Sepenggal Cerita Masa Lalu

"dia.."

"aku omnya, dan kau jangan pernah menampakkan dirimu dihadapanku lagi", Ramon melihat kepergian Aksa. dia tidak percaya, teman yang dulunya begitu dekat kini begitu membencinya.

Aksa menarik tangan Karin, langkah kakinya yang begitu panjang membuat karin kewalahan mengimbanginya.

"om, lepasin sakit!". karin berusaha melepas cengkraman tangan Aksa, tapi tidak bisa.cengkramannya begitu kuat.

"om, lepasin!", Karin menghentakkan tangan Aksa.

"kalau om marah, silahkan om marah sama pacar om, silahkan tonjok tu selingkuhannya. bukan malah ngelampiasin amarah om ke aku".

Karin sudah tidak tahan melihat tingkah Aksa.

"kamu pulanglah!", Aksa meninggalkan karin di parkiran hotel. dan segera melajukan mobilnya.

karin ahirnya pulang menggunakan taksi.

**********

"rin, kamu darimana saja?". mama Erin begitu hawatir melihat karin baru datang.

"karin habis belajar sama temen ma".

"biasanya kamu nelepon dulu kalo mau pulang telat".

"ma'af ma, karin lupa. karin keatas dulu ya ma".

"ya sudah sana istirahat".

Sesampainya diatas karin melihat kamar Aksa yang berada tepat di depan kamarnya. ragu-ragu dia memegang gagang pintu, ternyata tidak dikunci.

'klik'

terlihatlah kamar yang sama luasnya dengan kamar yang karin tempati. kamar bernuansa abu tua, beberapa furnitur unik menambah nilai maskulin kamar desain minimalis itu. disudut kamar terdapat sepasang meja dan kursi yang menghadap langsung keluar jendela. Karin berjalan melihat di dinding kamar itu, tapi tidak ada satupun foto Aksa disana. karin duduk di kursi itu dan membuka jendelanya, pemandangan sunset yang begitu indah. balkon yang menghadap ke arah matahari terbenam membuat nuansa kamar itu berwarna sedikit jingga.

'menakjubkan. satu kata itu cukup untuk mendeksripsikan kamar Aksa.

Karin melihat beberapa buku di meja itu, beberapa buku tentang arsitektur, perhotelan, manajemen tersusun rapi disana. karin melihat laci yang sedikit terbuka ketika ingin menutupnya, karin melihat amplop putih disana.

'sangat lancang kalau aku membuka amplop ini, tapi om Aksa tidak ada disini, tidak masalah nanti akan ku rapikan lagi'

karin membuka pelan-pelan amplop itu,

'Deg'

to my Love Aksa

Aksa, aku sengaja mengirimkan surat ini karena nomerku sudah kamu block.

kenapa kamu tidak menemuiku sa, aku tau, kamu pasti sudah mendengar kabar tentangku.

apa kamu kecewa? apa kamu marah hmm?

aku terlalu takut untuk bertemu langsung denganmu. aku memilih untuk tidak memberi tahumu, aku bingung sa.

ma'afkan aku, aku tidak bisa memilih antara kamu dan orang tuaku.

ma'afkan aku yang dengan percaya dirinya, memintamu belajar mencintaiku.

tapi setelah itu, aku mengecewakanmu.

ini bukan keputusan yang mudah bagiku.

aku berpura-pura tegar di hadapan orang tuaku dan calon suamiku. tapi setiap aku sendirian, aku menangis meratapi nasibku.

jauh di lubuk hatiku, aku masih mencintaimu Aksa.

sangat egois bukan?

aku mencintaimu, tapi aku akan menikah dengan orang lain.

terimakasih meskipun kebersamaan kita begitu singkat, tapi aku tau kau juga mencintaiku.

ma'afkan aku Beruang manisku..

aku berharap kamu tidak trauma, dan membuka hatimu untuk wanita lain.

kamu laki-laki baik sa, walaupun kamu kadang bersikap dingin.

Aku akan menikah minggu depan sa..

jika kamu mau, hadirlah. tapi mungkin saat itu, aku hanya akan menangis melihatmu. berjanjilah setelah ini kamu akan hidup lebih baik.

boleh aku jujur?

saat menulis ini, aku menangis. entah.. aku tidak mengerti, yang aku tau saat ini aku masih mencintaimu Aksa Brixton Hudaverdi.

Jasmine ❤

Karin gemetar membaca kata demi kata yang terurai disana, mendalami bait-bait kalimat. air matanya tidak dapat dibendung lagi.

"karin". suara mama Erin mengagetkan Karin, dengan segera karin melipat surat itu dan memasukkannya kedalam laci.

"mama?".

"kamu kenapa hm? kenapa ada disini?".

"emm.. anu.. ma". karin mencari alasan yang tepat.

