Empat pendekar menggempur Pendekar Tanpa Nama dari empat penjuru. Mereka semua merupakan pendekar pedang.
Maka tak heran kalau senjata mereka berupa pedang. Walaupun nama senjatanya sama, tapi terkait nama jurus dan kemampuannya tentu saja berbeda.
Ada yang pedangnya pendek, pedang besar, panjang, bahkan ada juga pedang yang atasnya bergerigi seperti gergaji.
Semua pedang tersebut memberikan ancaman kepada Pendekar Tanpa Nama. Beberapa titik penting di tubuhnya menjadi sasaran utama empat lawan.
Dua batang pedang menyerang dari sisi kanan dan kiri. Kedua pendekar tersebut memainkan jurus andalannya. Dua orang lagi menyerang dari depan dan belakang.
Keempat serangan itu sudah pasti berbahaya dan mampu melepaskan nyawa dari raga.
Empat pendekar. Empat pedang. Empat serangan mematikan.
Tapi Pendekar Tanpa Nama tidak gentar sama sekali. Sedikitpun tidak ada rasa takut di hatinya.
Tubuhnya menari di bawah hujan serangan pedang. Berbagai macam sinar menutupi pandangan mata. Tubuh Cakra Buana semakin terbalut oleh sinar tersebut.
Gelombang kejut dan angin tajam menyapu setiap kali pedang bergerak.
Dua puluh jurus berlalu.
Pendekar Tanpa Nama masih dalam posisi yang sama.
Tidak terdesak dan tidak menyerang balik.
Dia menunggu kesempatan yang pas untuk memulai serangan balasannya.
Entah dari mana asalnya, tapi tiba-tiba dia merasa dirinya lain. Merasa lebih kuat, cerdas, dan bahkan lebih percaya diri.
Mungkin hal tersebut datang dari semua pengalaman yang telah dia lewatkan sebelumnya.
Ah, terkait dari mana datangnya semua itu, Cakra Buana tidak terlalu mengambil pusing. Toh walaupun tahu, tidak akan membawa efek apapun baginya.
Yang lebih penting adalah bagaimana supaya dia dapat bertahan dalam semua perasaan itu.
Memasuki jurus ketiga puluh dua, Pendekar Tanpa Nama menemukan dua celah kosong.
Walaupun celahnya sangat kecil, tapi baginya sudah cukup. Bahkan lebih dari cukup.
Tubuhnya melenting tinggi ke udara. Berjumpalitan dua kali lalu turun dalam posisi terbalik.
Kakinya di atas. Kepalanya di bawah sambil memainkan pedangnya sedemikian rupa.
Cahaya pedang langsung menyeruak.
Setiap Pedang Naga dan Harimau bergerak, terlihat bianglala yang indah namun membawa ancaman maut.
"Hujan Kilat Sejuta Pedang …"
Jurus pedang terkuat yang pernah menggetarkan dunia persilatan puluhan tahun silam sudah digelar Pendekar Tanpa Nama.
Kalau dia sudah mengeluarkan jurus ini, itu artinya tidak akan ada lagi pengampunan bagi orang yang menjadi lawannya.
Cakra Buana bergerak kembali.
Pedang Naga dan Harimau telah menebarkan maut ke kalangan orang-orang yang menjadi musuhnya. Sinar putih nampak banyak sekali. Hawa pembunuhan terasa sangat kental saat jurus dahsyat tersebut telah keluar.
Cahaya putih semakin banyak. Tubuh Pendekar Tanpa Nama berkelebat ke segala arah sambil terus memainkan pedang pusakanya.
Keempat pendekar merasa jeri. Nyali mereka ciut. Apalagi telinganya selalu mendengar ledakan guntur dan matanya selalu melihat kilat yang menyambar mereka.
Keadaan ini menjadi merugikan bagi lawan. Tapi sangat menguntungkan bagi Cakra Buana sendiri.
Memasuki jurus keempat puluh, seorang di antara mereka tewas dengan leher tertusuk Pedang Naga dan Harimau.
Tiga pendekar yang tersisa sudah mengeluarkan kekuatan dahsyat mereka. Sayangnya semua jurus dan serangan yang merela lancarkan, sama sekali tidak memberikan efek, kecuali hanya sedikit.
Bunyi benturan pusaka bertemu tiada hentinya terdengar. Gelombang kejut dan angin tajam terus mereka rasakan tanpa henti.
Dua orang kembali roboh bersimbah darah oleh Pendekar Tanpa Nama yang sedang memainkan jurus Hujan kilat Sejuta Pedang.
Jurus tersebut memang sangat dahsyat akibatnya. Tak berselang lama, lawan Cakrw Buana yang terakhir berhasil dia bunuh juga.
