Sahabatku Suamiku
"Jeni ! tunggu aku donk ! bisa pelan ga sih jalannya !" teriakku pada lelaki yang dari tadi berjalan didepanku tanpa sedikitpun menolehku.
"Hai, apa kau tidak mendengar ucapanku !" teriakku kembali bernada lebih tinggi. Kali ini disertai ayunan tepukan tangan kananku yang keras menuju pundaknya, tanda kekesalanku yang memuncak karena dari tadi diacuhkan.
"Aduh !" jeritnya. Seketika langkahnya pun terhenti, sambil meringis dia mengelus-elus pundaknya yang sakit.
"Akhirnya kau berhenti juga, beruang kutub." Bentakku sedikit melotot.
"Barusan kau bilang apa?"
"Apakah kau tidak mendengarkan teriakanku, Jeni ?" Ocehku dengan napas yang naik turun karena didera rasa cape setelah mengejarnya.
"Aku tidak mendengarnya." Balasnya sambil membersihkan telinga kanannya dengan telunjuk tangannya. Sikapnya itu membuat Frisilia merasa dipermainkan.
"Aku tidak menyangka kedua telingamu itu benar-benar sudah tuli bukankah lebih baik kau buang saja benda tak berguna itu !" teriak frisilia sambil memperlihatkan wajah penuh kesal.
"Ya Tuhan ingin rasanya diriku hidup tenang tanda ada kegaduhan dan gangguan bising dari mulut gadis ini. Lagian yah, punya kaki tuh banyak dilatih ! lamban banget. Kau memang pantas kupanggil putri siput. Lebih baik jalan yang cepat ! bukannya bikin keributan yang buat orang terganggu sama kicauanmu itu." Balasnya sambil membuang wajah kesal dan menghempas napas dengan kasar.
"Jadi selama ini kamu merasa terganggu olehku ?" protesku tidak mau mengalah.
"Kalau iya bagaimana ?'' sambil pasang muka datar.
Nyebelin banget nih anak.
Awas yah kalo Dateng ke rumah !
Aku jamin pintu ga akan terbuka untukmu.
Tahu rasa kamu.
"Baiklah mulai sekarang dan seterusnya kita berangkat masing-masing, ok !" gerutuku dan berjalan cepat meninggalkannya.
Jenipun berjalan pelan mengikutiku tanpa berkomentar sedikitpun atas ucapanku tadi. akupun meliriknya dengan tatapan sinis sambil mulut cemberut namun malah dibalas dengan sunggingan senyuman dari bibirnya.
Dasar kau lelaki menyebalkan. Gerutu ku.
"Kau bilang barusan kalo aku mengganggumu. Bukankah kau tak seharusnya mengikutiku ? dasar kau ini yah, beruang kutub. Pantas saja cuma aku saja cewek yang dekat sama kamu. Kamu itu udah suka bikin jengkel dan enek. Berhati dingin juga sangat menyebalkan tau !" gerutuku kembali sambil berjalan dan menggelengkan kepalaku.
"Hai putri siput ! apa kamu lupa atau pura pura lupa ? kamu tau sendiri kan jalan menuju sekolah cuma lewat jalan ini." Belanya.
Benar juga yang dia katakan, aduh aku salah memilih kata makian. bodoh banget sih kamu, Frisilia .
" Barusan kau bilang cuma kamu cewek satu-satunya yang deket sama aku. Jelaslah, gak ada satu cewekpun yang mau mendekat. Apakah kamu selama ini sama sekali tidak menyadarinya ? bukankah kamu tuh nempel terus sama aku, mirip bodyguarku saja. Sudah jelas kan gak bakalan ada cewek yang mau deket denganku." Belanya kembali sambil tertawa kecil.
Akhirnya kuputuskan untuk meneruskan langkahku tanpa menghiraukan ocehannya itu. Dengan semangat ku percepat langkahku, boleh dibilang setengah berlari itu menurut perasaanku. Dengan tujuan agar jarak antara kamu berjauhan.
Dengan langkah yang kurasa seolah 2x lipat dari langkah normalku yang serasa menguras seluruh tenagaku. Namun, kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Kulihat Jeni berjalan dengan santai bahkan jaraknya sangat dekat tepat dibelakangku.
