"Kak...., boleh kita temani di sini?" tanya Yumna mulai menyapanya, dan hanya dilihat sambil tersenyum dan mengangguk saja.
"Maaf ya, Kak. Kalau kita mengganggu belajarnya," timpalku juga cuma dijawab senyuman olehnya.
"Ehmm... Kakak semerter berapa?" tanyaku lagi masih berusaha mengakrabkan diri.
"Hampir lulus, semoga saja tahun ini."
Wanita ini sepertinya memang tipe orang pendiam, yang menjawab pertanyaan seperlunya saja. Tapi aku dan Yumna masih berusaha basa basi untuk menarik perhatian darinya.
"Kakak yang kapan hari ketemu kita di toserba bukan sih?" tanyaku mulai mengingatkannya.
"Mungkin. Saya tak terlalu mengingat, dengan siapa saja saya bertemu setiap harinya"
"Oh iya, namaku Aish. Dan dia Yumna," tunjukku memperkenalkan diri, untuk dia bisa lebih nyaman dengan kami.
"Saya Diana."
Wanita itu mau menyambut uluran tangan kami. Namun saat lebih dekat, terlihat jelas dalam senyumnya seperti menyimpan rahasia kelam.
"Kakak sudah lama menikah dengan pemilik toserba itu?" tanya Yumna langsung pada intinya.
"Baru setahun ini, kenapa?"
"Enggak apa-apa. Toserbanya kan gedhe banget, padahal suami kakak masih muda. Pasti suaminya pekerja keras banget," cengirku sedikit bingung untuk memberi alasan yang jelas.
"Dulu dia anak petani miskin saja, sampai tak bisa melanjutkan sekolahnya. Yaaahhh.... Mungkin memang roda lagi memutar nasibnya ke atas. Tapi tak menutup kemungkinan, bisa berputar lagi."
Jawaban yang masih penuh misteri menurutku. Karena dari ekspresi wajahnya nampak kurang senang dengan kesuksesan suaminya.
" Wah, kayaknya aku harus banyak belajar dari kesuksesannya. Aku ambil jurusan bisnis dan menejemen, juga karena ingin mengembangkan usaha keluarga. Semoga saja kakak mau membantuku untuk belajar pada suaminya," cengirku masih pura-pura tak tahu apa yang terjadi di dalam toserbanya.
" Kalau mau kesuksesan yang langgeng, selain berusaha, tetaplah berdoa untuk memasrahkan semua takdir pada Tuhan saja. Jangan sampai menyimpang kemana-mana," jawaban yang masih membuatku mengernyitkan dahi, dan saling berpandangan dengan Yumna.
"Maaf, Kak. Kalau pertanyaanku nanti terlalu pribadi. Tapi apakah kakak pernah merasakan ada hal aneh dalam toserba suami? Maaa....maaf banget sebelumnya. Kalau kakak masih ragu untuk menceritakan, kami tak memaksa kakak cerita hari ini," sahut Yumna sudah tak sabar lagi untuk memancingnya bercerita, karena dari tadi jawabannya masih penuh dengan misteri saja.
" Maaf, Kak. Kami hanya ingin membantu, kalau diperbolehkan. Karena kami tahu, kalau di sana ada makhluk yang menguasai usaha itu. Dan mungkin kakak yang akan menjadi korban selanjutnya, kalau tak segera dihentikan," tambahku.
"Hehhh..... Kalian tahu itu?" ucap kak Diana menghela nafas kasar.
"Kami melihat mereka, ada di dalam toserba. Dan aku yakin, kakak tahu semuanya," bisik Yumna melihat ke sekitar, agar tak ada yang mendengarkan percakapan kami.
"Apa yang kalian tahu?" tanyanya lagi, seperti sedang mencari informasi juga.
"Ceritakan saja, Aish. Biar cepat kelar urusannya, sebelum ada korban selanjutnya," sahut Yumna.
Aku memberi tahu tentang makhluk menjijikkan yang berada di sebelah suaminya, di meja kasir toserba. Juga menceritakan peringatan wanita yang sempat menemui kami, dan tersedot lagi masuk ke dalam toserbanya.
" Wanita? Apa rambutnya lurus panjang, kulit putih, dengan mata coklat yang indah?" tanyanya menyebutkan ciri-cirinya.
"Ada dua wanita di dalam toserba itu. Dan salah satunya memang memiliki ciri yang sama. Apa kakak juga mangetahuinya?" tanyaku mengingat.
"Aku bahkan tak memperhatikan ciri-ciri wanita itu, saking pusing dan mual cium baunya," sahut Yumna.
"Saya pernah mimpi ditemui oleh sosok itu," ucap kak Diana mengingat mimpinya.
"Apa dia juga memperingatkan kakak?"
"Ya, dia menyuruhku agar segera pergi dari kehidupan di toserba itu. Tapi...," sahutnya terlihat sedih sekali.
"Tapi kenapa, Kak?" tanya kami bersama.
"Tapi saya masih membutuhkan biaya untuk melanjutkan kuliah ini. Yang sebentar lagi akan selesai, untuk membangun kembali usaha ayah yang sempat terpuruk sebelumnya," katanya meneteskan air mata.