"kamu menangis?", mama Erin menangkup wajah karin dan menatap matanya.

"ayo ceritakan pada mama, ada apa nak?". karin merasa sangat tenang ketika mama erin mengelus rambut panjangnya.

"mama... apa karin boleh bertanya sesuatu?".

"tentu saja. kenapa sayang?".

"Jasmine?mama mengenalnya?", karin kaget mendapati pergerakan mama Erin yang tadi mengelus rambutnya berhenti karena pertanyaannya.

"ma'af ma.. karin tidak...". ucapan karin terhenti ketika mama erin mengisyaratkan dirinya untuk diam

"tidak masalah sayang, kamu mengenal jasmine?". karin menggeleng

"lalu?". karin ragu untuk mengatakannya.

"ma.. apa karin boleh mengatakan satu hal kepada mama?".

"tentu saja boleh sayang, ayo ceritakan. apa yang membuatmu menangis?".

"mama tidak akan marah?".

"tidak akan, ayo tarik napas, buang napas lalu ceritakan".

"aku... aku menyukai om Aksa ma", karin memainkan kukunya dan enggan menatap mama Erin. karena tidak ada respon, karin menatap mama erin yang tersenyum kepadanya.

"benarkah?", karin mengangguk pelan

"aku tidak tau kenapa aku bisa menyukai om, padahal hanya beberapa kali bertemu. aku menepis semua perasaan ini, mengingat om tidak akan menyukai gadis kecil sepertiku ma. usia kami terpaut 10 tahun. aku berusaha menghindar dari perasaanku, tapi sia-sia."

mama erin tersenyum melihat karin. sungguh menggemaskan, tadi karin yang terlihat menangis, sekarang sikapnya sudah kembali seperti semula.

"apa ini pertama kali kamu merasakannya?", karin mengangguk

"apa kamu ingin memberitahu Aksa?", Karin menggeleng

"biarkan hanya aku dan mama yang tau, lagian om Aksa memiliki kekasih ma, dan itu bukan hanya satu, dua orang ma, dua", karin menekan kata dua sambil menunjukkan jarinya yang sudah berbentuk V.

"kamu tau pacarnya?",

"hm, dan tadi aku dan om memergoki pacarnya selingkuh".

"lalu apa yang membuatmu menangis? bukankah harusnya kamu senang pacarnya berselingkuh?". ya harusnya dia senang karena dia memiliki kesempatan mendekati Aksa.

"Jasmine". Karin bergumama pelan.

"apa kamu ingin tau siapa Jasmine?", karin tersenyum mendengar pertanyaan mama Erin

"dengarkan, dulu Aksa adalah pria dingin, tidak pernah dekat dengan perempuan manapun, dia fokus bekerja dan kuliah. Jasmine adalah anak teman mama, teman perempuan Aksa satu-satunya. Jasmine mencintai Aksa, Aksa sangat kaku tapi mama bisa melihat bahwa dia sangat mencintai Jasmine, tidak ada lagi sikap dinginnya. tidak berapa lama, Jasmine dijodohkan oleh orang tuanya. Aksa sangat terpukul, dia memang tidak mengatakannya tapi mama tau ketika malam dia menyendiri dan meminum alkohol. dia memutuskan untuk pergi ke Jerman tepat sehari sebelum pernikahan Jasmine, dia bersikap seolah tidak terjadi apapun. tapi di Jerman, hal yang tidak mama sangka, dia berubah menjadi playboy mama dan papa menyuruh anak buah kami untuk memantaunya. dia bergonta-ganti wanita, pergi berkencan dengan mereka walaupun dia tidak mencintainya. sejak saat itu mama mengerti dia trauma dan seperti tidak percaya pada cinta." Mama Erin menerawang jauh.

'cerita mama sama seperti isi surat itu. jadi sebenarnya antara Jasmine dan Om Aksa belum ada kata perpisahan'

"apa kamu tetap mencintai Aksa walaupun sudah tau kenyataannya?".

'tidak ada yang salah dengan masalalunya, tapi bagaimana kalau ternyata hatinya sudah buta? dia tidak akan bisa melihat cinta dari orang lain. bagaimana kalau hatinya sudah mati? dia tidak akan merasakan cinta dari wanita lain.'

'om, haruskah aku menyerah? atau aku harus berusaha untuk membuatmu tidak trauma lagi? apa aku bisa menggantikan posisi Jasmine?'

"aku.. aku bingung ma".

Terpopuler

Comments

Cie Mbulls Ramadhani

Cie Mbulls Ramadhani

ya bejrjuang lh

2022-05-30

0

Nur Evida

Nur Evida

suka belum tentu cinta

2021-11-17

0

Komalasari

Komalasari

Karin hebat

2021-10-14

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!