" Hallo cantik ... " Terdengar sapaan dari mulut Bily. Salah satu siswa yang enggak banget aku suka, dia menghampiriku dengan gaya sok nya.
Ya ampun ! coba deh sehari aja aku gak ketemu sama dia .
Bikin gak mood banget nih orang.
Akupun membalas sapaanya dengan senyuman memaksa. Kalau saja dia bukan anak pemilik perusahaan tempat ayahku bekerja, tak sudi rasanya memasang wajah manis walaupun hanya sekali.
"Dimana bodyguarmu itu ? tumben nggak ngekorin ." Celanya sambil menengok ke arah kanan kiri untuk mencari satu sosok lelaki yang tak lain Jeni.
Akupun menjawabnya dengan mengangkat kedua bahuku. Rasa malas menghampiriku untuk meladeninya, membelenguku semenjak dia berdiri tepat didepanku. Sejujurnya, aku tidak menyukainya karena sifat sombong dan playboynya.
Dia sangat populer karena memiliki wajah yang tampan didukung pula terlahir sebagai anak orang kaya. Cewek belahan bumi mana yang akan menolaknya. Sepertinya, hanya aku saja yang selalu menghindarinya dan kurang simpati padanya.
"Hai.... !" sapa temannya yang dari tadi berjalan dibelakangnya, sambil melambaikan tangannya so akrab.
Apa lagi ini ? mereka benar-benar nyebalin banget.
"Bos...Jadi cewek cantik ini yang sering bos ceritain ? yang meluluh lantahkan hati dan membuat bosku tergila-gila." Ceplos temannya itu. Kulihat Bily menyikut perutnya.
"Aduh ! sakit bos !" jeritnya pelan sambil meringis dan memegang perutnya.
"Sejak bertemu di acara garden party 3 bulan yang lalu, di acara kantor ayahku. Dan ku tau, kau putri Pak Darma. Direktur kepercayaan ayahku. Aku mulai tertarik dan selalu memperhatikanmu." Rayunya dan semakin mendekatiku.
Aku memundurkan badan berharap dia mengerti untuk tidak terlalu dekat denganku. Iapun menghentikan langkahnya, kemudian membuang muka sambil tersenyum kesal. Mungkin ia mengerti atau dia merasa kecewa akan sikapku yang kurang baik padanya.
"Kau terlalu berlebihan Bily. Aku tidak pantas mendapatkan perhatian lebih darimu. Aku rasa kau salah memilih. Lihat baik-baik diriku ! tidak ada satupun yang istimewa dariku. Bahkan, kalo dibandingkan dengan para gadismu. Sangat jauh berbeda. Aku tidak memiliki salah satu tipe dari semua cewek yang pernah jadi kekasihmu." Elakku sambil tersenyum kecut.
Bily tiba-tiba tertawa dan akupun semakin geram dibuatnya.
"Itulah yang aku suka darimu. Kau harus tahu ! selain kau memiliki wajah yang cantik. Kau salah satu wanita yang selama ini aku cari. Kau harus tau ! sejak pertama aku berjumpa denganmu. Dimataku kau wanita istimewa, berbeda, menarik dan membuatku penasaran. Aku berharap dimasa depan memilikimu sebagai pendamping hidupku." Ucapnya kembali.
Kulihat temannya spontan menutup mulutnya. Entah ia tak percaya mendengarnya. Entah mengagumi gombalannya yang sering ia dengar sebagai kacungnya selama ini.
Ya ampun rasanya aku ingin muntah mendengarnya. Ingin rasanya ku membuang muntahanku tepat kemukanya. Untuk kesekian kalinya aku dibuat mual mendengarnya.
"Mengingat beberapa bulan lagi kita akan keluar dari sini dan besar kemungkinan melanjutkan ke kampus pilihan masing-masing. Aku yakin, akan banyak lagi wanita cantik yang kau temui. Aku tidak yakin kau akan ingat kata-katamu barusan." Celotehku, sambil membuang muka menahan rasa kesal mendengar rayuan gombalnya yang terlalu basi.
