"Sebenarnya apa yang sedang menimpa hatiku ?" gumamku, sambil memandang gambaran diri di cermin.
Kemudian, kulanjutkan menyisir rambutku dengan fikiran yang tidak karuan. Akupun larut dalam lamunan.
Aku bingung dengan perasaan ini.
Apakah aku mulai menyukainya ?
Akhir-akhir ini aku merasa canggung saat bertemu dengannya.
Akupun selalu merasakan debaran jantungku yang tak menentu saat kami saling bertatapan.
Tidak Frisilia !
Jangan begitu !
Dia lelaki yang sudah ku anggap sebagai sahabatku, hubungan kami tak lebih dari ikatan itu.
Aku tidak ingin perasaan aneh ini akan merubah segalanya.
Keakraban kami yang selama ini terjalin dan begitu menyenangkan akan hancur seketika hanya karena perasaan yang aneh ini
Tanpa kusadari, saat ku terlena dalam pandangan kosong dan lamunan yang tak karuan dengan cermin didepanku dan sisir yang mengait berkali-kali meluruskan rambutku. Tak sadar pula aku berkicau sendirian didepan cermin itu, kemudian meletakkan kedua tanganku didada sebagai bentuk perwujudan expresi dalam hatiku disertai peragaan dari bibir dan mata. Namun, tiba - tiba pintu kamar terbuka. Jeni melongo dan tampak wajahnya sambil tersenyum, dia melihat tingkahku itu. Kedatangannya membuatku kaget sekaligus malu.
"Aah ! Kau benar-benar mengagetkanku, Jeni !" Jeritku sambil terperanjat.
"Sikapmu hari ini terlihat sangat aneh ?'' Kicaunya sambil cuek memasuki kamar.
"Dasar kau ini lelaki yang tidak peka. Harusnya, sebelum masuk ketuk pintu dulu !Kedatanganmu tanpa permisi bikin aku kaget saja." Gerutuku kesal.
"Kau tampak aneh ? aku jadi curiga. Jangan-jangan ada yang kau sembunyikan ?tidak biasanya kau bereaksi berlebihan seperti ini." Elaknya.
Jeni menengok ke arah kanan dan kiri, kemudian memutarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamar dengan teliti.
"Apaan sih ? lagian orang yang berani masuk tanpa permisi tuh kamu. Hilangkan semua sangkaan burukmu itu ! kau tau sendiri, bukankah pemilik kamar ini seorang gadis ? coba kau bayangkan ! seandainya kau masuk dan aku sedang berganti pakaian. Apa yang akan terjadi ? rasanya tidak mengenakan kalo hal itu terjadi. Kau harus ingat bahwa kau seorang lelaki." Terangku penuh penekanan.
''Baiklah, mulai sekarang aku akan mengetuk pintu dulu kalau mau masuk ke kamar ini." Jawabnya kemudian duduk dikasurku yang bersih, rapih dan suci.
Lagi dan lagi kasur kesayanganku ternodai oleh lelaki itu.
Malang sekali kau.
Akupun membuang napasku pasrah sambil meliriknya. Dia dengan cuek merebahkan tubuhnya, kedua tangannya dia jadikan bantal. Terlihat dia mulai memejamkan matanya. Itu yang sering dia lakukan saat berada di kamarku. Malangnya diriku, belum bersuami tapi seluruh isi kamar ini ternodai olehnya.
"Rasa ngantuk selalu datang saat tubuhku merebah dikasur ini. Sangat nyaman sekali." Gumamnya, sambil menggeliat nyaman dengan tetap memejamkan matanya.
"Kau ini yah ! kenyamananmu merupakan ancaman bagiku. Ayo cepat bangun ! aku tidak ingin terusir dari kamarku malam ini. Karena kau tertidur pulas." Elakku sambil duduk disampingnya kemudian menepuk-nepuk pelan pahanya. Agar ia bangkit dari kasurku.
"Berbaik hatilah, nona ! biarkan aku terlelap untuk sesaat saja !" pintanya dengan mata masih terpejam.
Akupun terdiam, kemudian perlahan memandangi wajahnya sangat dekat. Kini baru ku sadari ternyata dia memiliki wajah tampan. Selama bersamanya, aku tidak menyadarinya. Garis mukanya yang sempurna mempertampan wajahnya, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang menggoda.
