Pendekar Tanpa Nama terdorong sedikit demi sedikit ke belakang. Pedang Naga dan Harimau terasa memantulkan hawa panas. Lengannya tergetar dan sedikit memerah seperti kepiting rebus.
Sekarang Cakra Buana telah paham bahwa sebenarnya saat bertempur di markas Organisasi Tengkorak Maut, Raja Tombak Emas dari Utara belum mengeluarkan seluruh kemampuannya.
Berbeda dengan sekarang ini. Saat ini, kakek tua tersebut benar-benar mengeluarkan seluruh kesaktian yang dia miliki. Terbukti dari serangan pertama tadi, mengandung kekuatan tinggi dan kematangan dalam jurusnya.
Pendekar Tanpa Nama sudah tidak kuat lagi. Sebisa mungkin dia menggerakkan Pedang Naga dan Harimau supaya terlepas dari tombak emas tersebut.
"Brakk …"
Kaki kanannya tiba-tiba menerjang dua senjata pusaka yang menempel tersebut. Dua pusaka seketika terlepas. Kedua tokoh itu terdorong ke belakang.
Cakra Buana merasa tangannya perih. Nafasnya langsung tersengal-sengal. Andai kata dia sedang benar-benar berada dalam sebuah medan pertarungan sesungguhnya, mungkin saat ini dia telah terluka parah.
Sedangkan Raja Tombak Emas dari Utara hanya tersenyum saja. Dalam hatinya dia memuji kecerdasan dan ketangkasan anak muda tersebut saat mengambil tindakan lain.
Keduanya tidak ada yang bicara walau sepatah kata pun. Bahkan para tokoh yang lain juga terbungkam.
Mendadak Raja Tombak Emas lenyap dari pandangan semua orang. Secara tiba-tiba dia sudah berada di belakang Cakra Buana.
Sinar emas berkilat menusuk punggung. Untung pada saat itu Pendekar Tanpa Nama berada dalam konsentrasi yang mencapai puncak. Begitu merasakan adanya desiran angin tajam dari arah belakang, dia langsung berbalik lalu menggerakkan pedang pusakanya.
"Trangg …"
Benturan kedua terjadi lagi.
Tetapi sekarang tidak seperti sebelumnya. Begitu terjadi benturan, Pendekar Tanpa Nama langsung menarik kembali pedangnya lalu kemudian melancarkan jurus dahsyat dari Kitab 3 Jurus Pedang Kilat.
"Hujan Kilat Sejuta Pedang …"
Jurus terakhir langsung dia kerahkan. Walaupun jurus itu sangat berbahaya sekali dan selalu memakan korban, tapi Pendekar Tanpa Nama sangat yakin bahwa Raja Tombak Emas dari Utara mampu untuk menahan keganasannya.
Pedang Naga dan Harimau segera memancarkan sinar putih menyilaukan mata ke seluruh penjuru. Batang pedang nampak lenyap digantikan dengan gemerlap cahaya putih terang.
Tubuh pemuda itu terbalut dalam gerakan jurusnya yang sangat ganas. Tusukan pedang seperti ribuan banyaknya menerjang ke tubuh tua Raja Tombak Emas.
Untungnya dia bukan tokoh sembarangan. Dirinya adalah datuk dunia persilatan. Begitu menyadari bahwa jurus si anak muda mengandung semacam sihir, dia segera menyalurkan hawa murni ke seluruh tubuh untuk melindungi dirinya.
Tombak emas kembali bergerak.
Cahaya keemasan memancar memadamkan sinar putih kemilauan yang bertebaran. Tubuhnya melompat menangkis setiap tusukan pedang yang datang.
Tombak pusaka tersebut berputar dengan sangat cepat. Melebihi kecepatan putaran kincir angin.
Hanya dalam beberapa saat saja, posisi sudah berbalik. Raja Tombak Emas yang tadinya berada dalam posisi tidak menguntungkan, kini perlahan mulai berhasil menduduki posisinya kembali.
Tombak emas pusaka tersebut terus melancarkan berbagai macam tusukan maut dengan kecepatan tinggi.
Raja Tombak Emas terlihat sangat serius, tetapi sebenarnya tidak. Beberapa waktu lalu, dia bersama tiga sahabatnya telah memutuskan untuk tidak bertarung dengan sungguh-sungguh.
Walaupun mengeluarkan kecepatan yang sebenarnya, tetapi jangan sampai melukai Pendekar Tanpa Nama. Apalagi kalau sampai terluka parah. Mengingat bahwa pemuda itu merupakan harapan bagi orang-orang dunia persilatan di Tanah Pasundan.
