Jakarta, I'm Coming

sebuah permata tidak akan dapat dipoles tanpa gesekan, demikian juga seseorang tidak akan menjadi sukses tanpa tantangan.

~Peribahasa Cina~

--------******--------

"Rin, jaga diri baik-baik ya ndok, jangan lupa sholat."

"buk.. kalau ibuk mencegah Karin untuk pergi, Karin nggak akan pergi buk".

"ish, ibuk hanya sedih karena tidak ada lagi yang bisa ibuk suruh buat beli garam dan minyak ke warung".

"ya ampun buk, karin kira ibu bakalan nangis bombai, guling-guling di halaman."

"ya sudah sana, nanti kamu ketinggalan pesawat".

"pak, karin berangkat dulu, kalian baik-baik di rumah, karin bakal rindu sama bapak dan ibuk". karin menangis memeluk bapak dan ibunya.

"udah, udah, kita udah kayak teletubbies aja berpelukan, malu dilihat orang".

karin menyalimi kedua orang tuanya. dan berangkat.

'Jogja, aku akan merindukanmu'

-----------------*****-----------------

'akhirnya sampai juga'

Karin merenggangkan otot-ototnya setelah menempuh perjalanan dari Jogja.

'Jakarta.. I'm coming'

Dengan semangat baru, Karin menarik koper, menuju ke lobi, untuk mencari taxi.

"Pak, antarkan saya ke alamat ini ya". Karin memberikan alamat yang dia tulis kepada sopir taxi. Sebenarnya teman bapak Karin, sudah menawarkan diri untuk menjemputnya, tapi dengan halus Karin menolak, bukan karena kebanyakan uang, tapi karena dia merasa tidak enak kalau harus merepotkan. diberikan tempat tinggal gratis saja Karin sudah sangat bersyukur, mengingat kebutuhan hidupnya di Jakarta akan semakin membeludak, Karin menahan dirinya agar tidak terlalu boros.

"iya neng". sopirpun mengetikkan alamat tadi di google maps, dan keluar bandara.

Jakarta, ibu kota Indonesia. Dulunya pernah dikenal dengan nama Sunda kelapa, Jayakarta dan Batavia. Kota yang terkenal dengan banyak makanan khasnya, diantaranya kerak telor, soto betawi, kue ape, roti buaya dan nasi uduk.

Karin memandang takjub bangunan-bangunan megah sepanjang perjalanan menuju perumahan pondok indah. Perumahan ini termasuk salah satu kawasan paling elite di Jakarta Selatan. Perumahan dengan konsep mewah dan nuansa tenang. Lokasi strategis, dekat dengan pusat bisnis, dan juga mengusung aspek privasi dan lingkungan yang tenang.

"ini jalannya kenapa sepi begini pak?"

"neng pertama kali ke Jakarta ya?".

"gak sih pak, ini udah kedua kalinya. tapi yang pertama kali waktu liburan sekolah tiga tahun lalu, itupun cuman ke monas sama ke mol".

"karena ini masih jam kerja jadi jalanan sepi neng, dan lagi pula ini perumahan elite neng, gak banyak angkutan umum berlalu lalang disini".

"oh," Karin hanya ber'oh' asal, matanya tidak kuat menahan kantuk. dan akhirnya tertidur di kursi penumpang. baru saja matanya terpejam, pak sopir sudah membangunkannya.

"Neng, sudah sampai."

"ma'af pak saya ketiduran, hehe, padahal ingin melihat pemandangan, tapi ini malah menyuguhkan pemandangan". Karin terkekeh sendiri, dan turun dari taxi dengan koper ditangannya. setelah memberikan ongkos, karin menuju gerbang. gerbang berwarna hitam dan kuning emas dengan gaya klasik Eropa, menunjukkan kemewahan rumah didalamnya.

"pak, benar ini rumah keluarga bapak Arya Hudaverdi?", Karin membaca kartu nama di tangannya.

"ya betul, ini non Karin ya?"

"eh, iya, saya Karin pak".

"panggil aja mang Asep". Karin tersenyum kepada satpam yang kepalanya plontos, seperti cimol. walaupun tubuhnya tinggi kekar, karin masih menganggapnya lucu.

'kenapa kayak cimol si itu kepala, harusnya dicepak mang, biar tambah ganteng dan keliatan sangar'

"iya mang".

------------///------------

Berlin, Jerman

"halo, iya pa".

"kemana saja kamu Aksa, susah sekali menghubungimu".

"ada apa pa? Aksa bukan lagi anak kecil, yang ditelepon tiga kali sehari".

"pulanglah ke Indonesia".

"Aksa masih belajar disini pa".

"belajar apa? belajar menjelajahi para wanitamu itu, pulang sekarang, atau papa akan menyeret paksa kamu".

"pa...aku".

"berhentilah bermain-main, kembali atau kamu akan kehilangan semua fasilitas yang papa berikan".

"pa.. aku bahkan bisa memeliki perusahaan sendiri".

"oohh sudah mulai berani menjawab papa, papa membiarkanmu tiga tahun berkeliaran sesukamu, sekarang berhentilah, dan kembalilah ke Indonesia atau hapus nama Hudaverdi dibelakang namamu itu".

"gak bisa gitu dong pa".

"pulang, atau lupakan". Pak Arya menutup teleponnya, memijat keningnya. kelakuan Aksa sejak tiga tahun lalu sudah tidak terkontrol. sejak keberangkatannya ke Jerman, dia seperti tidak lagi menjadi Aksa anaknya. sering pergi ke club, bergonta-ganti pacar, dan mabuk-mabukan. Pak Arya memantau Aksa dengan menempatkan orang kepercayaannya disamping Aksa. meskipun tanpa sepengetahuan Aksa tentunya.