Setelah ku memandangnya lebih dalam, dia seperti makhluk sempurna yang Tuhan ciptakan. Namun, pemandangan yang mengenakan itu berakhir. Saat dia membuka matanya, mata kami saling beradu sangat lama. Saat ku tersadar dengan terburu-buru aku berdiri, kemudian melangkah pergi untuk melarikan diri dari rasa malu. Ku raih kursi meja belajarku dan duduk disana dengan posisi membelakanginya.
"Aku baru ingat. Kenapa kau tadi pulang sekolah meninggalkanku ? kau pulang sendirian begitu saja tanpa memberitahuku. Aku kira kau diculik." Tanyanya. Kulihat dari cermin dia terbangun memandang ke arahku yang memunggunginya.
Aku sengaja duduk di kursi itu, agar tidak bertatap muka dengannya. Akupun berpura-pura sibuk, merapikan meja belajar. Padahal sebetulnya sudah rapih. Ku lakukan itu, agar dia tidak curiga kalau aku sekarang sedang merasa canggung bila berhadapan dengannya.
"Maaf, tadi aku terburu-buru pulang. Karena ada urusan yang mendesak yang hanya wanita alami. Kaupun pasti tau."
"Ini sangat aneh. Tak seperti biasanya, mengingat kau tak sungkan menyuruhku untuk membeli pembalut wanita. Padahal itu sangat memalukan.'' Celotehnya.
Diapun terdiam sesaat seperti sedang membayangkan dirinya saat membeli alat kebutuhan bulanan wanitaku itu. Hingga dia hapal merk dan jenisnya.
Aku baru menyadari selama ini selalu menyuruhnya untuk membeli pembalut. Aku tidak pernah berfikir atau peduli akan perasaannya. Padahal, tidak semua barang layak lelaki beli seorang diri. Sialnya, pada saat datang bulanku tiba dan dalam keadaan mendesak pasti sedang bersamanya. Awalnya dia menolak, tapi karena keseringan dia seolah terbiasa. Padahal dipastikan dia cukup mengerahkan hati dan perasaannya untuk membuang rasa malu dan canggung. Pada saat membawa barang itu ke meja kasir.
"Kau ini. Bisakah sekali ini kau biarkan aku menjadi temanmu yang tidak membuatmu malu ! lagian akhir-akhir ini aku berfikir, aku sudah keterlaluan menyuruhmu untuk membeli itu.'' Belaku dengan kesal. Kemudian memutar badan mengarah padanya.
Dia malah membalas ucapanku dengan tatapan tajam. Tatapan kamipun kembali saling beradu. Dan untuk kesekian kalinya jantungku berdebar kencang, seakan aliran listrik datang menyerang tubuhku. Akupun spontan membuang muka untuk mengalihkan pandangannya.
" Aah ! aku ingin meluruskan kecanggungan ini !'' teriakku prustasi.
"Sudah kuduga .'' Responnya. Sambil tersenyum dan terdiam, seperti menunggu penjelasanku. Sikapnya itu semakin membuatku jadi serba salah.
"Kau...kau ! Jangan berfikir aneh !" Ucapku sedikit terbata-bata.
" Maksudmu? aku tidak mengerti ?" responnya kembali, sambil mengelus-elus dagunya seperti biasa dia selalu mempermainkanku dengan tujuan memancing kejujuranku.
Kenapa saat ini dia terlihat makin tampan ?
Kau makin tampak mempesona Jeni.
Frisilia sadarlah !
Jangan terbuai oleh tatapan matamu !Pandangan hasil pesonanya akan memporak-porandakkan kewarasanmu !
Akupun menyadarkan diri sambil menggeleng-gelengkan kepala berkali-kali. Tanpa ku sadari aku meneguk air liurku sendiri sebagai reaksi kecanggunganku. Dia malah tidak lepas menatapku. Keadaan ini sangat membuatku semakin prustasi.
"Baiklah ! Ini tentang kejadian tadi siang disekolah." Terangku lantang tanpa melihatnya.
"Maksudmu? kepiting rebus?" celanya tiba-tiba dengan diiringi senyuman jail.
"Hentikan ! kau jangan pernah lagi mengatakan itu dihadapanku ! aku tidak suka mendengarnya ! " jeritku sambil mengambil boneka yang tergeletak dimeja. Kemudian melemparkannya ke arah Jeni, namun lelaki itu berhasil mengelak.
