesaat Renata menatap mata Fabian dan bertanya tentang sesuatu yang selama ini tertahan dibenaknya.
"Fabian, kenapa kamu sebaik ini ?"
"Apa kamu memang begini pada semua wanita?"
Fabian menarik nafasnya dalam, merasa tertampar dengan apa yang Renata tanyakan.
Terdiam sejenak kemudian mendekatkan dirinya pada Renata.
"Aku tak sebaik itu Renata, percayalah."
"Tapi aku akan berusaha menjadi yang terbaik hanya untukmu."
Jawab Fabian sembari memasukkan anak rambut Renata kedalam lengkungan daun telinganya dan dengan tatapan mendalam yang sangat sulit Renata artikan.
TBC....
Makasih yang udah baca 😘😘
Jangan lupa like dan komen yaa
Much love ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Dewi Nurmalasari
uda g perjaka,, buaya darat, tukang tipu pula
2023-09-30
0
Windarti08
sumpah Fabian ini calon suami idaman banget... tapi itu klo kita belum tahu kebusukannya sih🙄🙄
2023-08-14
0
Lenni Namora
kode.... 😔
2023-03-03
0