"Pagi Tante, masak apa nih ? Dari baunya wangi sekali, bikin perutku keroncongan." Ucap Jeni dan menghampiri ibuku yang sedang sibuk memasak.
"Eh, kamu sudah datang, nak. Sini sebentar lihatlah apa yang Tante masak pagi ini !" Sambutnya dan menyuruh Jeni melihat apa yang sedang ia masak.
"Wah kalo itu sih makanan favoritku Tante." Celotehnya girang dan ibu pun tersenyum senang.
"Tante bikinin khusus buat kamu." Terangnya.
"Makasih Tante, aku merasa seperti menjadi anak Tante yang sesungguhnya saja." Gumamnya pelan.
"Kau memang sudah ku anggap seperti putraku sendiri. Jadi jangan pernah merasa sungkan !" Terangnya kembali dan memandang wajah Jeni sambil senyuman manis.
"Aku pasti akan merindukan saat-saat seperti ini. Terutama makanan yang tante masak, bagiku buatan tante sangat enak." Gumamnya kembali dengan pelan.
"Memangnya kau akan pergi kemana, Nak ?" Tanya ibu kaget, dengan spontan memandangnya dan menghentikan aktifitas memasaknya.
"Tante, suatu hari nanti aku pasti harus pergi dari sini untuk melanjutkan pendidikanku, untuk masa depanku." Terangnya.
"Oh kau benar, nak. Tante merasa kau masih seperti dulu.Tante masih ingat saat pertama bertemu, kau masih berusia 9 tahun. Waktu begitu cepat berlalu, tidak terasa kini kau mulai beranjak dewasa. Pesan tante, lakukanlah jalan terbaik untuk masa depanmu ! Jangan lupa sering-sering berkunjung kemari ! Tante pasti sangat merindukanmu.Apalagi Frisilia, hari-hari yang dilaluinya banyak bersamamu. Pasti dia orang yang paling merasa kehilanganmu.Tante jadi merasa sedih bila saat itu tiba."
"Iya Tante. Aku pasti tidak akan melupakan kalian dan akan mengunjungi kalian." Terangku.
"Aduh, Nak. Biasa aja ngomongnya ! Seolah besok kau akan pergi saja." Responnya dan terlihat raut muka sedih.
Jenipun tersenyum dan memandang wanita dihadapannya itu dengan sedikit hati yang tersayat. Kenyataannya, diapun merasa berat untuk mengatakannya. Bahwa dalam beberapa bulan lagi, dia akan meninggalkan tempat ini.
"Nah ini acar ikan mujaernya sudah masak dan siap kita santap." Ibupun menyimpannya di atas meja, tepat didepan Jeni bersama dengan menu lainnya.
"Wah hari ini aku pasti makan dengan perut kenyang, makasih Tante."
"Iya sama-sama. Tiba-tiba saja Tante ingin masak menu kesukaanmu."
"Dari tadi aku ga liat om,tak biasanya Om ga ada ?" Tanyanya. Jeni heran, karena biasanya ia melihat lelaki yang sudah dianggapnya sebagai ayah keduanya itu. Selalu berada lebih dulu dan sibuk membaca koran.
"Tadi malam om berangkat ke luar kota. Tapi tunggu sebentar ! Kalau tidak salah dengar Tante mendengar suara motot. Apa kau memakai motor ?"
"Iya Tante, aku berniat mengajak Frisilia berlibur ke pantai. Apakah Tante mengijinkan ?"
"Oh, boleh. Kalian boleh pergi ! Tapi hati-hati dijalan jangan kebut-kebutan ! Tante percaya kamu akan menjaga Frisilia dengan baik. Ngomong-ngomong dimana gadis itu ? Kok belum turun ? Makan saja duluan pasti kamu lapar ! Biar Tante yang memanggilnya."
***
Akupun memulai menata menu yang berada didepanku. Pagi ini aku sangat beruntung karena mendapatkan sarapan dengan menu kesukaanku.
Wanita cantik yang sudah ku anggap ibu ke duaku itu, pergi meninggalkanku.Dia akan memanggil putrinya untuk sarapan. Terdengar derap langkah kaki. Mereka berduapun berjalan menghampiriku, yang mulai fokus menyuap makanan yang sudah tertata dipiringku.
Wangi Farfum dari tubuhnya terasa familiar tercium semakin mendekatiku dan ku tahu wangi tubuh gadis itu..
Saat ku alihkan pandangan, seketika itu juga aku dibuat terpesona oleh penampilannya.Dia memakai pakaian biasa saja, namun pesona dan kecantikannya terpancar. Membuat kedua mataku tak bisa berpaling darinya.Ia mengenakan kaos pink,celana jeans,sepatu cats dan tak lupa jaket jeans yang sangat aku kenal karena jaket itu pemberianku saat dia berulang tahun kemarin.Rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai, membuatnya tampak cantik dan dewasa.
"Sudah cukupkah memandangku seperti itu, beruang kutub !" Tiba-tiba terdengar suaranya membangunkan kesadaranku.
