Danau luas, ditambah ratusan pohon hijau yang mengelilingi, terlihat sangat menawan sekali. Ditambah jajaran kursi pengunjung yang menyebar di satu sisi, dengan gerai aneka makanan juga bisa kita nikmati.
Hawanya masih terasa sejuk, meski matahari bersinar terang. Menambah kenyamanan pengunjung, untuk menyegarkan pikiran.
"Waaaaahh, pujasera yang indah. Rey, aku nglamar juga boleh kan?" tanyaku pada Rey setelah kami baru turun dari mobilnya.
"Enak aja. Rey kan sudah punya Yumna, kenapa kamu malah mau lamar dia?" tanya kak Azzam menatapku serius.
"Maksudnya melamar jadi karyawan, seperti Yumna. Eh, bukan seperti Yumna aja. Tapi seperti karyawan lainnya," tunjukku pada orang-orang yang sibuk melayani pembeli di setiap meja gerainya, agar tak semakin menambah salah paham diantara kita.
"Kenapa kamu ingin jadi karyawan? Bukannya orang tuamu termasuk keluarga mapan?" tanya Rey menatap serius, seperti sedang menginterview calon karyawannya.
"Daripada aku di rumah sendiri, kalau sudah tak ada mata kuliah lagi. Lagi pula aku ingin belajar menjadi karyawan, sebelum memegang sendiri usahaku nanti."
"Bagus, aku suka semangatmu. Ayo, akan aku kenalkan kamu pada yang bertanggung jawab di tempat ini," kata Rey hendak melangkah, ke deretan gerai makanan di sekitar sini.
"Eits, sebentar.....," kataku menghentikan langkah mereka semua.
"Kenapa?" tanya kak Azzam khawatir.
"Aku mohon, tolong jangan katakan pada mereka, kalau aku teman baiknya Rey, selaku pemiliknya. Soalnya aku benar-benar ingin merasakan seperti karyawan biasa, tanpa ada keseganan diantara sesama karyawan lainnya," mohonku.
"Iya, mereka juga tak tahu kalau aku pacaran sama Rey, bosku sendiri. Yang mereka tahu, aku mengikuti Rey karena sebagai karyawan kepercayaan saja," sahut Yumna menjelaskan posisinya di pujasera.
"Iya, ayo kita ke sana saja. Akan aku kenalkan kepada seluruh karyawannya."
Rey memimpin berjalan ke depan. Melewati saru per satu gerai, dan memperkenalkanku pada mereka yang berjaga, hanya selaku teman Yumna saja. Sampai kami tiba di salah satu gerai, yang menyajikan masakan dengan menu dari asal negaraku sana.
"Kamu bisa kerja bersama Yumna, di gerai makanan ini. Dan aku persilahkan, kamu memperbaiki menunya juga suatu saat nanti," sahut Rey terlihat memberi kepercayaan padaku.
"Bukannya sudah ada kokinya?"
"Ada beberapa koki sebenarnya, di dapur sana. Tapi hanya satu koki yang benar-benar menguasai masakan dari asalmu. Jadi kadang sering keteteran kalau terlalu banyak pelanggan. Dan kebetulan, masakan dari negaramu lah yang paling banyak peminatnya," jelas Rey panjang lebar, menunjuk dapur yang berada di belakang gerai sajinya.
"Siap, Pak Bos. Baiklah kalau begitu, saya dan Aish akan langsung kerja saja. Silahkan duduk di meja ya, nanti akan saya antar setelah kalian mengirim menu melalui mesin yang sudah disediakan," jelas Yumna berpura-pura tak terlalu akrab dengan Rey dan Kak Azzam, saat ada karyawan lain yang datang.
Yumna menggandeng tanganku masuk ke dalam. Menyuruhku untuk makan, sebelum melaksanakan ibadah di mushola kecil sebelah dapur ini.
Masih ada beberapa antrian menu yang belum disajikan. Tanpa banyak bicara lagi, aku langsung membantu koki yang sedang kuwalahan untuk menyajikannya sampai matang, setelah membersihkan badan dan mengganti pakaian dengan seragam.
"Masakanmu enak sekali, terima kasih banyak kamu bisa ada di sini," ucap koki wanita yang tadi memperkenalkan diri dengan nama Risha.
"Sama-sama. Senang bisa bekerja sama juga dengan kakak. Tolong ajarkan juga, menu masakan dari negara lainnya," ucapku mengajak bersalaman, dan dijawab senyum beserta anggukan persetujuan.
"Lumayan melelahkan, bukan?" tanya Yumna menghampiri kami saat hari hampir petang.
"Alhamdulillah, yang penting semuanya bisa selesai tanpa ada masalah. Kalau gitu, aku mau membantumu merapikan mejanya saja. Toh masakannya juga sudah beres semua," jawabku bersyukur.
"Terima kasih," ucap Yumna sambil membawa piring kotor ke tempatnya, dengan karyawan khusus lainnya yang sudah berdiri di sana.
Aku melangkah keluar dapur, menuju beberapa meja yang sudah ditinggal penikmat makanan di pujasera ini.