"Jadi karena itu kau meninggalkanku ? karena itu juga kau mengacuhkanku dari tadi ?" tebaknya.
Aku terdiam karena tak bisa memberi jawaban. Kulihat Jeni berjalan ke arahku, dia jongkok tepat di hadapanku. Kemudian memandangku dalam dan seksama. Tatapan kami lagi-lagi beradu.
"Dengar, putri siput ! sejak kapan fikiran aneh itu hinggap diotakmu ? " sambil menyentil pelan dahiku yang tadi terkena tragedi.
" Sakit, tau !" jeritku sambil memegang dahiku yang tak berdosa ini.
" Ingatlah ! dimataku, kau wanita satu-satunya yang selalu ku rindukan. Aku akan selalu berusaha melindungimu. Aku menyayangimu melebihi dari adikku sendiri. Walaupun aku tak memiliki adik kandung." Lanjutnya pelan dan salah satu tangannya mengusap pipi kananku.
Seketika hatiku serasa terhempas. Ternyata selama ini diriku terbawa oleh perasaan. Aku terlalu percaya diri, dan salah sangka kalau Jeni bisa manganggap diriku sebagai seorang wanita yang bisa dia jadikan kekasihnya. Rasa suka yang tiba-tiba datang menghampiriku, mungkin karena ketergantunganku padanya.
Aku tidak bisa seharipun tak bertemu dirinya. Kebersamaan kami sejak lama membuatku tidak bisa jauh darinya. Akhirnya rasa sukaku bertepuk sebelah tangan, tanpa mengungkapkan pun sudah mendapatkan penolakan.
Betapa malangnya nasib cinta pertamaku.
"Kalo begitu aku pulang sekarang. Sudah malam dan tidurlah! Jangan bergadang!" Diapun berdiri dan melangkahkan kaki menuju pintu.
"Jeni. Terimakasih kau selalu menemaniku selama ini. Maafkan aku selalu menyusahkanmu! Harus ku akui, kau memang sahabatku yang terbaik." Celotehku sambil mengacungkan jempol dengan diiringi senyuman.
Diapun membalasnya dengan senyuman pula. Kemudian pergi keluar meninggalkanku yang tiba-tiba merasa hampa.
"Baiklah, Frisilia ! kini sudah terjawab. Aku harus mengubur perasaan ini. Dan mengembalikan keadaan seperti semula. Itu akan lebih baik bagiku dan dia." Gumamku.
Cinta pertamaku yang tak tepat sasaran. Aku telah salah memilih orang yang kusuka. Tak seharusnya ku menodai persahabatan kami dengan perasaan itu.
Mungkin tiba waktunya, akan ku dapatkan lelaki pujaanku, yang akan menjadi kekasih hatiku. Tiba-tiba aku merasa sedikit, tak rela rasanya. Kelak Jeni memiliki kekasih pula.
Jeni melangkahkan kakinya keluar rumahku, setelah berpamitan pada ayah dan ibuku. Dia kembali memandang sebuah jendela yang tak lain jendela kamarku. Dia tersenyum, entah apa yang ia fikirkan ?
Diapun mengambil ponsel dan menekan sebuah nomor.
Putri siput cantikku
Diapun mengetik,
Hai..kepiting rebus !
Jangan lupa cuci mukamu agar besok-besok aku tidak melihatnya lagi
Tak lama setelah dia mengirimkan pesan itu. Terdengar jeritan serta makian yang ia sangat kenali.
"Dasar kau, beruang kutub sialan ! awas kau!"
Jenipun tertawa kecil, kemudian melanjutkan perjalanannya menuju rumahnya. Jarak rumah kami berdekatan. Diapun berjalan sambil menunduk, rasa sepi dan hampa tiba-tiba menghampiri. Iapun memiliki perasaan yang sama, perasaan yang membuatnya tidak mengerti. Iapun menggeleng-gelengkan kepala untuk menyadarkannya dari fikiran yang aneh.
Saat langkahnya sampai didepan pagar rumahnya. Dia melihat seseorang berdiri menyambutnya. Seseorang yang ia kenal dan jarang ia temui.
'' Ibu ?'' Ucapnya pelan.
Benarkah cinta pertamanya salah sasaran?
Jangan lupa like,vote, coment terbaik and boom rate nya yahh🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
ibah
nyimak mudah2an ceritanya bagus..
2021-03-06
0