"Sore Om, Tante " Ku hampiri kedua pasangan itu, mereka sedang duduk berduaan saja diruang tamu itu. Seperti biasa pada jam segini mereka sedang menonton tv. Aku tahu kegiatan rutin itu, mereka selalu menghabiskan waktu sore hari dengan kegiatan itu.
Kadang saat berkumpul bersama, banyak kegiatan yang kami lakukan. Kadang saling berbagi cerita, bercanda dengan putrinya bahkan menghabiskan waktu menonton acara yang kami anggap seru. Senyum tawa selalu memenuhi ruangan itu.
"Eh, nak Jeni. Ayo sini !" Sambut ibunya Frisilia ramah. Begitupun terlihat sunggingan dari mulut ayahnya.
"Sini - sini duduk disini ! Ada yang ingin Tante bicarakan." Lanjutnya sambil menepuk-nepuk kursi disampingnya. Agar aku duduk di kursi yang inginkan. Akupun menuruti kemudian duduk sesuai instruksinya.
"Benarkah berita yang Tante dengar dari Frisilia ?kalo kamu akan pulang ke rumah orang tuamu."
Akupun mengangguk mengiyakan.
"Kami pasti sangat kehilanganmu. Tetapi bila itu jalan yang terbaik untuk masa depanmu, Om rasa ada baiknya kami mendukung keputusanmu."
"Ingatlah nak ! Rumah kami akan slalu terbuka untukmu. Kapanpun kau datang, kami akan selalu menyambutmu.Tante harap, kau menyempatkan diri berkunjung kemari ! Saat waktumu luang.Kau sudah ku anggap seperti putraku sendiri." Jelasnya sambil menggenggam lembut tanganku.
Kasih sayang dan perhatian yang selama ini aku terima dari perempuan itu. Telah membuatku tumbuh menjadi lelaki dewasa, yang tidak haus akan kasih sayang. Entah apa yang akan terjadi ? Seandainya aku tidak pernah tinggal di kota ini. Aku pasti akan tumbuh menjadi lelaki yang memiliki sifat yang sama dengan kedua orang tuaku.
"Terimakasih Tante atas semua kasih sayangmu padaku, selama ini. Dan Om, aku banyak belajar darimu. Kelak dimasa depan akan berguna untukku. Kalian sudah kuanggap seperti ayah dan ibuku dan aku takan pernah melupakan itu."
Merekapun mengangguk, namun kulihat pancaran wajah kesedihan diwajah mereka.
"Owh Tante, sudah 2 hari ini aku tidak bertemu Frisilia. Apakah dia baik-baik saja ?" Tanyaku penasaran.
"Tante kira, kalian seperti biasa selalu kemana-mana bersama ?" Sambil mengerutkan dahi karena heran.
"Tidak Tante. Sudah 2 hari ini dia selalu menghindar dariku.Kamipun pulang dan pergi ke sekolah masing-masing, dia selalu meninggalkanku.Begitupun di sekolah,dia selalu menghindar." Aduku.
"Pantesan tante perhatikan akhir-akhir ini, dia jarang bicara dan selalu tampak murung.Mungkin Frisilia butuh waktu untuk sendiri.Kaupun tahu bukan, dia sangat tergantung padamu.Tante yakin, dia orang yang paling merasa kehilanganmu." Terangnya.
"Maafkan aku Tante ! Ini semua karenaku."
"Sudah ! sudah ! Walaupun sangat berat untuk kalian. Namun demi masa depanmu, tante rasa harus kalian hadapi.Coba kau samperin dia ! bicaralah dengan perlahan dan bujuklah dia agar mengerti." Ucapnya menyemangatiku.
Akupun pergi meninggalkan mereka dan berjalan ke arah kamarnya.Untuk sesaat, ku terdiam dan berdiri didepan pintu kamar gadis itu.Perlahan ku angkat tanganku mengetuk dengan pelan beberapa kali. Namun tak ada jawaban.Akupun terdiam kembali dan mendengarkan dengan cermat, akan adanya bunyi pergerakan dari dalam kamar.Sambil tersenyum ku ketuk kembali pintunya beberapa kali. Namun masih tetap tidak mendapat jawaban.
Perlahan ku raih gagang pintu dan ku putar pintunya, ternyata tidak terkunci.Akupun melanggar janjiku dengan masuk tanpa ijin pemilik ruangan itu.Rasa rinduku padanya mendorongku untuk memasukinya.Kulihat tubuh itu meringkuk memunggungi pintu.Aku tahu dia berpura-pura.Akupun berjalan namun tidak menghampirinya tapi duduk dikursi menghadapnya.
"Aku tahu kau marah padaku dan aku tahu kau menghindariku." Gumamku pelan.
Namun gadis itu tetap diam dan berpura-pura.
Akupun menarik napas berat dan terdiam sesaat.
"Seingatku, bila kau tidur nyenyak pasti terdengar bunyi nyaring suara dengkurmu itu. Sangat keras dan mengganggu." Celotehku menggodanya.
Tak disangka melayang sebuah bantal ke mukaku, tak dapat ku hindari. Walaupun mengagetkan dan sedikit sakit. Namun Ini yang aku tunggu, dia ternyata meresponku.
"Belum cukup kau menambah kekesalanku beruang kutub menyebalkan !" Tiba-tiba terdengar ocehan dari mulutnya yang ku rindukan dan membuatku tersenyum.
"Senyum-senyum lagi. Apa kau merasa tidak berdosa sedikitpun padaku ?" Ocehnya kembali.
"Aku tahu aku salah dan aku minta maaf.Aku tidak sengaja melakukannya, itu semua karena diriku yang terbawa suasana. Lagian seingatku, kaupun menikmatinya." Belaku.
