Menjelang Perpisahan 3

Aku berjalan menghampiri Jeni, dari tadi dia menungguku dengan posisi sudah menaiki motornya. Kulihat gayanya, dia tampak gagah. Membuat mataku berkedip berkali-kali untuk mengusir khayalan dikepalaku akibat pesonanya.

"Aku suka gayamu, kawan." Pujiku polos. Saat menerima helm yang ia berikan.

"Bersiaplah putri siput hari ini kita akan berpetualang."

"Tunggu sebentar ! Ada yang ingin aku sampaikan. Setelah ku fikir-fikir, selama ini kau berlaku tidak adil, Jeni." Protesku.

"Apa lagi gadis lamban ?"

"Kau ini ! (akupun menggebragkan kaki kanan ke lantai dengan keras kesal) kamu tuh yach jadi temen peka dikit donk ! Coba kamu perkirakan ! Jarak dari sekolah ke rumah, kan lumayan jauh. Baik dikit, dong ! Manfaatkan motor gedemu itu.'' Protesku.

"Jadi kau protes ? Karena selama ini aku pelit nggak ngajakin kamu pulang pergi pake motor ini ?"

"Tepat sekali kawan." Sanggahku dengan wajah riang.

"Jadi kamu ingin aku bonceng dengan memakai rokmu yang kependekan itu setiap hari ? Agar rokmu itu terangkat. Kemudian memperlihatkan pahamu itu ke setiap lelaki yang berada dijalan yang kita lewati. Oh, Nona. Sebagai lelaki akupun merasa tidak rela." Terangnya.

" Maksudku nggak gitu ." Belaku pelan sambil cemberut.

Kemudian akupun terdiam karena malu, tidak terpikirkan sama sekali hal itu. Jeni ternyata lebih peka dari yang ku bayangkan.

"Dengar baik-baik putri siput ! Selama ini aku mengajakmu berjalan, agar kau tidak terlena dengan kaki lambanmu itu. Lebih cepat lebih baik, kau ganti panggilanmu itu sebagai putri siput." Godanya kembali.

"Jeni !" Teriakku.

"Cepatlah bersiap ! Hari sudah mulai siang.Jangan lupa pakai helmmu dengan benar !"

"Iya iya cerewet."

Akupun memakai helm,tapi sebelum ku melangkah menaiki motornya. Dia menghentikan langkahku.

"Tunggu sebentar ! Kau masih saja ceroboh. Helm gunanya untuk melindungi kepalamu, yang selalu kau gunakan mikir kalimat protesmu. Kalau masang kaya gini, kau akan biarkan kepalamu terbentur. Bisa tambah repot." Cacinya pelan sambil merapatkan dengan kuat tali helmku. Akupun memasang wajah cemberut.

" Yang terpenting kan, kau nggak sengaja menjatuhkanku." Ocehku pelan.

"Ayo, naik ! Kebiasaan banget. Acara persiapan saja makan waktu lama." Celotehnya kembali.

Dengan mulut terdiam, akupun naik ke motornya. Motor yang kami tumpangi pun melaju memulai perjalanan, dibawah teriknya mentari pagi.

Disepanjang perjalanan. Ku peluk erat tubuhnya, rasanya hangat dan nyaman.Lajunya yang cepat tak membuatku takut dan cemas karena bersamanya, aku merasa aman.kulihat wajahnya dibalik kaca spion. Dia serius menatap jalan.

Dia terlihat tampan, sangat tampan. Namun sayang, aku bukanlah wanita yang bisa dia jadikan kekasihnya.Aku harus melupakan angan untuk meraih hal itu.

Jeni aku keliru akan perasaanku saat ini.

Tak seharusnya aku terus berharap.

Baiklah biarkan aku memelukmu seperti saat ini.

Dan aku akan biarkan jantungku berdetak kencang dipunggungmu.

Dan biarkan aku merasakan kehangatan tubuhmu hari ini.

Walaupun hanya dengan cara seperti ini.