Tiga tusukan bersarang di bagian tenggorokan, dada dan perut pendekar tersebut.
Keempat pendekar tersebut tewas secara mengenaskan. Bahkan jarak satu dengan lainnya tidak terlalu lama.
Empat lawan sudah tewas di tangannya.
Maka sekarang dia tersenyum.
Senyuman yang penuh kesombongan dan keangkuhan.
"Apakah hanya segini saja kemampuan mereka?" tanya Cakra Buana kepada si pemimpin sambil mengejeknya.
Ejekan yang dangkal. Tapi lukanya sedalam lautan.
Perkataan Pendekar Tanpa Nama barusan sudah jelas sangat menghina dirinya.
Para tokoh lain yang menyaksikan kehebatan Cakra Buana, merasa sangat kagum. Apalagi si Nyai Tangan Racun Hatu Suci.
Sekarang dia percaya betul bahwa kemampuan pendekar muda itu memang tidak perlu ditanyakan lagi. Bahkan dia sendiri tidak yakin dapat mengalahkan Cakra Buana seandainya mereka bertarung.
Sedangkan Raja Tombak Emas dari Utara, dia tersenyum bangga melihat kedahsyatan jurus milik Pendekar Nama itu.
"Dia memang sangat sakti. Kemampuan ilmu pedangnya juga sudah di atas rata-rata. Hemm, menurutku dia memang lawan yang cocok untuk bertarung sehidup semati denganku mengantikan Pendekar Pedang Kesetanan," gumam kakek tua itu sambil terus mengawasi jalannya pertempuran.
Sementara itu di sisi sebelah kiri, terlihat kekasihnya, Bidadari Tak Bersayap sedang bertempur melawan tiga pendekar. Keempat pendekar tersebut telah mengeluarkan jurus-jurus yang berbahaya dan bisa mencabut nyawa lawan kapan saja.
Gadis maha cantik itu menggempur tiga lawannya dengan jurus pedang yang sangat cepat dan berbahaya sekali.
"Menyapu Ombak Membuang Sedih di Hati …"
Jurus kelima atau yang terkahir dari serangkaian jurus Kitab Bidadari Patah Hati sudah dia gelar. Dia sangat jarang sekali mengeluarkan jurus dahsyat tersebut.
Bahkan selama pergi mengembara, baru kali ini Bidadari Tak Bersayap mengeluarkan jurus ampuhnya. Paling banter biasanya dia hanya mengeluarkan jurus Berputar di Udara Merusak di Bumi.
Tapi keadaan kali ini merupakan pengecualian. Karena kalau tidak mengeluarkan jurus terhebatnya sekarang, mau kapan lagi? Menunggu nanti? Bagaimana kalau dia keburu tewas terbunuh karena mengingat ketiga lawannya merupakan pendekar kelas atas?
Gadis cantik tersebut telah menyerang tiga pendekar beberapa saat yang lalu. Walaupun dia belum menguasai sempurna jurusnya, setidaknya tujuh puluh persen sudah berhasil dia kuasai dengan baik.
Kitab Bidadari Patah Hati adalah kitab ciptaan gurunya sendiri. Dengan bekal kitab itulah dahulu gurunya mengangkat nama hingga terkenal di dunia persilatan.
Dan kali ini, dia sendiri ingin melakukan hal yang sama.
Mengangkat nama dirinya, sekaligus gurunya sendiri yang sampai saat ini masih di rahasiakan.
Pedang Cantik dari Kahyangan memberikan sabetan dan tusukan yang tiada hentinya. Jurus Menyapu Ombak Membuang Sedih di Hati adalah jurus pedang yang mengandalkan kecepatan dalam bergerak dan mengandalkan kegesitan.
Semakin gesit bergerak, semakin cepat memainkan pedang, maka semakin dahsyat juga efek yang ditimbulkan.
Tubuh gadis itu menari di bawah tiga serangan lawan. Pedang pusaka yang dia genggam mencelat menangkis setiap senjata lawannya. Benturan keras selalu terjadi setiap dia melawan.
Pijaran bunga api mempesona di gelap malam.
Pedang pusaka itu meluncur memberikan tusukan ke arah lambung, sasarannya telah menyadari serangan tersebut. Dia menggeser posisinya dengan harapan luput dari tusukan pedang
Sayang, dia telah melakukan kesalahan fatal.
Karena arah sebenarnya bukan lambung, tapi pinggang bagian kirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 371 Episodes
Comments
rajes salam lubis
mantap bener bener
2023-03-13
0
Trisna Tris
lanjut thor.... ceritanya keren abis....
2022-09-15
2
rajes salam lubis
lanjutkan
2022-07-09
2