Dia berdiri tepat di hadapanku dan aku tidak menyadarinya hingga membuatku jadi sedikit malu dan salah tingkah.
Diapun mengalihkan pandangannya pada menu diatas meja.
"wah wah wah . Aku sudah merasa sudah menjadi anak tirimu mamih." Ocehnya.
"Memangnya kenapa ? Huss kamu kalo ngomong suka ngelantur saja !" Protes ibu dan menepuk pelan pundak putrinya.
"Bagaimana aku tidak merasa tersisihkan, mamaih. Lihatlah menu makan pagi ini ! Mamih menyediakan menu kesukaan lelaki ini, sedangkan makanan kesukaanku gak ada. Oh, sungguh malang nasibku dirumah ini." Celanya, sambil melirik padaku dan membuatku menahan tawa. Setelah mendengar ucapannya.
"Sudah ! Sudah ! Makan saja menu yang ada saat ini ! Besok mamih akan masakin menu kesukaanmu.Entah kenapa hari ini mamih ingin masak menu kesukaannya ? Jangan berdiri saja ayo duduk dan sarapan !" Bela ibunya.
Aku sedikit berfikir dengan kedua wanita ini.Mereka tidak memiliki hubungan darah denganku, tapi ikatan batin mereka sangat kuat.Mereka seolah ikut merasakan keadaanku sekarang yang sedang dilanda kegelisahan tanpa aku menjelaskannya.Aku teringat semalam, Frisilia mengirim pesan menanyakan kabarku.Dan ibunya memasak masakan kesukaanku.Aku beruntung mengenal mereka, sangat beruntung
"Hari ini kau terlihat tampan kawan .'' Celotehnya tiba-tiba disela suapannya.
"Memang aku dari dulu tampan. Kau baru menyadarinya ya."
" Ini nih, sifat lamamu yang nggak banget tuh. Kalau udah dikasih hati minta jantung.Dipuji gitu doank udah selangit balasnya." Cibirnya kemudian melanjutkan makannya.
"Kaupun terlihat cantik dan tampak terlihat lebih dewasa." Puji balikku, Frisilia mendadak tersedak mendengarnya. Dia pun terburu-buru minum.
"Sudah ! Sudah ! Sudah ! Kalian terus saja saling memuji. Sampai lupa memuji mamihmu ini yang lebih mempesona dari kalian." Celotehnya dan tersenyum.
"Aku setuju Tante.Tante memang jauh lebih cantik dan mempesona."
"Idih ! Cari muka !" Protesnya kesal sambil cemberut.
"Wah,lihat lah Tante putrimu itu ! Dia nggak mau mengalah." Godaku.
"Apaan sih ? gak gitu juga kali."
"Sebagai putri satu-satunya, harusnya kau menyadarinya bahkan harus berterimakasih sama Tante.Karena telah mewariskan wajahnya yang cantik dan mempesona padamu. Benar kan yang aku katakan Tante ?" Balasku tetap menggodanya dengan didukung anggukan dari ibunya.
"Idih jangan termakan rayuan nya, mih ! Dibalik pujiannya terdapat niat terselubung, pokoknya jangan percaya semua gombalannya." Tolaknya dan melahap semangat makanan dipiringnya menahan kesal.
"Kamu jangan jeles donk ! Udah kalah saing sama Tante !" Godaku kembali.
"bodo. Emang gue pikirin."
"Sudah ! Sudah ! Sudah ! Kalian ini kalo udah berantem suka keterusan. Ayo habiskan makanan kalian nanti keselek !" Celoteh ibunya dan memandang kami berdua bergantian sambil tersenyum. Baginya keadaan seperti ini hal yang biasa bahkan sering terjadi.
"Katanya kalian mau ke pantai ?" Tanya baliknya.
"Iya mih tumben dia ngajak ? Mudah-mudahan gak ada sesuatu hal yang dia minta sebagai imbalan." Celotehnya.
"Kamu tuh ngomong suka kebangetan." Cegah ibunya.
"Padahal dia yang paling girang kalo diajak, Tante." Belaku
Akupun dan Tante berbarengan tertawa. Namun berbeda dengan Frisilia, dia sedikit kesal dan kalah lawan. Dia berada dalam kondisi lawan yang tidak seimbang 1 berbanding 2.
Akupun tahu Frisilia sangat menyukai pantai.Tempat satu-satunya yang bikin dia tertawa girang.Namun kali ini mengajaknya untuk mengatakan kepergianku.Dan berharap suasana pantai membuat hati Frisilia lebih bisa menerima kabar itu.
Semoga kau bisa menerima dengan baik kabar kepergian ku.
Aku akan berusaha menyenangkan hatimu disisa waktuku.
Kupandangi wajahnya yang cantik yang tak lama lagi Takan pernah aku jumpi.
Jangan lupa like and votenya yah😊☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Isah Tatto
kok sedih nya
2021-02-04
0
Fany Astuti
bikin penasaran aja
2020-03-19
2
Lysta
Ditunggu kelanjutannya ya 😍😍..
2020-02-23
2