Tak terasa, kamipun sampai ke tempat tujuan.Sesampainya disana, aku berlari riang menghampiri ombak yang berkejaran di tepi pantai. Aku seperti anak kecil mengejar dan berlari, bermain dengan sang ombak. Ku kejar ombak yang berlari ke arah laut lepas,dan ku berlari saat ombak menuju ketepian. Begitu dan terus begitu, Kegiatan itu untuk sesaat membuatku merasa bahagia.

Aku tertawa lepas, berputar-putar sambil menengadahkan wajah ke atas awan dan menyibak-nyibakkan gemercik air dari sang ombak yang mulai mengecil ditepian. Hingga aku melupa seseorang yang berdiri sambil tersenyum melihatku, yang tak lain Jeni.

Saat ku tersadar, ku ulurkan kedua tanganku dengan posisi terbuka. Agar dia meraihnya, sambil ku lemparkan senyuman bahagia padanya.

"Kemarilah !" Pintaku dengan sedikit nada keras. Karena kalah oleh suara deburan ombak.

Jeni, sambil tersenyum meraihnya dan akupun menyambutnya bahagia. Akupun menariknya ke arah ombak, spontan Jeni menghindar. Namun dengan sekuat tenaga aku menariknya kembali dan kamipun berhasil menginjak ombak itu.

Aku tertawa lepas begitupun dia. Tanpa aba-aba, tiba-tiba ia mengangkat tubuhku dan berputar-putar. Akupun merangkul pundaknya hingga tubuh kami meleka,menempel dan saling menatap. Wajahnya yang terlihat semakin tampan saat terukir bersama senymannya.

Dia terus tertawa sambil terus berputar-putar dan akupun tak melepas rangkulanku.Akhirnya semakin lama senyuman itu memudar dan zona perasaan malu tiba-tiba datang menghampiri kami.

Akupun menyuruhnya untuk menurunkanku dan kami bertingkah serba salah.

"Maaf boleh saya minta tolong ? Tiba-tiba terdengar suara dari seorang perempuan, sepertinya bersama kekasihnya.

"Iya, apa yang bisa saya bantu ?" Jawabku.

"Maaf ! Bisa minta tolong fotoin kami berdua ?" Sambungnya.

"Biar saya saja." Tawar Jeni.

" Oh, iya.Terimakasih sebelumnya." Diapun memberikan camera pada Jeni.

Jenipun memotret mereka dan memberikan kembali cameranya.

"Sekali lagi saya ucapkan terimakasih. Saya lihat kalian pasangan yang sangat serasi. Semoga hubungan kalian langgeng." Ucapnya dan memandang kami bergiliran.

"Hubungan kami tidak seperti yang kau fikirkan." Tolakku.

"Oh, maaf !" Reaksinya bingung sambil melihat kekasihnya.

"Kalau begitu kami permisi." Jenipun menarik tangan kananku untuk meninggalkan mereka sambil menyunggingkan senyuman.

"Padahal aku fikir mereka sepasang kekasih, menurutku mereka sangat serasi." Celoteh perempuan itu pada lelaki disampingnya.

Perkataannya terdengar jelas,sangat jelas di telingaku.Dan akupun sedikit meliriknya yang berjalan berlawanan.

Akhirnya Jeni mengajakku duduk di bawah pohon kelapa, ditepi pantai itu. Semakin siang terik sang mentari semakin membakar kulit, hanya berteduh disana pilihan terbaik.

Akupun duduk mengikutinya kemudian memandang deburan ombak didepanku. Ku pejamkan mata menikmati semilir angin yang berhembus,kadang menghempas helaian rambutku yang tergerai. Semakin lama suasana semakin beku. Jeni terus terdiam, seperti ada sesuatu yang ia fikirkan.

"Semalam aku meminum beberapa butir obat itu." Akunya tiba-tiba.

" Apa ? Bukankah kau sudah berjanji padaku untuk berhenti mengkonsumsinya. Apa kau ada masalah ?"

"Semalam aku merasa gelisah dan aku tidak bisa melenyapkannya." Terangnya dan melihatku seolah merasa bersalah.

"Apa ada yang ingin kau bicarakan denganku ?"