Baru beberapa yang sudah ku bersihkan, nampak seorang wanita sedang melamun sendiri. Memandang hamparan air danau yang luar biasa menyejukan mata, sambil menikmati makanan ringan dari salah satu menu di sini.
"Kok kayak gak asing ya?" gumamku sendiri masih terus mengamati.
Semakin berjalan, semakin mendekat arahku padanya. Dan semakin kenal juga dengan wajahnya, meski belum tahu namanya. Sepertinya itu wanita yang tadi sempat berdiri di sebelah kak Diana, saat di rumahnya dengan seragam toserba.
"Maaf, Kak. Apa kakak ini, temannya kak Diana? Istri pemilik toserba?" tanyaku hati-hati, setelah aku sudah berdiri di depannya yang masih melamun saja.
"Kak...??" panggilku lagi, masih berusaha mengajak komunikasi.
"Iya, eh...bukankah kamu itu, anak yang tadi diusir Diana?" tanya wanita itu, setelah sadar dan mengamati wajahku yang sudah berdiri di hadapannya sejak tadi.
"Iya, Kak. Saya sendiri juga heran, tak tahu salah saya apa, padahal saya hanya ingin membantunya saja. Apa kakak tahu itu?"
"Mungkin Diana sudah tak mau, kau mengurusi masalahnya," jawabnya, sedikit menjawab pertanyaanku sebelumnya.
"Ya nggak apa-apa kalau memang saya tak boleh mencampurinya lagi. Tapi, kenapa tak langsung mengatakannya? Dan kenapa dia juga keburu mengusir kita tanpa sedikitpun penjelasan? Apa saya salah kalau hanya ingin membantu sesama manusia?" kataku sedih sekali mengingat peristiwa tadi.
"Kamu tak salah. Dia sudah menceritakan semuanya sama saya sebelumnya. Dan sebenarnya, kamu itu malah bisa dibilang penyelamat untuknya."
"Trus, kenapa saya malah diusir?"
"Diana mengambil alih perjanjian suaminya."
"Maksudnya?"
"Jadi awalnya dulu, Diana itu menikah, tapi tak pernah disentuh sama sekali oleh suaminya. Malah si suami sering mengajak menginap para wanita dari luar sana, di rumahnya. Dan Diana dibiarkan menjadi pemuas tuan sembahannya."
"Astaghfirullah, apa lagi ini? Sudah dijadikan budak jin jahat, malah si suami bersenang-senang sendiri!" gumamku geram.
"Nah, Diana juga mikir sama kayak kamu barusan. Apalagi setelah tahu kalau hancurnya keluarga dia sebelumnya, ternyata juga karena ulah Toni. Ya udah, semakin menjadi kebenciannya."
"Lalu, apa yang kak Diana lakukan?"
"Dia berpikir sejenak, apa yang harus dia lakukan untuk menyingkirkan suami jahatnya. Sampai akhirnya dia punya ide, untuk ikut melakukan perjanjian dengan makhluk itu, asalkan tuannya tak lagi mau menuruti kemauan Toni."
"Dan konsekuensi karena sudah pernah melakukan perjanjian dengan iblis itu, Toni harus mengalami nasib tragis di akhir hayatnya," lanjutnya lagi.
"Hahhh?? Kenapa kak Diana malah terjerumus semakin dalam?" sesalku karena tak sempat menolongnya.
"Mungkin kebencian sudah menutupi akal dan akhlaknya."
"Terus, perjanjian apa yang kak Diana lakukan? Bagaimana caranya? Bukannya biasanya itu perlu ritual khusus?"
"Dia pernah ingat, tentang ucapan makhluk itu dulu sekali. Kalau makhluk itu sangat suka mencium aroma darah segar di rumahnya. Ya sudah, dia mengiris lengannya sendiri untuk memanggil makhluk yang dia layani selama ini."
"Jadi, benar kalau kak Diana mengiris lengannya bukan bermaksud mengakhiri hidupnya sendiri?"
"Iya, benar sekali. Dia nekat mengambil resiko apapun, yang penting bisa terbebas dari tipuan Toni selama ini."
"Astaghfirullah. Saya menyesal, tak menuntaskan mendampinginya tadi."
"Saya sudah sempat menasehatinya, sebelum melakukan iti semua. Tapi percuma, dia terlalu berambisi untuk menyingkirkan Toni."
"Dia melakukan perjanjian dengan iblis itu, supaya dia tak perlu membagi kesenangan yang harusnya dia dapatkan sepenuhnya, karena pengorbanannya seorang diri."
"Kak Diana, hehh.... Lalu apa rencana kakak selanjutnya? Apa kakak akan terus membiarkan dia begitu saja?"
"Saya juga tak tahu. Pikiran saya terlalu lelah menyimpan rahasia ini sendiri. Sampai tak bisa berpikir lagi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Momo R
akhirnya ada nma ku disini ngikut😂terima kasih koki kau sdh mmbwa nmaku
2022-08-07
0
Nurul Mulyati
seru bngt
2021-12-02
0
Sari Kartini
seru thorrr
2021-05-21
2