Pagi ini Karin tergesa-gesa berjalan menuju kelasnya. perjalanan dari rumah Aksa ke kampus biasanya memakan waktu setengah jam, tapi karena ini hari efektif, kemacetan terjadi di beberapa jalur menuju kampusnya.
'gawat. aku terlambat, apalagi ini kelas dosen baru yang katanya tampan tapi sangat disiplin, bagaimana nasibku kebelakang di hari pertamanya masuk aku sudah terlambat'
sampailah Karin didepan pintu kelasnya. tidak terdengar sedikitpun suara.
'apa aku salah masuk kelas?'
Karin melihat keatas papan nama diatas pintu,
'tidak, ini benar, rilex karin, rilex'
"inhale", Karin menarik nafasnya
'exhale'. Karin membuang nafasnya, mencoba menghilangkan rasa groginya.
'tok..tok..tok'
"masuk". karin membuka sedikit pintu kelasnya, mengintip keadaan didalamnya. teman-teman Karin yang awalnya fokus, sontak semua menoleh kearah pintu.
"ma'af pak, saya terlambat". Karin masuk dan berdiri didepan kelas.
"hm".
'astaga! kenapa dia mirip dengan Om nyebelin itu sih! jawabannya hanya 'hm'
"kenapa masih berdiri, duduk!"
"i iya pak". Karin menunduk dan segera duduk di samping Jessi
Karin melirik Jessi dan Lea, tapi mereka tetap fokus pada penjelasan dosen. melihat seluruh teman kelasnya juga sama dengan Jessi dan Lea ditambah suasana yang sepertinya sangat menegangkan ahirnya karin memutuskan untuk diam dan tidak menanyakan apapun.
satu jam berlalu. sang dosen yang sudah berdiri di depan mahasiswa, melihat keseluruh isi kelas.
"tugas kalian, buatlah desain interior rumah minimalis perumahan, kumpulkan minggu depan. satu kelompok tiga orang. desain semenarik mungkin, pastikan tugas terkumpul di meja ini ketika saya sampai. dan satu lagi tidak boleh ada yang terlambat di kelas saya".
Karena merasa ucapan dosennya ditujukan kepadanya, Karin hanya menggaruk tengkuknya sambil tersenyum.
"rin, lo bangun kesiangan?".
"iya", karin tertunduk lemas, menaruh kepalanya diatas meja.
"tumben".
"ada sesuatu yang ngeganggu gue".
"sesuatu? ngeganggu lo? lo diganggu preman?". Jessi dengan polosnya bertanya kepada Karin yang mulai jengah dengan sifatnya yang rada lemot.
"mulai deh lo". Lea memutar bangkunya menghadap kebelakang.
"terus?".
"gue gak tau gimana ngomongnya".
"ya tinggal ngomong aja kali rin, siapa tau kita bisa bantu, ya gak jes?".
"iya rin, siapa yang gangguin lo?".
"bukan siapa, tapi perasaan gue. gue gak ngerti sama perasaan gue".
"lo suka sama?", pertanyaan Jessi menggantung, karena seingatnya karin tidak pernah bercerita dekat dengan seseorang.
"udah lah gak usah dibahas. masih terlalu dini buat menyimpulkan, gue aja gak ngerti sama perasaan gue".
"emang gimana perasaan lo sama tu orang". Lea mulai kepo
"dia itu nyebelin, dingin, irit ngomong, om om lagi. tapi gak tau kenapa sekali dia ngomong tu seksi menurut gue, sampe terngiang-ngiang gitu di telinga dan otak gue. maka dari itu, semalem gue susah meremin ni mata".
"berarti lo suka sama dia". Jessi langsung menjentikkan jarinya.
"suka apaan. gue tu baru kenal. dan parahnya lagi dia itu playboy".
"big no karin, lo gak boleh deket sama dia. gimana kalo perasaan suka lo malah tumbuh jadi cinta. entar yang ada malah lo disakitin sama dia, lo juga kan belum pernah pacaran .iya gak jes". Lea meminta dukungan Jessi.
"iya rin, sebenernya sih kalo masalah perasaan kita gak bisa maksa. mau gimanapun orang itu, seburuk apapun kelakuannya. tapi selagi lo belum bener-bener yakin sama perasaan lo, mending lo jaga jarak sama dia." Ucapan Jessi membuat Karin dan Lea berpandangan.
"iya juga sih, tumben tu otak lo gak konslet". karin tertawa, membuat Lea dan Jessi ikut tergelak.
"ya udah yuk kita ke cafe depan, gue laper nih".
karin mengajak kedua temannya untuk makan siang.
***********
Cafe yang mereka tuju, berada di depan kampus. karena letaknya yang dekat dengan area perkantoran membuat cafe tersebut banyak didatangi para karyawan juga mahasiswa. ketiga anak manusia itupun masuk dan mencari tempat duduk.