"Ya, aku ingin mengatakannya. Namun aku harap kau bisa menerimanya." Jelasnya pelan.

"Aku jadi takut. Sebenarnya apa yang ingin kau katakan ?" Pintaku makin penasaran.

Jeni terdiam, dia kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Sikapnya itu membuatku kesal karena gayanya yang selalu bertele-tele.

"Baiklah, lebih baik aku berjalan-jalan saja. Rasanya tidak asik." Protesku.

Akupun berdiri hendak meninggalkannya, namun langkahku terhenti oleh tarikan tangannya di lengan kananku.

"Aku akan pulang ke rumah orang tuaku selepas kelulusan." Jelasnya pelan.

Petir seakan datang disiang hari dan menyambar tubuhku hingga membuat kakiku melemah untuk tetap berdiri. Akupun jatuh terduduk menghadapnya, membuat dia kaget dan bangun meraih tubuhku.

"Kau tidak apa-apa ?" Sambil memegang kedua pundak ku. Kamipun saling berhadapan sangat dekat.

"Jadi kau mengajakku kesini untuk mengatakan ini ?" Ucapku pelan. Ku pandangi dia dengan mata yang mulai berkaca.

"maafkan aku ! Karena semakin mengulur waktu, aku semakin susah untuk mengatakannya."

"Ini terlalu cepat bagiku, aku belum siap untuk ..." Tangisanku sudah tak bisa ku bendung, akupun memeluknya diiringi isakan tangis.

Jeni, mengusap lembut punggungku.Aku tahu, dia sudah cukup menahan beban berat untuk mengatakannya. Aku tahu saat seperti ini pasti akan terjadi. Namun mengapa begitu cepat ? Mengingat hari-hariku selalu bersamanya.

Hidupku serasa hampa bila sehari saja tak bertemu dengannya.Dia bagian terpenting dalam hidupku, walaupun dia terlahir bukan dari rahim ibuku. Namun dia memperlakukanku seperti bagian dari hidupnya.

Kami tumbuh bersama semenjak kecil, sampai menuju dewasapun selalu bersama. Walaupun dia tidak serumah, tapi waktu terlama yang dia habiskan, hanya dengan keluargaku.Ayah dan ibupun pasti akan merasa sedih mendengar berita kepergiannya.Mereka sudah menganggap Jeni seperti anak lelaki mereka.Apalagi ibu dia sangat menyayangi jeni.

Tangisanku berlangsung lama dan Jenipun dengan sabar menungguku reda.

***

"Apa kau akan bahagia disana ? Mengingat orang tuamu seperti itu." Tanyaku. Setelah puas mencurahkan air mataku.

"Aku harus bisa. Walaupun kebahagiaanku lenyap.Ini semua demi masa depanku." Terangnya.

"Dan kita takan bertemu Jeni. Apakah kau akan tega meninggalkanku ?" gumamku pelan sambil memandang wajahnya dengan rasa sedih.

"aku janji akan menemuimu, saat aku telah sukses." Terangnya kembali dan membalas pandanganku.

Aku terdiam sesaat mendengarnya.

"Beri aku waktu sebentar saja untuk menerima kenyataan ini.Ini tak mudah bagiku." Ucapku pelan dan tak terasa kembali kuteteskan air mata di kedua pipiku.

Jeni meraih wajahku dengan kedua tangannya dan menghapus air mata yang mulai beranjak dari pipiku.

"Aku berjanji padamu akan menemuimu dan kembali. Saat aku memiliki kekuatan untuk melawan aturan orang tuaku."

"Pasti kamu akan kesepian dan tersiksa kembali Jeni.Aku mengkhawatirkanmu." Elakku masih tetap dengan nada sedih.

"Kau jangan khawatir ! Aku bukan Jeni anak lelaki yang masih berusia 9 tahun seperti pertama kali kita bertemu. Aku sudah tumbuh menjadi seorang lelaki dewasa dan aku mampu menghadapinya." Jelasnya.

"Berjanjilah ! kau meninggalkan obat itu saat kegelisahan melandamu."

"Aku berjanji." Jawabnya.

