Menyangkal

"berhenti menatapku". Aksa melihat Karin tidak mengedipkan matanya.

"ma..ma'af om, tapi aku tidak menatap om, aku hanya melihat ada kotoran di mata om", Karin tertunduk malu.

'bodoh, alasan macam apa itu karin? kotoran dari mana? bisa-bisanya dia mengatakan hal memalukan seperti itu didepan orang tuanya, aku bukan menatapmu, dasar om tua!!!'

Aksa hanya memutar matanya malas mendengar jawaban Karin.

"sudahlah, ayo makan". mama Erin menyuruh semua orang yang ada di meja untuk mulai menyantapkan hidangan yang tersedia.

tidak ada suara kecuali hanya dentingan sendok dan piring yang beradu.

Aksa dan papa Arya lebih menyukai makanan yang berasal dari gandum, tentulah hal itu menurun dari buyut mereka yang berasal dari turki. sedangkan karin yang berasal dari Jogja, sedang berpikir apa mereka kenyang walaupun tidak makan nasi.

"Rin, apa yang kamu makan?".

"ini nasi gudeg kak, kak Riko mau?", Karin menyodorkan piringnya ke depan Riko.

"wah, ini kan makanan khas Jogjakarta".

"iya kak betul, lebih baik kakak jangan memakai sendok ketika memakannya, tapi pakai tangan, pasti lebih enak".

"begitukah? baiklah, aku akan mencobanya".

suapan pertama, Riko terdiam, mengertutkan keningnya.

"apa rasanya tidak enak kak? aku memasaknya sendiri", Karin mengambil kembali piring didepan Riko. tapi dengan cepat, Riko menariknya.

"boleh aku habiskan?". karin keheranan, pasalnga tadi Riko mencicipinya tanpa berekspresi.

"boleh kak, boleh, mau nambah juga boleh".

"masakanmu enak Rin, kalau kamu sering masak kayak gini, aku bakal terus-terusan makan disini".

'pluk'

satu roti mendarat tepat di piring Riko.

"nyet, lo makan aja, gak usah banyak ngomong".

"idiiiih, si buaya sewot".

"cepet habisin makanan lo, gue banyak kerjaan".

"ye, ini bukan jam kantor lagi, besok aja lanjutin kerjanya".

"gue.. " belum selesai Aksa berbicara, tiba-tiba teleponnya berbunyi.

"pa, ma, aku angkat telepon dulu". Aksa membersihkan mulutnya dan berjalan menuju kolam renang yang tak jauh dari ruang makan.

"ada apa cla". itulah kata terakhir yang ditangkap oleh pendengaran semua orang yang ada di meja makan.

'apa pacarnya yang menelepon?'

karin menggelengkan kepalanya.

'kenapa aku penasaran, biarkan saja walaupun om itu sudah mempunyai pacar'

"Rik, siapa lagi cla?", papa Arya menatap Riko tajam.

'glek'

"cla,, cla itu.. clara om. pacar Aksa", Riko sangat malas, situasi ini sangat ia benci, situasi dimana dia harus mencari alasan untuk menutupi kelakuan Aksa.

"pacar? pacar yang mana? apa pacar barunya?". tatapan mengintimidasi dari pak Arya membuat Riko ingin jadi om Jin sekarang juga, menghilang itu lebih baik.

"i..iiya om".

'braaaak'

"kapan dia akan berubah, apa dia tetap berprilaku seperti ini selama di Indonesia?", Pak Arya sangat geram dengan kelakuan Aksa yang masih tetap bergonta-ganti pacar.

"bukannya om lebih tau, karena om mengirimkan banyak mata-mata disekitar Aksa".

"biarkan saja dulu pa, sabar, dia akan berubah dengan sendirinya pa", mama Erin mengusap lembut lengan suaminya itu. mama Erin hafal betul sikap suaminya yang begitu keras dan tidak suka dibantah.

"gak bisa gitu dong ma, Aksa sudah dewasa, dia pemimpin perusahaan, harusnya dia berprilaku baik, agar dapat dicontoh oleh bawahan dan karyawannya".

"ya sudah pa, nanti mama akan bicara padanya. ayo sekarang kita ke kamar saja. Karin, Riko, Arsyi, kami duluan ke kamar".

" iya ma". Arsyi mewakili tiga manusia yang sedang berkenalana dengan pemikiran mereka.

"emang om Aksa playboy?".Karin berbisik kepada Riko.

"emmm bisa dibilang kayak gitu". Riko acuh, sedangkan Karin hanya mengangguk.

"ya maklum kalo dia playboy, ganteng, mapan, CEO lagi".

"ciyeee.. ada yang perhatian", Riko menggoda Karin, pipinya mengeluarkan semburat merah.

"bu..bukan gitu kak, kan emang gitu kenyatannya".

'aishhh.. ni mulut bener-bener ya'

"ciye.. ada yang pipinya mirip kepiting rebus".

"udah lah kak, aku mau ke kamar. kak Arsyi, aku duluan ya". Karin buru-buru ngacir, takut Riko kembali menggodanya.

'huh..'

sampai kamar, Karin segera menguci pintunya. dia meraba dadanya, detak jantungnya sudah seperti suara gendang, terdengar begitu jelas di telinganya.

'ada apa denganku? kenapa jantungku berdebar hebat, gak boleh, aku gak boleh suka sama Om itu, ingat Karin, kamu belum pernah pacaran. dan om itu seorang playboy'.