"Coba kau bilang sekali lagi ! Akan ku robek mulutmu itu." Balasnya sedikit bernada tinggi.
"Iya iya maaf .."
"Kau keterlaluan Jeni.Kau telah mengambil ciuman pertamaku.Aku membayangkan melakukannya dengan kekasihku yang aku cintai tapi kenyataannya kau telah memusnahkan harapanku." Jelasnya sambil memandang kesal padaku.
"Jadi itu alasannya kau marah padaku ?."
"Bukan itu saja yang membuatku marah padamu. Aku hanya belajar untuk terbiasa tidak bertemu denganmu. Suatu saat kalau kau pergi begitu saja. Aku pasti akan kaget dan merasa sakit seketika." Gumamnya pelan.
Gumamnya terdengar menyakitkan, sangat menyakitkan.
"Kau benar-benar akan pergi Jeni ?" Lirihnya pelan, sambil memandangku dengan tatapan sedih.
Akupun mengangguk tanpa melihat wajahnya, karena aku tidak bisa memperlihatkan wajah sedihku. Agar tidak menambah kepedihannya.
"Baiklah, aku menerimanya. Jika memang keputusanmu yang tidak dapat dirubah lagi."
"Akupun merasakan hal yang sama sepertimu.Sama-sama merasakan kehilangan.Tapi ini harus kita lalui untuk masa depanku." Terangku pelan. Akupun memandang lembut wajahnya yang kusut.
"Aku merasa akan kehilanganmu selamanya. Bahkan aku merasa kau akan pergi tanpa kembali." Keluhnya dan kembali menitikkan air mata.
Akupun mendekatinya dan duduk memegang kedua tangannya.
"Aku berjanji akan kembali." Gumamku pelan.
"Aku harap kau takan melupakan kata-katamu itu !"
Kamipun saling bertatapan. Selama dua hari kami tidak bertemu, aku merasakan rasa rindu yang begitu memuncak.Bagaimana rasanya nanti ? Saat hari-hariku benar-benar dilalui tanpa bisa melihat wajah gadis ini.
"Kapan kau pulang ?"
"Bulan depan." Jawabku pelan.
"Dua Minggu lagi, apakah kau akan pergi sesudah acara kelulusan ? Begitu cepatnya waktu berlalu." Jawabnya dan menarik napas berat.
Aku tidak bisa menjawabnya, rongga mulutku tak lagi bisa berkata-kata.
"Kau harus selalu menghubungiku dan menelponku !" Pintanya kembali.
Akupun mengangguk.
Namun permintaannya kali ini tak dapat aku penuhi.Saat aku pergi dari kota ini, semua kenangan harus aku hapus.Aku harus menghilang begitu saja untuk melindungi mereka.Aku tidak ingin hal buruk terjadi menimpa mereka,mengingat watak ayah dan ibu yang sangat berkuasa dan bisa memusnahkan dengan mudah, hal yang tidak mereka sukai dengan cara apa saja.
Maafkan aku Frisilia !
Aku akan pergi dan akan menghilang tanpa jejak karena itu jalan satu-satunya melindungimu dan kedua orang tuamu.
"Aku ingin jujur padamu." Celotehku pelan.
"Katakanlah !"
"Ciuman itu adalah ciuman pertamaku. Tak perduli kau menyesalinya sudah melakukan itu denganku. Namun bagiku itu peristiwa yang indah dan takan pernah aku lupakan seumur hidupku." Aku ku dan memandang tajam matanya.
Frisilia menunduk, sepertinya ia menghidar. Entah rasa malu menhinggapinya, terlihat jelas dari daun telinganya yang memerah. Diapun sepertinya tidak mampu berucap.
"Aku penasaran ?"
"kenapa ?"
"Saat kita melakukannya kau seolah pernah melakukannya dengan orang lain. Aku dibuat tak percaya ini merupakan ciuman pertamamu yang kucuri." Tebakku.
"Dasar kau beruang kutub menyebalkan ! keluar kau !" Diapun memukul keras pundakku.
"Aduh sakit ?" Teriakku sambil meringis dan mengelus-elus pundakku.
"Makanya jangan sembarangan ngomong ! Kita tumbuh bersama.Kau tau pasti kapan aku mengenal lelaki selain kamu.Bisa-bisanya kau berbicara seperti itu." Ocehnya marah.
"maafkan perkataanku tadi ! Aku hanya bercanda."
"Kau belum aku maafkan. Sebelum kau jemput aku besok ke sekolah dengan motor besarmu itu." Pintanya.
*N*ih gadis bisa aja cari-cari kesempatan.
"Nggak ! Jangan pernah bermimpi !" Tolakku tegas.
"Ayolah ! Kabulkan permintaanku ! Mau ya !"
"Sayangnya aku g mau, putri siput. Simpan keinginan itu dijidatmu saja !" Tolakku kukuh.
Tiba-tiba mata bulatnya menghampiriku dan berkedip-kedip,membuatku ingin tertawa.Dia mengisyaratkan agar aku mengabulkan permintaannya.
"Ga ngaruh aku tetap saja ga mau." Tolakku kembali dan menghindarinya karena bibirku yang tak kuat menahan ingin tertawa.
Iapun terus membuntutiku seperti anak balita yang menginginkan dibelikan lolypop.
Begitulah dia, kalau ada yang diinginkan. Dia akan bertingkah aneh dan kekanak-kanakan, tapi aku menyukainya dan akan merindukannya.
Jangan lupa like and votenya😊☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Triana R
semangat semangat
2020-07-26
0