Kak Diana mulai mau menceritakan masa lalu kelam keluarganya. Meski masih dengan berlinang air mata.
Ayahnya memiliki sebuah bisnis meubel yang lumayan ternama saat dia baru masuk kuliah di sini dulu. Dan Toni, suaminya, adalah salah satu orang yang ingin mengajak kerjasama.
Tapi ayahnya menolak, karena katanya Toni nampak berbeda saat menatap kak Diana, yang selalu menyajikan jamuan makanan ringan dan minuman, untuk para tamu ayahnya. Ayahnya tak ingin kalau kak Diana sampai menjadi orang ketiga, karena tatapan Toni yang menunjukkan ketertarikan padanya, meski sudah memiliki istri di rumahnya.
"Lalu, apa yang terjadi sampai kak Diana bisa benar-benar menjadi istrinya sekarang?" tanyaku terlalu penasaran.
"Entah kebetulan atau tidak, setelah ayah menolak Toni yang benar-benar menyatakan ketertarikannya padaku, bisnis meubel ayah mengalami penurunan tajam. Sampai akhirnya bangkrut dan berhenti sampai sekarang."
"Dan saat itu adalah masa-masa sulit untuk keluargaku, karena ayah terkena serangan jantung sampai akhirnya meninggal."
"Sabar ya, Kak!" kataku mengelus punggungnya, berharap bisa melegakan sesak di dada.
"Tak hanya itu saja penderitaan keluarga kami. Setelah ayah tiada, ibu jadi sering sakit-sakitan. Sehingga banyak biaya untuk keluar masuk rumah sakit. Lalu Toni datang seolah menjadi pahlawan, meski sebenarnya dia hanya memanfaatkan situasinya saja."
"Lalu istrinya?"
"Katanya, istrinya sudah pergi meninggalkan dia. Pergi dengan selingkuhannya."
"Maaf, ijinkan saya memegang pundak kakak!"
Yumna memegang pundak kak Diana, dan memejamkan mata. Kemudian dia hanya terdiam, dan tak berkata. Sampai beberapa detik kemudian,....
"Benar dugaan saya. Toni yang melakukan ini semua," ucapnya tiba-tiba.
"Maksudnya gimana sih?" tanyaku yang masih bingung melihat tingkahnya.
"Aku melihat potongan-potongan kejadian yang menimpa keluarga kak Diana sebelumnya. Ternyata ini semua memang ada campur tangan Toni di dalamnya."
"Apa yang Toni lakukan?" tanya kak Diana mulai menunjukkan ekspresi geram.
"Sebaiknya kakak tenang dulu. Kita cari solusinya bersama, agar tak ada lagi korban selanjutnya," sahut Yumna lagi.
"Memang apa yang dilakukan Toni?" tanyaku ikut penasaran.
"Ini menurut gambaran yang ku terima barusan. Karena cuma potongan kejadian, kita cuma bisa menebaknya kejadian selengkapnya, seperti apa."
"Ceritakan saja, apa yang kamu lihat tadi?"
"Maaf sebelumnya, kalau aku harus mengatakan seperti apa kejadian yang sebenarnya, meskipun itu mungkin akan lebih menyakitkan nanti."
"Katakan saja!" sahut kak Diana seperti sudah menyiapkan mentalnya.
"Aku lihat, Toni sengaja mengirim teluh untuk keluarga kak Diana. Agar bisnis ayah kakak bangkrut. Dan dia juga yang sudah mengirim penyakit aneh untuk ibu kakak."
"Astaghfirullah, sekejam itukah Toni?" tanyaku hampir tak percaya.
"Kurang ajar. Sudah saya duga dia hanya memanfaatkanku saja. Agar mau ikut jadi pelayan tuannya,hik...," kata kak Diana menangis lagi sampai menutup mukanya.
"Maksudnya?" tanyaku dan Yumna bersama.
"Ya, saya menikah dengannya. Tapi selama ini tak pernah melakukan hubungan selayaknya pasangan suami istri sama sekali. Justru makhluk itulah yang harus saya layani setiap bulannya."
"Astaghfirullah. Kejam sekali dia. Berarti dia selama ini tertarik pada kak Diana, bukan karena mencintainya? Tapi sebagai umpan untuk tuannya? Berarti kakak tahu kan, wujud mengerikan makhluknya seperti apa?"
"Iya, saya tahu. Karena dia yang menyentuh saya selama ini."
"Kenapa kakak mau?"
"Hanya karena saya kira, Tono juga sebagai korban makhluk itu, yang terlanjur terjerumus dalam perjanjian dengannya. Ternyata justru dia yang sudah mengatur semua ini, sampai saya ikut terjerat juga, huaaa......," tangisnya semakin menjadi, untungnya suasana taman ini masih sepi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Jihan Susanty
seruseru.....
2021-05-08
1
Hermansyah Ramadani
kok tonosih thor
2021-04-13
0
Liani.
😡ingin kaya usaha,dan doa, bukan minta sama iblis 😞ksian korban x ya
2021-03-26
0