Dan kamipun saling bertatapan. Entah apa yang menghinggapi fikiran kami? Jeni mulai mendekatkan wajahnya, akupun malah memandang bibirnya, mengharapkan yang tak seharusnya aku dapatkan.

Tangan kanan Jeni mengelus leherku, perlahan meraih dan menarik wajahku, agar semakin mendekatinya. Pada akhirnya, bibir kami saling beradu. Akupun memejamkan mata, perlahan kamipun terbuai dan larut dalam ciuman yang panas.

Ini ciuman pertamaku dan ku lakukan bukan dengan kekasihku, tapi dengan sahabatku.

Akupun tiba-tiba tersadar. Kemudian melihat wajah merahnya yang masih larut dalam ciumannya yang semakin memanas. Dia masih memejamkan mata. Anehnya aku tetap mengadukan peraduan bibirku untuk membalas bibirnya yang tak jua terlepas. Semakin lama, tangannya mulai turun ke arah pinggangku. Itu sangat mengagetkanku. Dan membangunkanku dari alam nikmatnya duniawi.

Tidak Frisilia apa yang sudah kau lakukan !

Tanpa sadar kudorong tubuhnya untuk menjauhkannya dariku.

Jangan lupa like and votenya yah 😊☺️

Terpopuler

Comments

4rr0n_901

4rr0n_901

cie.. cie...TTM ya

2020-02-28

3

lihat semua
Episodes
1 kejailanku
2 Kepiting Rebus
3 Bertepuk Sebelah Tangan
4 Menjelang Perpisahan 1
5 Menjelang Perpisahan 2
6 Menjelang Perpisahan 3
7 Diujung Waktu Berpisah
8 Jepit Keberuntungan
9 Pergi Tanpa Kata
10 Sekertaris Seorang Manager Tampan
11 Pindah ke Kantor Pusat
12 Makan Malam Yang Tak Menyenangkan
13 Bertemu
14 Elena
15 Diawal kerja
16 Elena Wanita Rubah
17 Satu Apartemen Dengannya
18 Tugasku Sebagai Sekertaris Pribadinya
19 Hal Yang Mengejutkan
20 Kesal
21 Bertemu kembali dengan Elena
22 Menjenguk Tio
23 Tragedi berbuah keakraban
24 Sebotol Vodka
25 Gadis Nakal
26 Sebuah Undangan
27 Ancaman
28 Pernyataan Cinta
29 Sebuah Penolakan
30 Bertahanlah Frisilia
31 Menunggu Kau Terbangun
32 Amnesia
33 Siapa Hadi Anggoro ?
34 Lelaki-Lelaki tampan
35 Teka teki
36 Pertemuan
37 Mengungkapkan kebenaran
38 Siasat Adu Domba
39 Menghilangnya Tio
40 Kekejaman Tio
41 Tragedi
42 Penculikan
43 Haruskah Pindah Haluan ?
44 Keputusan Menyakitkan
45 Bermalam di Apartemennya
46 Hal yang Tak Terduga
47 Sebuah Balas Budi
48 Luka
49 Memulai Lembaran Baru
50 Gathering 1
51 Gathering 2
52 Gathering 3 "Kehilangan"
53 Gathering 4 "Sesal Elena"
54 Gathering "Penjelasan"
55 Akal Busuk Elena
56 Penculikan 1
57 Penculikan 2
58 Penangkapan
59 Sebuah Kabar
60 Ego
61 Bertemu
62 Berita Mengejutkan
63 Lani
64 Menjelang Pernikahan
65 Wedding tragedy
66 Wedding tragedy 2
67 Doble ketahuan
68 Kemalangan Lani
69 Malam Yang Tak Terasa Terlewatkan
70 Akal Busuk
71 Hal Yang mengejutkan
72 Jebakan yang Manis
73 Jebakan Yang Manis 2
74 Menyenangkan berbuah kecelakaan
75 Kenyataan Pahit
76 Kenyataan Pahit 2
77 Pengakuan Lani
78 Mengejutkan
79 Part 2.1 Cerita-Cerita Baru
80 Part 2.2 Riana
81 Part 2.3 Kembalinya Elena
82 Part 2.4 Ulah Baru Elena (1)
83 Part 2.5 Ulah Baru Elena (2)
84 Part 2.6 Perasaan Farhan
85 Part 2.7 Ketahuan
86 Part 2.8 Cibiran sekutu Elena
87 Part 2.9 Kepastian Farhan
88 Part 2.10 Hilangnya Alya
89 Part 2.11 Casandra dan Devan
90 Part 2.12 Akhir kericuhan
91 Part 2.13 Kembalinya Alya
92 Part 2.14
93 part 2.15
94 Part 2.16
95 Sebuah Pertanyaan
Episodes

