Kakek tua itu tidak berhenti begitu saja. Mengetahui seorang lawannya telah tewas, dia justru menyerang lebih ganas lagi.
Tombak emas miliknya mengeluarkan kekuatan dahsyat. Sambaran angin seperti gulungan badai di tengah laut menerjang seorang lawannya.
Dia datuk rimba hijau.
Setiap jurusnya pasti sangat mengerikan.
Karena itu, hanya beberapa gebralan kemudian, pendekar tersebut terjengkang lalu roboh bersimbah darah.
Entah bagaimana Raja Tombak Emas dari Utara dapat membunuhnya. Yang jelas, dada pendekar itu bolong sampai ke punggung.
Dari sini sudah dapat diduga bahwa tombak emas milik kakek tua itu dengan telak menembus dada lawan.
Hanya saja yang menjadi pertanyaan, kapan dia melakukannya?
Tidak ada yang tahu kapan pastinya. Yang jelas ketika sambaran angin dahsyat menerjang, mungkin Raja Tombak Emas dari Utara menusuknya dengan gerakan yang sulit diceritakan.
Pertarungan para anggota di bawah naungan Nyai Tangan Racun Hati Suci masih saja berlangsung. Tak kurang sudah sepuluh orang anggota mereka tewas dalam pertempuran ini.
Namun walaupun begitu, jumlah korban di pihak lawan jauh lebih banyak lagi. Sekarang para anggota Organisasi Tengkorak Maut yang tersisa, tak kurang hanya sekitar seratusan orang saja.
Itupun sebagian dari mereka telah terluka parah.
Puluhan anggota itu bertarung bagaikan kawanan harimau yang mengamuk karena wilayah mereka diganggu.
Setiap serangannya mengandung kekuatan yang lumayan hebat. Sepak terjang mereka mampu membuat nyali lawan menjadi ciut.
Menjatuhkan mental lawan adalah hal terpenting dalam sebuah pertarungan. Kalau seorang pendekar mampu menjatuhkan mental lawan sebelum pertarungan, maka pendekar tersebut sudah pasti berkemampuan tinggi.
Karena itulah kenapa banyak sekali atau bahkan hampir semua pendekar selalu menggertak lawan lebih dulu.
Kalau kau ingin bertarung, kau harus ingat baik-baik rumus ini.
Kuasai nyali lawan sebelum bertarung. Buat mental lawanmu jatuh sebelum beraksi.
Kalau kau berhasil, maka hampir delapan puluh persen kemenangan akan berpihak kepadamu.
Pertarungan Nyai Tangan Racun Hati Suci melawan dua pendekar berlangsung cepat. Di antara pertarungan para tokoh lainnya, mungkin pertarungan inilah yang paling cepat.
Bagaimana tidak, hanya dalam tiga puluhan jurus, nenek tua itu sudah mampu menewaskan kedua pendekar kelas atas yang menjadi lawannya.
Padahal sudah jelas siapa lawannya, tapi bagaimana mungkin dia masih dapat membunuh secepat itu?
Entahlah.
Setiap datuk di dunia persilatan selalu mempunyai caranya tersendiri untuk membunuh lawan dalam sebuah pertarungan. Apalagi, Nyai Tangan Racun Hati Suci adalah salah satu tokoh yang menguasai ilmu racun hingga ke tahap hampir sempurna.
Di Tanah Jawa, kalau mau membandingkan siapa pendekar terhebat dalam menggunakan racun, mungkin nenek tua itu akan berada pada urutan pertama.
Jangankan bergerak, hanya dari hembusan nafasnya saja, dia bisa menciptakan sebuah racun.
Hanya segelintir tokoh saja yang mempunyai kemampuan sahabat ini. Kalau bukan datuk dunia persilatan, paling-paling hanya maha guru besar ataupun pendekar pilihan lainnya.
Tenu saja Cakra Buana si Pendekar Maung Kulon atau Pendekar Tanpa Nama, bakal masuk dalam jajaran orang-orang di atas.
Hanya saja bukan sekarang, nanti beberapa waktu lagi. Karena semuanya butuh proses.
Pertarungan sengit yang tersisa saat ini hanyalah Tuan Santeno Tanuwijaya melawan sepuluh pendekar kelas atas Organisasi Tengkorak Maut.
Orang tua itu masih mengeluarkan Jurus Dewa Bumi Memukul Langit Membalik Gunung. Jurus tersebut memang tidak dapat diragukan lagi.
Kalau bukan karena jurus tersebut, mungkin dia sudah tewas sejak awal pertempuran berlangsung.
Pertarungan sudah melebihi lima puluh jurus. Kesepuluh pendekar sudah berusaha keras untuk merobohkan Maha Guru Padepokan Tunggal Sadewo itu.