"aaa... sebel sebel", Karin mengacak rambutnya,

saking sebalnya Karin melompat-lompat diatas kasurnya, bergumul dengan selimut.

dua bulan berlalu, Karin tidak pernah melihat Aksa datang lagi ke rumah tante Erin. entah karena sibuk dengan pekerjaan kantor, atau sibuk dengan wanitanya.

Karin mencari kesibukan, selain kuliah dan menyanyi di cafe dia juga menyibukkan diri dengan mengikuti club arsitektur. karin yang supel dan mudah bergaul, membuatnya cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya.

"perkenalkan saya Ramon", pria berjas silver duduk disebelah Karin.

"aku Karin".

"anak baru?".

"iya kak".

"kuliah atau sudah bekerja?".

"masih kuliah kak".

"setelah lulus, kamu mau kerja di perusahaan saya?".

"eh".

"kenapa?".

"tidak kak, kita baru saja kenal, apa kakak sudah lama ada di club ini?".

"hem, sudah hampir tiga tahun".

"mohon bimbingannya kak," Karin tersenyum memperlihatkan lesung pipinya.

Tepat setelah itu pintu terbuka, dua pria dengan badan tegap dengan bakal janggut tipis,bagai superstar, seakan menarik semua mata memandang mereka. Aksa dan Riko, dua pria tampan itu, berjalan bak model diatas catwalk. tapi tidak dengan Karin yang sibuk mengobrol dengan Ramon.

"Sa, lo liat, ada Ramon di samping kanan lo, dan disebelahnya ada Karin."Riko yang baru masuk, melihat Karin dan Ramon sedang mengobrol dan terlihat mereka terlihat saling melempar tawa.

"apa Karin anggota baru club ini?".

"iya, dia anggota baru. apa Ramon sengaja ngedeketin Karin karena tau kalau dia tinggal di rumah lo."

"gue gak peduli, selama dia gak ganggu adik gue lagi".

"tapi Karin sekarang kan tinggal di rumah lo".

"dia udah gede, bisa jaga diri,"

"gue takut Karin cuman jadi mainan Ramon doang".

perkataan Riko sedikit menggelitik hati Aksa. dia melihat Karin dan Ramon seperti sedang tertawa bersama. sekelebat bayangan Ramon hampir mencumbu Arsyi melintas di mata Aksa. Aksa mengepal tangannya. Bangsat!

"hubungi Karin, suruh dia pulang bareng gue sekarang."

"dasar buaya lo, tadi sok sok gak peduli. sekarang malah mau nganterin pulang, modus lo".

"lo bosen idup?". tatapan membunuh Aksa membungkam mulut Riko. dengan cepat Riko mengirim pesan kepada Karin.

'Ting'

Karin membaca pesan dari Riko. dan memandang ke sekelilingnya. dia melihat Riko dan Aksa yang duduk dengan beberapa teman mereka.

'Om Aksa dan kak Riko juga anggota club ini?'

"kenapa?".

"aku mau pulang kak. duluan ya kak". Karin berdiri tapi tangannya dicegah oleh Ramon

"biar aku yang antar".

'Ting'

Karin melepas tangannya, dan membuka pesannya.

'cepat turun, Aksa tidak suka menunggu'.

itulah pesan yang Karin baca dari Riko, dengan lembut Karin menolak Ramon.

"lain kali aja kak, Om ku sudah menunggu. sampai jumpa". sedikit berlari, Karin keluar menuju lobi dimana Aksa sudah menunggunya.

"masuk!", suara bariton dan serak milik Aksa terdengar begitu seksi di telinga Karin. buru-buru Karin masuk.

'kebiasaan ni om, ngomong gak noleh, dikira patung apa'

Karin masuk ke dalam mobil, hawa panas dirasakannya. bukan karena AC mati, tapi karena Aksa sedari tadi hanya diam. Karin yang mulai jenuh, sesekali melirik Aksa.

"Om anggota club Arsitektur Creative juga?".

"hm".

'yaelah jawabnya hm doang'

"kak Riko juga?".

"hm"

'mending gak usah ngomong aja kali yak, dasar om nyebelin'

setengah jam kemudian mobil sport type lamborghini itupun berhenti di depan pagar rumah Aksa. Karin membuka seat beltnya, dan hendak membuka keluar.

"jangan dekat-dekat dengan Ramon!". suara yang terdengar sangat seksi menurut Karin. membuatnya tersenyum.

'suaranya, sangat seksi, dan terngiang-ngiang di otakku. aku pasti sudah gila"

"neng Karin, gak mau masuk? kenapa senyum-senyum sendiri neng?", Mang Asep yang melihat Karin berdiri diluar pagar berinisiatif melihat siapa mobil tadi, tapi ternyata sudah pergi.

"eh mang Asep".

"ayo masuk neng".

"loh om Aksa mana?".

"emang ada tuan Aksa? dimana neng?".

"barusan disini". Karin menunjuk tempat berhentinya mobil Aksa tadi.

"gak ada neng, udah neng ayo masuk, sudah malam".

'ish.. memalukan, pasti om Aksa liat tadi aku melamun sambil senyum-senyum'

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

bukany si ramon itu pacary si clara ya..hati2 karin jngan deketin buaya darat

2022-06-25

0

Cie Mbulls Ramadhani

Cie Mbulls Ramadhani

ah

2022-05-29

0

Rosminah Mtp

Rosminah Mtp

kenapa jadi Riko di panggilin Kaka tapi si Aksa di panggilin om sedangkan usianya kan lebih tua Riko 🤔🤔🤔🤔

2021-11-13

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!