"Frisilia Calista. Kau harus ingat ! mulai sekarang, aku menandaimu dan kau milikku hanya untukku. Aku akan buktikan perkataanku." Bisiknya tiba-tiba, tepat di telinga kiriku kemudian dia melangkah pergi meninggalkanku.
"Apa-apaan sihh..!?" jeritku sambil menggebrak kaki kananku dan berbalik melihatnya dengan tatapan kesal.
Bily berjalan tanpa menolehku dan tersenyum puas. Tepat dihadapannya, Jeni berjalan menuju ke arahku. Mereka sama-sama menghentikan langkah dan saling memandang. Bilypun diikuti temannya melanjutkan langkahnya dengan melempar senyuman sinis. Dan Jenipun menghampiriku dengan wajah tak suka.
"Apa lelaki brengsek itu mengganggumu lagi? " tanyanya dan menyodorkan se-cup jus stowberi dingin kesukaanku.
Akupun dengan cepat menerimanya dan langsung menyedotnya. Rasa hausku begitu kuat setelah bertegur sapa dengan Bily, lelaki perayu itu.
"Apakah dia mengganggumu?" tanyanya lagi.
" Hmmm.. ." Jawabku sambil mengangguk masih tidak rela melepaskan mulutku untuk menyedot sampai habis jus itu.
Jeni berdiri dengan sabar menunggu jawabanku dan sekarang terlihat ada kekesalan diwajahnya.
"Aah, akhirnya lenyap sudah rasa hausku." Celotehku, setelah mengakhiri sedotanku hingga titik air penghabisan. Akupun tersenyum manis, sambil melihat wajah kesal yang sekarang berada dihadapanku. Berharap sikapku itu bisa mencairkan suasana.
"Sebenarnya, aku malas untuk membahasnya." Gerutuku sambil memasang bibir yang cemberut.
"Katakan apa yang ia ucapkan tanpa sedikitpun yang terlewat ! " perintahnya, sangat serius diiringi tatapan tajam dan menusuk.
Ya ampun kau sahabatku apa pacarku sih ?reaksinya gitu banget.
"Seperti biasa dia merayuku. Kaupun tahu bukan playboy macam dia ?"
Jeni masih terdiam dan menatapku dengan tatapan tajam. Dia belum puas dengan penjelasanku, tatapannya masih sangat tajam. Mengisyaratkan agar aku menceritakannya dengan terperinci.
"Baiklah akan aku ceritakan. Dia merayuku, katanya aku wanita istimewa, berbeda, menarik dan membuat dia penasaran. Bagiku rayuannya itu sangat menyebalkan. Perayu itu bahkan mengatakan bahwa dimasa depan, dia akan menjadikanku sebagai pendampingnya. Siapa lagi yang mau sama dia, amit-amit deh !" ceritaku sambil bergidik.
Jenipun, melangkah meninggalkanku tanpa komentar sepatah katapun seusai mendengar penjelasanku.
"lagi-lagi suka marah tanpa alasan. Memangnya aku yang nyamperin lelaki berengsek itu. Jelas-jelas lelaki itu yang menghampiriku dan merayuku." Gerutuku pelan, sambil memasang bibir cemberut mengikuti langkahnya dari belakang.
"Makanya, kalau udah liat dia. Menghindar kek..! gitu saja ga bisa ." Ocehnya sambil tetap berjalan mengacuhkanku.
Aku kaget ternyata dia mendengarnya.
"Memangnya, salah apa aku harus menghindar darinya ?" protesku tak terima masih memasang bibir cemberut.
Langkah Jeni, tiba-tiba berhenti dan akupun yang berjalan sambil menunduk mengikutinya tak mampu menghentikan langkahku, kamipun bertabrakan.