Dan hasilnya memang memuaskan. Memasuki jurus keenam puluh, sebuah tendangan yang lumayan keras mendarat tepat di bagian pinggangnya.
Akibatnya Tuan Santeno terpental ke samping sejauh la langkah.
Para tokoh lainnya bukan karena tidak ingin membantu, tetapi mereka telah sepakat bahwa siapapun yang telah selesai melakukan pertarungan, maka mereka tidak diperbolehkan membantu rekannya yang masih bertarung.
Kelima tokoh tentu menyetujui persyaratan tersebut. Hanya saja kejadian diluar dugaan mereka segera terjadi. Contohnya sekarang ini, terpaksa Tuan Santeno harus berusaha keras mati-matian untuk mempertahankan nyawanya.
Di saat seperti ini, semua orang tentu mengharapkan kedatangan Pendekar Tanpa Nama dan kekasihnya, Bidadari Tak Bersayap.
Entah ke mana perginya dua sosok pendekar musa itu.
Kalau saja mereka datang, maka dipastikan kemenangan akan berhasil mereka raih. Jika sudah menang, maka rencana untuk menghancurkan Organisasi Tengkorak Maut ini tinggal selangkah lagi.
Namun jika dua pendekar muda itu tidak datang, maka habis sudah harapan mereka.
Sepuluh pendekar sudah melancarkan jurusnya masing-masing. Sepuluh senjata juga sudah melayang mencari sasaran empuk di seluruh tubuh Tuan Santeno.
Saat yang menegangkan.
Waktu yang sangat menentukan.
Apakah mereka akan datang, atau tidak?
Ketika sepuluh jurus dan sepuluh senjata hampir mengenai sasaran mereka, saat itu sebuah sinar merah terang meluncur cepat.
Sangat cepat. Lebih menakutkan dari pada guntur. Lebih cepat dari pada kilat yang menyambar.
"Trangg …"
Sepuluh senjata. Sepuluh bunyi sama juga yang terdengar.
Berbarengan dengan sinar merah, sebuah serangan jarak jauh juga meluncur dan dibenturkan dengan sepuluh jurus lawan.
"Blarrr …"
Gelombang kejut tercipta. Anginnya menghempas bebatuan sekitar. Daun kering menggulung menjadi satu.
Suasana menjadi suram untuk beberapa saat karena efek yant ditimbulkan.
Namun setelah reda, sepuluh lawan bersama pemimpinya terkejut.
Dua orang pendekar pemuda telah berdiri menentang di hadapan mereka.
Dua batang pedang telah mereka genggam masing-masing. Yang satu menyeramkan dan nampak agung, satu lagi nampak indah dan mempesona.
Seperti juga pemiliknya.
Senjatanya sangat serasi.
Pemegangnya lebih serasi lagi.
Satu gagah dan tampan. Satu lagi cantik dan menawan.
Kalau bukan Pendekar Tanpa Nama dan Bidadari Tak Bersayap, siapa lagi?
Aku dan kamu? Atau, kau dan dia? Rasanya tidak mungkin.
"Siapa kalian?" bentak seorang pendekar muda.
"Siapapun kami tidak penting. Yang jelas, kamilah malaikat maut bagi kalian," jawab Cakra Buana kalem.
Ucapannya tenang dan penuh rasa percaya diri.
Pedang Naga dan Harimau sudah keluar dari sarungnya. Kalau sudah begini, apalagi yang harus dia takutkan?
"Bangsat betul kau. Aku tanya siapa kalian?" kali ini giliran si pemimpin yang merasa sangat kesal.
Seumur hidupnya, dia baru mengalami hal seperti ini.
"Hemm, aku Pendekar Tanpa Nama. Dan ini kekasihku, Bidadari Tak Bersayap," ujar Cakra Buana memberitahukan siapa dirinya.
Kesepuluh pendekar kelas atas tersebut terkejut. Begitu pula dengan si pemimpin.
Walaupun mereka belum pernah bertemu langsung dengan orangnya, tapi julukan itu sudah terkenal ke seluruh penjuru.
Siapapun pasti pernah mendengarnya.
"Mau apa kalian kemari? Mau cari mati?"
Si pemimpin semakin garang. Sebenarnya hal itu hanyalah trik. Jujur saja dis sendiri sempat merasa ciut nyalinya saat mendengar dua nama besar itu disebut.
Hanya saja sebagai pemimpin, tentu dia mempunyai gengsi yang tinggi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 371 Episodes
Comments
MATADEWA
Lanjutkan....
2023-07-27
1
rajes salam lubis
lanjutkan
2023-02-21
0
Rhembezz
Pendekar Tanpa Nama yang bernama Cakra Buana.... wkwkwkwkwkaaaasauuoookkk...!!!!
2022-11-21
1