Ini sungguh membuatku prustasi.
"Aduhh !" Jeritku keras. Saat tubuhku roboh terjatuh karena kaki kananku menginjak lubang besar ditrotoar yang kulewati.
Kejadian yang menimpaku sekarang karena kecerobohanku yang tak fokus melihat jalan didepanku. Mataku terus terfokus pada sosok lelaki dibelakangku.
"Kau tidak Apa-apa ?" dengan cepat, Jeni menghampiriku dan membantuku agar terbangun. Kemudian, membopongku menuju kursi ditepi jalan.
"Coba kulihat kakimu !" dengan cekatan, ia membuka kaos kaki dan sepatu kaki kananku. Karena bagian itu yang menjadi biang dari robohnya tubuhku. Jeni dengan teliti memeriksa jari-jari kakiku.
Aku hanya terdiam sambil melihatnya. Sikapnya itu seketika meluluhkan hatiku yang sedang marah. Dia hanya seorang sahabat lelakiku, yang terjalin semasa kami masih kecil. Jeni selalu memberi perhatian seperti kakak kandungku sendiri.
"Untunglah kakimu tidak apa-apa. Lain kali kalau jalan hati-hati ! bagaimana pergelangan kakimu ? apakah sakit ?" diapun sedikit memutar kaki kananku itu.
"Sakit..... !" jeritku manja.
Padahal, sebenarnya tidak sakit sedikitpun. Aku sengaja melakukannya dengan niat ingin mengerjainnya.
"Kalo sakit lebih baik kita pulang saja !'' Pintanya dengan memperlihatkan wajah cemas.
"Nggak ! lagian hari ini ada ulangan ." Tolakku.
"Apakah kau kuat berjalan ?" tanyanya sambil memandangku. Pandangannya yang tajam, seakan menusuk hatiku seperti sebuah anak panah yang terlempar dari busurnya tepat menikam ulu hatiku
Akupun menjawabnya dengan menggelengkan kepala.
"Baiklah aku akan menggendongmu."
Jeni memakaikan kembali kaos kaki dan sepatuku. Kemudian dia memunggungiku dan berjongkok, mempersilahkanku untuk naik ke punggungnya. Dengan bibir menyeringai penuh jail akupun menaiki punggungnya untuk digendong olehnya.
"Putri siput ! apakah selama ini kau kurang makan ?" celotehnya setelah melanjutkan langkahnya sambil menggendongku.
"Memangnya kenapa ?"
"Seingatku, tiap ku gendong. Berat badanmu masih segini aja." Ocehnya sambil menimbang- nimbang tubuhku dengan menaik turunkan tubuhku dalam gendongannya.
"Kau ini yah !( kupukul pelan dada kanannya ) Apakah kau tidak merasa bersalah padaku ? denger baik-baik dengan telingamu yang normal ini yah ! aku kurus karenamu. Tiap hari kau sering makan di rumahku dan selalu habiskan jatah makanku." Balasku dan kembali merangkulkan kedua lenganku diantara lehernya.
deg deg deg deg
Tiba-tiba, hawa panas menjalar ke seluruh tubuhku. Saat dadaku merapat dipunggung nya dan memicu jantungku berdetak keras dan berirama tak teratur.
Wahai jantungku yang sehat dan penunjang kehidupanku.
Berkompromilah denganku !
Aku mohon, jangan berdetak seperti ini !
Akupun langsung menegakkan tubuhku agar dadaku menjauh dari punggungnya. Karena merasa takut dia akan merasakannya.
"Salah sendiri kau selalu bukain pintu." Oceh baliknya polos, dia tidak menyadari diriku yang sedang dibuat takaruan karena bersentuhan dengannya.
"Lagian kamu itu kenapa sih? doyan banget makan di rumahku. Padahal kau memiliki seorang pembantu." Gerutuku, sambil memandang ke depan dan sedikit merenggangkan dadaku dari punggungnya. Aku menetralkan sikapku agar Jeni tidak mengetahui kecanggungan ku saat berada dalam gendongannya.
Tak lama terlihat dari kejauhan gerbang sekolah. Jeni masih memiliki tenaga tanpa mengeluh dia menggendongku.
"Aku menyukai makanan buatan ibumu." Jawabnya.
