Pendekar Tanpa Nama
Belum selesai kata-kata perintah si pemimpin, sepuluh orang pendekar kelas atas sudah lebih dulu menyerang Tuan Santeno Tanuwijaya.
Sepuluh macam senjata langsung menghujani tubuhnya dengan ganas. Seolah senjata-senjata itu adalah sekawanan serigala yang kelaparan ingin memakan mangsa.
Saling mendahului dan saling berlomba-lomba.
Tapi Tuan Santeno masih bisa menghindari setiap sabetan atau tusukan senjata yang mengarah ke seluruh tubuhnya. Setidaknya untuk saat ini.
Dia bukan tokoh sembarang tokoh. Tuan Santeno Tanuwijaya merupakan Maha Guru Perguruan Tunggal Sadewo yang mendapat julukan si Tangan Tanpa Belas Kasihan.
Dari julukannya saja, orang akan langsung dapat menebak bagaimana kehebatan dan karakter Tuan Santeno.
Karena itu, tak tanggung lagi, dia langsung menggelar jurus terakhir dari serangkaian Jurus Pukulan Dewa Bumi.
"Dewa Bumi Memukul Langit Membalik Gunung …"
Jurus ketiga yang merupakan jurus terdahsyat langsung keluar.
Kedua tangan itu segera mengeluarkan cahaya hijau terang yang langsung memenuhi arena pertarungan. Tuan Santeno mulai membalas serangan lawan satu persatu.
Gerakannya semakin lincah saat dia terancam bahaya. Tubuhnya kadang mencelat tinggi lalu menukik sambil memukul. Atau kadang juga dia berputar sambil menahan serangan lawan.
Bahkan tak jarang dia membenturkan kedua tangannya dengan berani. Seolah tangan itu terbuat dari lempengan baja yang tidak mampu ditembus senjata tajam.
Dan memang kenyataannya seperti itu. Kedua tangan yang kini selalu memancarkan sinar hijau tersebut, seolah-olah merupakan baja murni.
Saat dibenturkan dengan senjata pusaka lawan, selalu menghasilkan bunyi "trangg" yang cukup keras terdengar.
Di sisi lain, si pemimpin para pendekar kelas atas masih melihat pertandingan di pinggir arena. Dia belum mau turun tangan, selama ada bawahan, untuk apa pemimpin turun langsung ke lapangan?
Di sebelah pertarungan Tuan Santeno si Tangan Tanpa Belas Kasihan, ada pertarungan lainnya yang sudah hampir mencapai puncak.
Pertarungan Pendekar Belati Kembar.
Dua lawan yang sebelumnya sudah mengalami muntah darah dan terluka dalam, ternyata masih mampu untuk melanjutkan pertempuran mereka.
Bahkan keduanya kini menyerang dengan senjata pusaka mereka masing-masing.
Hujan jarum perak menyerbu Pendekar Belati Kembar. Sambaran golok lebar juga membayangi setiap gerakannya.
Kedua serangan itu tidak berhenti. Justru semakin lama malah semakin mengerikan.
Pendekar Belati Kembar seolah terkurung oleh jarum perak yang datang dari segala arah. Selain itu, dia juga merasa terperangkap di dalam permainan golok lawan yang terbilang sudah hampir mencapai taraf sempurna.
Tapi dia bukan pendekar yang mampu dikalahkan begitu saja.
Namanya sudah terkenal ke seluruh penjuru. Bahkan pengalamannya juga sudah sangat banyak sekali. Agaknya kalau ada orang yang menanyakan seberapa banyak dia bertarung, kalau orang itu bukan bodoh, mungkin sudah gila.
Entah sudah berapa banyak dia melewatkan pertarungan hidup dan mati. Dan entah sudah berapa banyak pendekar yang tewas oleh ketajaman kedua belati kembar miliknya.
Saat hujan jarum menggempur dan hujan bacokan golok menderu, saat itu pula Pendekar Belati Kembar bertindak.
Kedua tangannya langsung mengambil dua buah senjata andalan dalam kecepatan kilat.
Begitu terambil, senjata andalan miliknya langsung dilontarkan ke depan untuk menghalau seluruh jarum yang diduga mengandung racun tersebut.
Belati kembar.
Sinar hitam langsung melesat ke sana kemari menangkis semua jarum yang dilemparkan.
Kelebatan dua buah sinar hitam membuat pandangan dua lawan Pendekar Belati Kembar cukup kewalahan.
Pasalnya karena pandangan mereka tertutup oleh sinar tersebut.
Hanya dalam waktu singkat, hujan jarum telah berhasil di rontokkan seluruhnya.