Pertarungan kelas atas ini baru berjalan beberapa saat saja. Namun ketegangan di sana terasa sangat kental sekali.
Pendekar Tanpa Nama berada dalam posisi terdesak. Jurus Hujan Kilat Sejuta Pedang Miliknya ternyata tidak mampu untuk menggempur kakek tua itu.
Tetapi meskipun begitu, pendekar musa tersebut tetap tidak mau mengaku kalah. Walau bagaimanapun juga, dia akan berjuang sekuat tenaga.
Cakra Buana membentak nyaring. Kekuatan dahsyat segera keluar dari dalam tubuhnya.
Dia melompat sambil melancarkan tebasan hebat dari sisi kanan ke sisi kiri. Arah tujuannya ke leher.
Kecepatan serangannya sangat jarang terlihat dalam dunia persilatan. Kecepatan seperti ini hanya dapat dilakukan oleh para tokoh tua dan sudah termasuk tokoh kelas atas saja. Tak disangkanya seorang pendekar muda ada yang sanggup melakukannya.
Diam-diam para tokoh yang ada di sana merasa senang. Dugaan mereka bahwa pendekar muda tersebut akan mencapai puncak kejayaan, ternyata tidak salah.
Raja Tombak Emas masih tetap tenang. Dia mengangkat tombak pusakanya untuk menangkis tebasan pedang Pendekar Tanpa Nama.
Saat benturan terjadi, pemuda itu langsung terpental tiga langkah karena hantaman tapak si kakek tua mengenai dadanya. Walaupun tidak menggunakan kekuatan penuh, tapi toh terasa sakit juga.
Cakra Buana terdorong lima langkah ke belakang.
Sebelum dia bangkit berdiri dan mengambil posisi, Raja Tombak Emas telah melancarkan jurus terhebat yang dia miliki.
"Tombak Emas Meruntuhkan Langit …"
"Wushh …"
Cahaya emas seketika menyeruak ke segala penjuru mata angin. Kakek tua itu bergerak. Serangannya aneh dan penuh dengan gerakan tipuan tak terduga.
Tombak emas menusuk dari bawah ke atas. Seolah tombak tersebut sedang berusaha untuk meruntuhkan langit di atas sana.
Sesekali tubuhnya melenting tinggi lalu turun menukik dengan tombak di putar cepat. Cahaya keemasan menyilaukan mata Cakra Buana.
Dia mengangkat Pedang Naga dan Harimau ke atas kepala untuk menahan serangan serangan dahsyat tersebut.
Sayangnya dia salah perkiraan. Sasaran utamanya bukan kepala. Justru dadanya.
"Bukk …"
Dada Pendekar Tanpa Nama terkena hantaman dari gagang tombak. Dia terlempar sepuluh langkah ke belakang.
Beberapa kali dia terlihat bergulingan. Dari sudut bibirnya keluar darah segar. Dia perlahan bangkit berdiri. Bidadari Tak Bersayap berniat untuk menghampiri kekasihnya.
Namun Cakra Buana lebih dulu melompat ke arah mereka.
"Kau tidak papa?" tanya Raja Tombak Emas dari Utara.
"Tidak Paman. Terimakasih atas kemurahan hati Paman. Aku merasa belum sanggup dan belum pantas menjadi lawanmu. Mohon Paman sudi memaafkan," kata Cakra Buana sedikit menyesal.
Hatinya sedikit sakit. Ternyata kekuatannya masih terbilang cetek jika dibandingkan dengan para tokoh tua.
"Jangan bersedih. Aku memberimu waktu satu tahun, aku harap dalam satu tahun itu kau mendapatkan pengalaman banyak dan menemukan inti sari dari kitab yang kau pelajari. Setelah satu tahun, kita bertemu lagi di sini. Aku ingin di pertemuan kita nanti, kau dapat mengalahkanku. Aku akan senang jika bisa mati di ujung pedangmu," kata Raja Tombak Emas dari Utara diikuti oleh anggukan para tokoh lainnya.
"Baik Paman. Sekali lagi terimakasih atas kemurahan hatinya. Aku berjanji akan berlatih lebih giat lagi,"
"Hari ini, aku mengaku kalah darimu," lanjut Pendekar Tanpa Nama.
Pertarungan hanya berjalan singkat. Namun semua jurus yang keluar adalah jurus papan atas. Andai kata lawannya pendekar kelas bawah, mungkin puluhan nyawa telah melayang karenanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 371 Episodes
Comments
rajes salam lubis
lanjutkan
2022-07-10
1
Jhonny Afrizon
dr pada bertarung dgn si tongkat emas,mending bertarung sama 4 dewa sesat
2021-12-19
1
Alan Bumi
typo ada lagi
2021-12-03
1