"Alasan. Bilang saja mau bikin keluargaku bangkrut. Kamu tuh harusnya tahu ! dengan bertambahnya satu perut di meja makan rumahku, itu akan mengakibatkan bertambah pula jatah dapur yang harus dikeluarkan ibuku." Candaku.
kamipun tertawa.
Akhirnya sang gerbang sekolah sudah didepan mata kami dan aku memutuskan untuk mengakhiri sandiwara ku.
"Tunggu sebentar ! turunkan aku disini saja !" pintaku dan menghentikan langkahnya. Namun, aku masih berada digendongannya karena dia tidak berniat menurunkanku.
"Kau bilang kakimu sakit. Apakah kau benar-benar sudah merasa baikkan ?" tanyanya masih berdiri tegak menggendongku.
"Kalau kau gendong aku sampai kelas, bisa-bisa seluruh murid disini menyoraki kita." Jawabku , akhirnya Jeni menurunkanku. Akupun berdiri tegap setelah kedua kakiku merapat dengan tanah sambil tersenyum licik.
satu dua tiga
"Aku tunggu di kelas, ya !" akupun berlari sambil melambaikan tangan yang mengacung di atas kepalaku menuju kelas. Membuat Jeni terperangah dan kaget sekaligus menyadari kalau dia telah dijahili olehku.
"Dasar kau putri siput jail. Ternyata kau mengerjainku. Awas ya !" diapun mengejarku yang berlari cepat dengan diiringi tawa riang.
Itu sepenggal cerita tentang kami. Cerita sepasang kaula muda yang berbeda genre terikat oleh sebuah jalinan persahabatan.
Aku bernama Frisilia Calista dan sahabat lelakiku Jeni Anggoro. Namun aku lebih senang memanggilnya dengan nama JENI.
Kami memiliki nama panggilan sendiri. Jeni selalu memanggilku putri siput, karena dia menilai diriku terlalu lamban. Lamban berjalan, lamban berlari dan lamban dari segalanya. Ia sih, aku mengakuinya bukan Jeni saja yang dibuat kesal oleh kelambananku terutama saat akan berpergian. Ibupun selalu dibuat kesal.
Akupun memanggil Jeni dengan panggilan beruang kutub. Karena sikapnya yang super dingin. Dia sangat susah untuk dekat dengan orang lain. Teramat cuek dan kaku. Sebenarnya banyak siswi yang menyukainya. Selain dia siswa berprestasi, wajah yang dia miliki sangat tampan.
Namun setiap siswi yang menyukainya, tidak pernah satupun mendapatkan balasan darinya. Kadang akupun selalu dibuat jengkel olehnya, karena akupun sering dicuekin olehnya. Namun, akulah gadis satu-satunya yang bertahan dengan semua sifatnya itu.
Kami mulai saling kenal saat usia kami 9 tahun. Saat itu, kami masih bersekolah tingkat dasar. Dia datang ke sekolah sebagai siswa pindahan. Tak banyak yang menjadi temannya, bahkan bisa dibilang gak ada. Dia selalu menutup diri dan senang menyendiri. Akulah, salah satu siswi yang berani dan tidak menyerah. Walaupun berkali-kali menerima penolakan darinya. Saat ku coba berusaha untuk lebih dekat dengannya.
Jalanku, dipermudah karena rumah kami berdekatan. Hingga kami sering pulang bareng. Lama-lama hati yang beku itu luluh, diapun mulai menerimaku. Menjadi sahabatnya, sampai saat ini.
Hanya sahabat nya saja.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya🤗
simak terus ya kelanjutannya😊
Jangan lupa dukung author lewat like, vote, coment terbaik dan Rate boomnya😊☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Lia
kirain jeni itu perempuan soal na nama jeni nama perempuan.😁
2021-02-04
0
Radin Zakiyah Musbich
up yg banyak kak... ❤️❤️❤️
ijin promo 😀
jgn lupa mampir di novel dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🎉🎉🎉
kisah cinta beda agama 🍦🍦🍦
jgn lupa tinggalkan jejak ya 🍦🍦🍦
2020-10-18
1
ᴘɪᴘɪᴡ ❶ ࿐ཽ༵ ᴮᴼˢˢ
Semunguts slalu
2020-09-26
0