"lo liat deh cewek yang barusan masuk". Lea mengarahkan pandangannya pada perempuan berumur sekitar 21 tahun, kaki jenjang, rambut hitam panjang pekat, juga beberapa bagian tubuhnya yang padat berisi. sexy!
"kenapa?". tanya karin
"lo gak tau dia siapa?". Jessi mengerutkan keningnya, mencoba mengingat dimana dia melihat perempuan yang sepertinya sangat familiar itu.
"bukannya dia kakak tingkat kita". tanya Jessi
"yups. selain itu dia seorang model". Karin melirik sebentar, dilihat dari objek pembicaraan mereka. bukan mustahil kalau perempuan itu seorang model. cantik, meski hanya memakai dress simple.
"dan yang gue denger, dia itu dekat dengan putra pemilik perusahaan besar di negeri kita ini".
"ya pantas saja, dia cantik". karin menjawab asal
"bukan hanya itu, kak Alexa terkenal matre".
"oh ya, kasian sekali pacarnya itu". Jessi menimpali ucapan Lea
"kalian tau, perusahaan Hudaverdi Architeam? nah putra pak Arya itu yang sedang dekat dengan kak Alexa".
'uhuuuk uhuuk' karin tersedat minumannya.
"rin, lo kenapa?". Jessi menepuk punggung Karin.
"gak, gue baik-baik aja kok".
'berarti kak Alexa dekat dengan om Aksa, emang dasar buaya. terus yang dia ajak dinner di cafe waktu itu pacarnya. dasar playboy!'
Alexa duduk tidak jauh dari meja Karin dan teman-temannya. Karin melihat Alexa dari ujung kepala sampai ujung kaki. semua yang yang menempel pada tubuhnya, all branded! bahkan tas yang dibawanya termasuk salah satu barang unlimited yang karin ketahui dari web, tentu saja dari web, karena karin jarang pergi ke mol membuatnya susah menelan ludahnya.
'aku bahkan tidak ada apa-apanya'
"halo, ya sayang". Alexa mengangkat teleponnya. karin siap siaga memasang kedua telinganya, tingkat kekeponnya sudah tidak bisa lagi dia tahan.
"iya sayang, aku sedang di cafe, apa kamu sudah makan siang?".
'ish pasti om tua itu sedang melontarkan kata-kata manisnya, dilihat dari wajah kak Alexa yang merona'
"aku? aku sedang makan siang sayang, kenapa belum makan? kamu baru akan makan kalau aku suapi?" tawa renyah Alexa membuat Karin menggigit bibir bawahnya dari saking kesalnya.
'dasar om tua, apa susahnya makan sendiri, harus disuapi segala. apa dia bayi'
"oh sayang, kamu sungguh tidak sabaran, apa kamu sudah sangat merindukanku?", Alexa menggigit bibir bawahnya, memalung rambutnya kebelakang lehernya. terpampang nyata bekas merah bagai stempel di leher putihnya. Karin membulatkan matanya.
'tidak sabar? merindukan? merindukan itu? issshhhh mengerikan, dasar om tua mesum'
"sungguh? aku juga merindukanmu sayang, baiklah kita bertemu di tempat biasa". suara sexy Alexa terdengar seperti seseorang sedang mendesah
'ya ampun, om tua itu, apa dia melakukan itu walaupun belum menikah.'
"baiklah, kita bertemu di hotel P". Alexa mematikan ponselnya dan berdiri keluar cafe.
'apa mereka akan bertemu? sadar Karin, apa pedulimu. stop! jangan memikirkannya lagi'
semakin karin bermonolog dengan dirinya sendiri, semakin tidak karuan dia membayangkan apa yang akan om mesumnya dan Alexa lakukan. sedetik dia mengingat stempel di leher Alexa.
"dasar om mesum!!!", Karin berteriak dan berdiri dari duduknya. Jessi dan Lea yang sedang asyik menikmati makanannya terheran dengan kelakuan karin.
"karin, kenapa lo?". karin tersadar dari bayangan liarnya.
"ma'af.. hehhe". karin duduk dan mengambil ponselnya mengirim pesan kepada Riko, asisten Aksa. bukan balasan yang Karin terima, melainkan panggilan telepon dari Riko.
"halo kak riko".
"ada apa rin? kamu butuh sesuatu?".
"kak riko ada dimana?".
"sedang dalam perjalanan bersama Aksa, kenapa?"
"mau kemana kak? hehehe".
'duh kenapa jadi kayak kepo sih, biarin lah daripada gue mati penasaran'
"mau ke hotel P".
"apaaaaa!!!!!!". karin membelalakkan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
ayo karin ikutun aksay biar ga macem2
2022-06-25
0
Cie Mbulls Ramadhani
kepo
2022-05-30
0
Nur Evida
bukan hanya Riko yg kaget dengar suara karin q juga
2021-11-17
0