Updated 95 Episodes

1
kejailanku
2
Kepiting Rebus
3
Bertepuk Sebelah Tangan
4
Menjelang Perpisahan 1
5
Menjelang Perpisahan 2
6
Menjelang Perpisahan 3
7
Diujung Waktu Berpisah
8
Jepit Keberuntungan
9
Pergi Tanpa Kata
10
Sekertaris Seorang Manager Tampan
11
Pindah ke Kantor Pusat
12
Makan Malam Yang Tak Menyenangkan
13
Bertemu
14
Elena
15
Diawal kerja
16
Elena Wanita Rubah
17
Satu Apartemen Dengannya
18
Tugasku Sebagai Sekertaris Pribadinya
19
Hal Yang Mengejutkan
20
Kesal
21
Bertemu kembali dengan Elena
22
Menjenguk Tio
23
Tragedi berbuah keakraban
24
Sebotol Vodka
25
Gadis Nakal
26
Sebuah Undangan
27
Ancaman
28
Pernyataan Cinta
29
Sebuah Penolakan
30
Bertahanlah Frisilia
31
Menunggu Kau Terbangun
32
Amnesia
33
Siapa Hadi Anggoro ?
34
Lelaki-Lelaki tampan
35
Teka teki
36
Pertemuan
37
Mengungkapkan kebenaran
38
Siasat Adu Domba
39
Menghilangnya Tio
40
Kekejaman Tio
41
Tragedi
42
Penculikan
43
Haruskah Pindah Haluan ?
44
Keputusan Menyakitkan
45
Bermalam di Apartemennya
46
Hal yang Tak Terduga
47
Sebuah Balas Budi
48
Luka
49
Memulai Lembaran Baru
50
Gathering 1
51
Gathering 2
52
Gathering 3 "Kehilangan"
53
Gathering 4 "Sesal Elena"
54
Gathering "Penjelasan"
55
Akal Busuk Elena
56
Penculikan 1
57
Penculikan 2
58
Penangkapan
59
Sebuah Kabar
60
Ego
61
Bertemu
62
Berita Mengejutkan
63
Lani
64
Menjelang Pernikahan
65
Wedding tragedy
66
Wedding tragedy 2
67
Doble ketahuan
68
Kemalangan Lani
69
Malam Yang Tak Terasa Terlewatkan
70
Akal Busuk
71
Hal Yang mengejutkan
72
Jebakan yang Manis
73
Jebakan Yang Manis 2
74
Menyenangkan berbuah kecelakaan
75
Kenyataan Pahit
76
Kenyataan Pahit 2
77
Pengakuan Lani
78
Mengejutkan
79
Part 2.1 Cerita-Cerita Baru
80
Part 2.2 Riana
81
Part 2.3 Kembalinya Elena
82
Part 2.4 Ulah Baru Elena (1)
83
Part 2.5 Ulah Baru Elena (2)
84
Part 2.6 Perasaan Farhan
85
Part 2.7 Ketahuan
86
Part 2.8 Cibiran sekutu Elena
87
Part 2.9 Kepastian Farhan
88
Part 2.10 Hilangnya Alya
89
Part 2.11 Casandra dan Devan
90
Part 2.12 Akhir kericuhan
91
Part 2.13 Kembalinya Alya
92
Part 2.14
93
part 2.15
94
Part 2.16
95
Sebuah Pertanyaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!