Aku harus segara menjodohkannya. dia sudah keterlaluan. kelakuannya mulai tidak terkontrol.

apa anak Santoso sudah sampai?

------------//////------------

"assalamualaikum".

"waalaikumsalam", Karin berjalan membuntuti mang Asep. terlihat sosok wanita paruh baya sepertinya seumuran dengan ibunya. meskipun secara penampilan sangat bertolak belakang.

"ini Karin?"

"iya bu, saya Karin, anaknya pak Santoso".

"jangan sungkan-sungkan sama mama, anggap saja ini rumah sendiri. kamu cantik sekali karin."

"terima kasih tante". karin masih merasa canggung untuk memanggilnya mama.

"ayo mama antar ke kamar kamu, kamu pasti capek". Mama Erin merangkul Karin menuju lift untuk ke lantai dua.

"rin, ini kamar kamu, di depan kamar kamu ini kamar anak mama, tapi dia sedang ada di Jerman. anggap saja ini rumah kamu sendiri. kalau butuh sesuatu turun saja kebawah".

"iya tante".

"satu lagi, jangan panggil tante. panggil mama, ok".

"iya ma".

"ya sudah masuklah, mama akan menyiapkan makan malam".

'wah.. kamar ini sangat luas. desain klasik, warna putih menambah nilai plus. yang mendesainnya pasti orang hebat.'

'tok tok tok'

"Karin, mama masuk ya". Karin yang masih setengah sadar, mencoba membuka matanya, saat merasa ada pergerakan di atas kasur.

"eh ma, ma'af karin capek banget, sampek gak sadar mama masuk".

"gak papa sayang, ayo turun, papa sudah menunggu".

"papa? pak Arya?".

"iya. ayo".

pria yang sedang duduk di meja makan. seperti sudah berumur 50 tahunan, tapi badannya tetap kekar, meskipun rambutnya sudah agak memutih karena uban, tapi tidak dipungkiri, beliau masih begitu tampan.

'sepertinya mantan playboy, kikikik'

"pa," Karin menyalami pak Arya, dan mencium tangannya.

"apa kabar rin?".

'eh, apa aku pernah bertemu sebelumnya'

"baik pa, ini?", Karin melihat peremupan disebelah pak Arya, perempuan dengan bulu mata lentik, rambut lurus pirang dan hidung mancung, sangat mirip pak Arya.

"hai aku Arsyi".

"aku Karin kak".

"lusa kamu mulai kuliah, sesekali kunjungi papa ke perusahaan, disana ada beberapa arsitek handal, kamu bisa belajar bersama mereka".

"sungguh?". senyum mengembang di wajah karin.

"tentu".

--------------******-------------

"rik". Aksa meninggikan suaranya disebrang sana, Riko membuatnya kesal, membuatnya menunggu di bandara, karena telat menjepumputnya.

"apaan sih lo sa, bisa gak kalo tu mulut gak usah ngegas, gak budek gue".

"lo jemput gue pake apa? becak?".

"pake mobil lah, masak iya gue pake becak, lusa baru gue sampe bandara".

"terus kenapa lo lama banget nyampeknya".

"ini karena lo mendadak minta jemputnya. harusnya dua hari sebelum lo pulang, lo udah ngabarin gue. gue kan bisa bawain spanduk buat nyambut kedatangan lo". Riko tertawa menahan sakit perut, sudah dapat dipastikan bagaimana kesalnya sepupunya itu.

"woi" Riko menepuk bahu Aksa.

"sialan lo." ternyata Riko sedari tadi berdiri dibelakang Aksa.

"gimana gadis-gadis di Jerman? berapa banyak pacar lo".

"hahaha, bahkan jari lo gak bakal sanggup ngitung seberapa banyak cewek gue, udah lah gue mau pulang."

"langsung pulang nih?"

"hmm".

~Rumah keluarga Hudaverdi~

Aksa memasuki rumah yang sudah tiga tahun ia tinggalkan. bentuknya, tatanannya semua masih sama. tidak ada yang berubah.

rumah yang ia tinggalkan hanya karena patah hati, lebih tepatnya kecewa. rumah yang selalu ia rindukan, tapi ia tinggalkan karena sikap kekanak-kanakannya.

"ma". suara bariton Aksa mengagetkan mama Erin yang sedang memyemprot bunga kesayangannya.

"Aksa". mama merentangkan tangannya, memberi kode agar Aksa memeluknya. pelukan anak sulung laki-lakinya, pelukan yang sangat ia rindukan.

"ma, aksa capek, aksa mau keatas dulu".

'ting'

saat keluar lift, Aksa berjalan melewati lorongan panjang dengan jendela kecil yang mengarah ke balkon kamar sebelah. Aksa mengucek matanya

'apa aku salah lihat? sepertinya aku melihat perempuan.'

Aksa mundur beberapa langkah untuk memastikan.

'pasti aku salah lihat. siapa yang ada disini, kamar Arsyi dibawah. dia tidak pernah naik ke lantai dua, tapi tadi sepertinya memang ada perempuan di balkon. apa rumah ini mulai berhantu?'

'hiiiiiii,' Aksa merasa bulu kuduknya merinding.

Terpopuler

Comments

Santi

Santi

wahhh jangan jangan bocah yg nabrak aksa di mol itu karin😅

2023-02-04

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

bukan hantu aksa tp calon istri kamu dan kamu pasti kaget pas lihaty lbh kaget dr lihat hantu🤣🤣🤣🤣😅😅🤣

2022-06-25

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😍aduuh kariin kamu tuh polos bngt de

2022-06-25

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!