Sekarang giliran lawan yang menjadi terkejut setengah mati. Bagaimana mungkin ada seorang pendekar yang mampu merontokkan jarumnya hanya dalam waktu sedemikian singkat?
Bagaimanapun juga, dia tidak mau percaya. Jangankan menangkis, sebelumnya, tidak ada seorang pendekar pun yang sanggup dari jurus andalan miliknya tersebut.
Tapi sekarang, dia harus mengakui kebenaran tentang sebuah pepatah yang mengatakan bahwa di atas langit, masih ada langit.
Dia tertegun tanpa bergerak sedikitpun.
Seorang pendekar, kalau jurus andalan mereka sama sekali tidak mampu melukai lawan, maka harga dirinya terasa jatuh.
Bertahun-tahun atau mungkin puluhan tahun berlatih ilmu sehingga sedemikian hebat, tapi sekarang dia harus menerima bahwa usahanya selama itu hanya sia-sia, bukankah hal itu sangat menyakitkan?
Lebih menyakitkan dari pada apapun.
Karena tidak mau menanggung malu, maka akhirnya si pendekar yang tadi menggunakan jarum tersebut, memilih untuk bunuh diri dengan cara menusukkan jarum perak beracun miliknya.
Dia tewas di tangannya sendiri. Pelakunya bahkan senjatanya sendiri.
Semua kejadian tersebut berjalan dalam waktu singkat.
Seorang lawan telah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Maka sekarang, lawan Pendekar Belati Kembar hanya satu orang saja.
Tanpa menunda waktu lebih lama lagi, Pendekar Belati Kembar segera melancarkan jurus lainnya.
Belati sudah dilesatkan ke depan untuk menyerang mangsanya. Kedua belati itu terlihat seperti dua ekor ular yang sedang menunggu waktu tepat untuk bertindak lebih jauh lagi.
Melihat kehebatan lawan, pendekar kelas atas dari Organisasi Tengkorak Muat itu tidak berdiam diri saja.
Dia turut melancarkan jurus golok yang telah dilatih sampai ka tahap seperti sekarang ini.
Putaran golok berubah menjadi lebih ganas lagi. Setiap sambarannya membawa hawa panas yang lumayan.
Pendekar itu berputar cepat laksana kincir. Tangan kirinya tidak diam, tangan itu turut serta memberikan serangan pukulan.
Sayangnya belati kembar sudah keluar.
Belati itu terus mengitari tuannya menangkis ke mana pun golok lawan bergerak. Keduanya bertarung sengit sampai sepuluh jurus kemudian.
Hingga pada suatu ketika, Pendekar Belati Kembar melihat ada celah lawan tepat di bagian leher.
Secepat kilat, dia menggerakan belatinya.
Sebuah sinar hitam melesat cepat menembus leher pendekar Organisasi Tengkorak Maut.
Hanya satu tusukan, lawan langsung ambruk ke tanah bersimbah darah segar. Tenggorokannya bolong akibat tusukan belati.
Sementara itu, Raja Tombak Emas dari Utara sedang mengegwmlue dua lawannya. Tombak sakti berwarna emas itu menebarkan tusukan maut ke titik terpenting di tubuh manusia.
Datuk rimba hijau itu sudah marah. Sangat marah karena dia merasa kesal kepada Nyai Tangan Racun Hati Suci akibat kejadian sebelumnya.
Karena itulah kakek tua yang sifatnya kadang suka tidak jelas ini, berniat untuk melampiaskan semua kekesalannya kepada dua lawannya tersebut.
Dia merupakan seorang datuk. Seorang pendekar yang kekuatannya sudah tidak diragukan lagi.
Dan jelas, kemampuan yang dia miliki tentunya berada di atas Pendekar Belati Kembar.
Tombak emas miliknya meliuk-liuk seperti seekor ular yang mematuk mangsa. Tubuhnya bergerak ke sana kemari memberikan ancaman maut.
Empat puluh jurus sudah mereka lewati. Dua lawan yang bersenjatakan pedang merasa tidak bisa melakukan apa-apa
Semua serangan mereka rontok di tengah jalan akibat tangkisan tombak sakti itu.
Lima jurus kemudian, Raja Tombak Emas dari Utara berputar sambil merentangkan kedua tanganya. Sambaran angin terasa menderu menerpa dua lawannya.
Serangan yang berbeda mulai keluar. Tak lama, seorang lawannya telah roboh karena lehernya hampir putus terbabat ujung mata tombak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 369 Episodes
Comments
MATADEWA
Baru mulai....
2023-07-27
1
rajes salam lubis
lanjutkan
2023-02-20
0
rajes salam lubis
tetapsemangat
2023-02-19
0