Karena Jeni berhenti dan langsung memutar tubuhnya ke arahku, bukan tubuh kami saja yang bertabrakan. Tapi dahiku pun berhasil tercium oleh bibirnya. Namun ciuman yang menyakitkan.
"Aduh sakit ! kenapa sih berhenti tiba-tiba ?" protesku sambil mengelus dahiku yang terasa sakit.
"Jidatmu itu yang kepedean. Pake bilang salah apa harus menghindarinya. Apakah diotak kecilmu itu, memang berharap disapa dan dirayu si berengsek itu ?" celanya dan menekan pelan dahiku yang memerah karena benturan itu.
"Asal kau tahu, ya ! kau memang beruang kutub yang super menyebalkan. Kalau boleh memilih, jangankan berbicara dengannya. Bertegur sapapun, aku tak sudi. Kalo saja ayahku tidak bekerja di perusahaan ayahnya, dari dulu sudah ku maki-maki habis dia. Saat terlontar rayuan basi dari mulutnya itu. Bila perlu ku robek sekalian mulutnya.'' Terangku dengan nada tinggi, sebagai ungkapan tak terima dari ucapannya sambil memandangnya penuh amarah.
Jeni masih diam membisu dan memandangku datar. Namun tatapan penuh kesal itu seakan sirna. Aku mengenalnya dengan baik saat dia marah, jengkel, kesal dan bahagia.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu, spontan ku raih kedua pipinya dan kutarik dengan kedua telapak tanganku. Hingga wajah kami sangat dekat. mata kamipun beradu tatap dengan jarak hanya berapa cm.
"Coba perhatikan wajahku dengan seksama Jeni ! aku bertanya padamu karena kau sudah mengenalku sejak kecil. Aku harap kau tidak berbohong ! apakah benar ? aku terlihat cantik dan istimewa ?"
kamipun saling menatap, semakin lama rasanya semakin menusuk. Hingga memicu jantungku untuk berdetak sangat cepat dan memberi reaksi getaran yang berbeda ke tubuhku. Sepertinya ada hawa panas yang membakar wajahku.
Perasaan apa ini ?
Perasaan aneh dan tak bisa aku bendung saat menatap matanya.
Jeni dengan cepat membuang muka dan melepaskan tarikan pipinya dari tanganku. Kamipun tiba-tiba bertingkah serba salah.
"Wajahmu merah seperti kepiting rebus. Mana bisa dibilang cantik ." Selanya sambil tersenyum dan pergi meninggalkanku.
"Hai.... ! Dasar kau !" jeritku, namun tak dia hiraukan.
Apakah wajahku benar-benar merah seperti yang ia katakan ? habislah aku.
Akupun berlari ke toilet karena hanya disanalah ku temukan cermin.
"Aah, tidak ! ternyata dia berkata benar." Jeritku, sambil melihat wajahku yang masih memerah.
Sebenarnya perasaan apa ini ?
Tidak mungkin aku menyukainya. Itu mustahil. Dia sudah ku anggap sebagai sahabatku, tak lebih.
"Tidakk ! sadarlah, Frisilia !
aku tidak boleh memiliki perasaan lain padanya !'' ocehku dan menepuk-nepuk kedua pipiku.
Benih-benih cinta mulai tumbuh berkembang dihati, Frisilia nih.
Bagaimana dengan JENI ?
Habis baca jangan lupa like and votenya yah😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
awesome ❤️❤️❤️
ijin promo thor 🙏
jgn lupa baca novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🍭🍭🍭
kisah cinta beda agama,
jgn lupa tinggalkan jejak dg like and comment ya 🙏😁
2020-10-30
0
Triana R
halo salam kenal kak...
2020-07-26
1
Jefry Antonius
banyak kok cowo namanya Jeni,
cuman memang gak umum, tp buatku enak dibaca ah..
semangatty terus kakak
2020-07-03
1